🌸🌸🌸🍃🐖
"Memangnya kau tak ingin membalas perbuatan mereka?"
Kata-kata Fumio terus-terusan berdenging di kepalanya. Akibatnya, Shou jadi tidak bisa tidur nyenyak semalaman. Penolakan Kaori dan siksaan yang ia alami selepas upacara kelulusan kemarin bahkan masuk ke dalam mimpi sampai ia berulang kali terbangun tengah malam dan tidak bisa tidur sampai pagi.
Namun selain hal itu, sebenarnya ada hal lain yang mengganggu pikirannya: sejak kapan Fumio jadi orang yang pendendam? Meskipun Shou pun kerap merasa kesal dan terakhir merasa muak sampai kabur dari tempat perpeloncoan, padahal sebelumnya ia hanya menerimanya, tapi ia tak berpikiran untuk membalas dendam.
Sayangnya untuk menanyakan hal itu secara spesifik dan langsung, Shou tidak memiliki kesempatan.
Fumio sudah tidak lagi di Jepang. Setelah pertemuan sekian lama dengan sahabat karibnya, Shou ditampar fakta kalau dia kembali seorang diri menghadapi dunia yang tidak adil ini. Setidaknya, notifikasi chatnya tidak lagi sepi meskipun itu hanya dari Fumio yang masih saja berusaha membujuk Shou untuk melakukan balas dendam pada mereka yang sudah mempermalukannya.
Shou tak mau repot-repot memikirkannya di sisa liburannya ini. Akihabara mungkin adalah satu-satunya tempat di kala ia ingin menyibukkan pikirannya dengan hal menyenangkan. 'Surga para otaku' kalau orang bilang. Kebetulan ada keluaran robot mecha terbaru yang ingin ia beli di salah satu toko langganan, belum lagi majalah komik bulanan yang seingatnya sudah terbit beberapa hari yang lalu.
Shou membalas pesan dari Fumio saat ia baru saja turun dari kereta. Sahabatnya itu protes karena hanya sebentar saja menghabiskan waktunya di Jepang, bahkan tak sampai 24 jam, ia malah terbang ke negara tetangga untuk menyusul ayahnya. Padahal Fumio juga ingin pergi ke Akihabara untuk memborong koleksi yang diinginkan setelah bertahun-tahun tidak pulang ke Jepang.
Bagi Shou, meskipun penampilan Fumio sudah berubah, namun kawannya itu masihlah Fumio yang sama seperti dulu. Persis dengan ucapan langsung dari mulut Fumio kemarin.
"Ja na¹. Aku jalan-jalan dulu," ujarnya sambil merekam suaranya sebelum ia kirimkan ke Fumio.
"Bedebaaah!"
"Urusai². Aku akan membelikan untukmu juga."
"Nah, begitu dong!"
Sambil keluar dari stasiun, Shou melepas earphone bluetooth yang dipergunakannya hanya untuk mendengar voice note dari Fumio. Di bawah pertokoan Akihabara dengan reklame-reklamenya yang megah dan beranekaragam, ia mulai menjejalkan diri ke dalam lautan manusia yang berbalutkan pakaian warna-warni.
Tak ia hiraukan seorang maid cafe dengan telinga kucing di kepala yang meminta Shou untuk berkunjung ke kafe di belakangnya, begitu pun dengan pertunjukan kecil dari Idol Underground dan sekelompok gadis lolita di sekitar saat ia terus melangkah dengan memasang tampang datar menuju toko mecha. Pemandangan gadis manis di jalanan Akihabara terlalu sering ia lihat, sebetulnya. Bukannya bergairah, ia justru makin mati rasa lantaran masih terbayang dengan penolakan Kaori kemarin.
Dua jam telah ia habiskan untuk mengantre, nyatanya robot mecha limited edition belum ada di tangan. Dengan bodohnya, kupon yang ia dapatkan dari hasil war di website toko mecha tidak ia bawa. Alhasil, Shou tidak mendapatkan apa pun selain kekecewaan.
Mood-nya jelas menukik turun. Tadinya, ia berpikir hari ini lebih baik ketimbang kemarin karena akan mendapatkan robot mecha limited edition. Setidaknya, ia ingin mendapatkan hadiah kelulusan meskipun harus membelinya sendiri. Tapi apa? Lagi-lagi Shou harus dikecewakan oleh nasib sialnya yang tak henti menghantuinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Become An Idol Like You!
Teen Fiction[17+] Pertemuan Shou dengan gadis yang ia kenal dengan nama Aimi, membuat remaja laki-laki itu pada akhirnya mempunyai sebuah tujuan hidup. Ia ingin menjadi idol seperti Aimi yang ia klaim sebagai cinta pertamanya. Untuk meraih ambisinya, Shou yang...