enam belas.

5K 285 5
                                    

16. Kado merah itu.

___________________________________

Pagi yang cerah menyambut hari ini, Begitu juga dengan Renaya yang sudah siap dengan seragam sekolahnya. Sebenarnya ini hari sabtu, itu artinya besok libur. Tapi karna Renaya kemaren sudah meliburkan diri, jadi dengan terpaksa dia harus sekolah hari ini.

Renaya mencepol rambutnya dengan asal. Hari ini dia akan sekolah dengan mobionya sendiri. Karna kemaren kan dia bisa bermobil. Hiyaaaaaa.

Pergerakannya terhenti saat melihat kotak merah berpita itu ada di samping kasurnya. Dia belum membuka kotak itu, Rasa penasaran tentunya memenuhi relung hatinya.

Kalo gue buka, terus meledak gimana?!

Dia menggeleng mengenyahkan pikiran negatif dan menghampiri kotak itu. Jantung murahannya ini belum apa-apa udah dagdigdug aja.

Tangannya perlahan membuka kotak itu. "Ya allah, Kalo gue mati lagi. Please banget langsung ke akhirat aja"

Renaya mengintip, saat melihat isinya dia bernafas lega. Tangannya mengambil coklat batang dan susu kotak vanilla di dalam itu.

"Makanan ternyata, gue kira apaan!" Dia menutup kembali kotak itu setelah rasa penasarannya menghilang.

Dia memutuskan berangkat sekolah saja, Renaya menuruni anak tangga dengan sedikit berlari hingga dia sampai di lantai dasar.

"Jangan lari Renaya! Nanti kamu jatuh, gimana?!" Tegur Roy yang melihat Renaya menuruni tangga dengan tergesa.

Pria itu sedang duduk di ruang tamu dengan koran dan kopi di tangannya. sepertinya dia mengambil libur bekerja.

Renaya meringis mendengar teguran Roy, secara refleks tangannya menggaruk belakang tengkuk.

"Iya deh. Renaya lupa kalo hari ini ada presentasi baca puisi, Pah. Makanya buru-buru begini." Kata Renaya menjawab dengan tidak enak.

Roy menghela nafas pelan, lalu dia tersenyum pada putrinya. "Yaudah, Uang jajan masih ada?"

Renaya menatap Roy sambil mengangguk. "Masih ada kok" jawabnya.

Roy mengangguk, Dia kembali membaca korannya. "Kalo kurang bilang ke papa, ya?" katanya.

Renaya menghampiri sembari tersenyum manis. Dia mendaratkan ciuman pada pipi Roy yang sedang menyibukan diri membaca korannya.

"Iya pah, Renaya berangkat. Dadah papah~~"

Renaya berlalu dari sana meninggalkan Roy yang terdiam mematung, Setelah sekian lama kini dia kembali mendapat ciuman dari putrinya.

Tangannya terangkat memegang pipinya, senyum tipisnya terangkat begitu saja.

"Putri papa..." katanya pelan.

________________________________

"Oit!"

Renaya sedikit terhuyung kedepan saat ada yang tiba-tiba merangkulnya, ia lantas menatap garang orang itu.

"Pantek! Kaget gue anying."

Gadis itu Mila, dia menyengir lebar saat renaya melemparkan tatapan tajam padanya.

"Lo udah sarapan?" Tanyanya mengalihkan perhatian.

Renaya menghela nafasnya menghalau rasa kesal, dia melanjutkan jalannya yang terhenti.

Renaya Sang Tokoh Figuran (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang