Di sepanjang pantai yang tenang dan berpasir putih itu, terlihat seorang lelaki muda dengan rambutnya yang bergelombang. Ia bernama Daniel, dia sedang mendorong kursi roda yang sedang di duduki oleh perempuan paruh baya bernama Sarah. Perempuan itu adalah ibu Daniel, seseorang dengan senyum Dia duduk di atas kursi roda yang tua dan ringan. Meskipun matanya telah memudar oleh usia.
Ini adalah kebiasaan mereka dari dulu, sebuah kegiatan kecil yang telah mereka lakukan sejak Daniel masih balita. “Ibu mengapa ibu selalu mengajakku menghabiskan masa liburku dipantai, memangnya ada apa, mengapa kita tidak pergi ke tempat lain saja Bu?” dengan penuh rasa penasaran “Apa yang membuat ibunya menyukai pantai”, setelah menghela nafas “kamu tahu dipantai inilah semua kenangan ibu ada di sini, dulu waktu kecil ibumu ini sangat membenci pantai karena tidak bisa berenang dan takut tenggelam”.
“Namun pada saat mengandung kamu ibu ingin sekali pergi ke pantai untuk melihat matahari terbenam disertai langit senja yang indah” ucap ibu sambil memandang keindahan matahari yang hampir terbenam. “Pantai tidak hanya memberikan kita keindahan saja, tetapi juga banyak pelajaran senja memang tidak abadi tetapi senja berjanji akan selalu kembali dengan keindahannya di esok hari” dengan senyum kecil sambil memandang dan menggandeng putra kecilnya.
Mereka menghabiskan setiap sore di pantai ini. Menyaksikan matahari terbenam dan mendengarkan suara ombak yang menenangkan. Sambil bercerita keluh kesah terhadap rintangan yang berat dan berhasil mereka lalui, dengan sabar dan ikhlas.
Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya itu adalah perumpamaan yang cocok untuk mereka, selain mempunyai hobi menghabiskan waktu luang dengan menyaksikan matahari terbenam ibu dan anak ini mempunyai sifat ikhlas dan yang sabar seluas lautan. Walaupun banyak rintangan berat yang mereka lalui tidak pernah sedikit pun mengelu, tetapi mereka selalu melihat dari sisi positif dan memperoleh pelajaran terbaik dari apa yang telah dilalui.
Namun, kini peran telah terbalik, dan dia yang mendorong ibunya. Dikarenakan tragedi menyedihkan tahun lalu yang menyebabkan ibunya harus bersahabat dengan kursi roda untuk selamanya, di saat Daniel berhasil menamatkan SMA dengan perolehan nilai tertinggi sehingga mendapatkan beasiswa dari sekolah lanjutannya. Tetapi dia mendengar kabar bahwa ada seorang wanita yang mengalami kecelakaan parah dan naasnya wanita itu adalah ibunya sendiri. Setelah pemberian piagam atas hasil kerja kerasnya selama ini dengan mata yang berlinang. Daniel pun langsung menemui ibunya.
Di saat Sarah terbaring lemah ia pun mulai tersenyum lebar melihat anak kesayangannya berhasil meraih mimpinya “Selamat kerja kerasmu selama ini tidak terbuang sia-sia” dengan suara lembut yang menahan kesakitan “Maaf ibu tidak bisa menemanimu di saat itu” dengan mata yang berlinang.
“Terima kasih, berkat doa yang selalu ibu panjatkan, kini telah berbuah manis untukku” dengan suara sesenggukan yang menahan tangis. “Ibu tahu aku mendapatkan beasiswa dan memperoleh nilai terbaik” dengan mengusap pipinya sambil tersenyum.
Daniel menatap ibunya dengan mata penuh kasih. “Terima kasih Bu, atas semua kasih sayang yang telah ibu berikan untukku,” ucapnya dengan lembut. “Terima kasih Bu, sudah menemani dan merawatku sejak kecil hingga sampai saat ini.” Sambil mencium tangan ibunya dengan penuh rasa kasih sayang.
“Daniel ibu ingin sekali pergi ke pantai melihat matahari terbenam seperti dulu lagi, sudah lama ibu tidak pergi ke sana”, sambil melihat foto dengan latar belakang keindahan matahari terbenam di pantai. “Tapi kondisi ibu saat ini masih lemah, dan kaki ibu tidak bisa berjalan” ucapnya dengan arir mata berlinang.
“Memang ibu sudah tidak bisa berjalan lagi, tetapi ibu masih boleh kan mengelilingi pantai dengan putra kesayangan ibu ini” sambil menepuk bahu Daniel “Walaupun ibu sudah tidak sekuat seperti dulu tetapi semangat ibu tidak akan pernah padam apalagi menemanimu sampai usia terakhir ibu” ucap ibu dengan senyum lebar.
“Dari dulu ibu bercita-cita melihat anak kesayangannya berhasil dan sukses meraih semua apa yang dia inginkan, doa ibu tidak pernah berubah untuk selalu meminta Allah SWT melancarkan semua usahamu”, “Ibu tidak pernah menuntutmu harus menjadi apa, seperti siapa, harus ini itu, tidak. Ibu hanya ingin anaknya bahagia selalu dan tidak pernah meninggalkan ibunya” sambil mengusap pipi anaknya yang basah karena penuh air mata.
“Aku berjanji tidak akan meninggalkan ibu dalam kondisi apa pun, aku akan terus menemani merawat ibu sampai akhir” sambil memeluk ibunya dengan kasih sayang. “Sudahlah jangan menangis lagi ibu sudah ikhlas jika sudah tidak bisa berjalan untuk selamanya, mungkin tuhan ingin melihat ibu beristirahat karna dari dulu kebanyakan jalan” dengan tawa kecil. “Ingatlah selalu nak bahwa Tuhan tidak akan pernah memberikan cobaan yang melebihi batas kita, selalu ada hikmah yang terselip di setiap cerita pengalaman kita”, “Di setiap perjalanan hidup manusia pasti selalu ada cobaan entah itu keci maupun berat, tugas kita hanya bersabar dalam menghadapinya”.
“Ayo segera ke pantai ibu tidak sabar melihat keindahan langit senja di pantai” dengan perasaan suka cita. “Baik bu” segera mengangkat ibunya dan menaruhnya di kursi roda dan mempersiapkan semuanya. Setelah tibanya di sana tepat di sore hari. Matahari terbenam sekarang, dan mereka berdua duduk di tepi pantai, mendengar ombak yang perlahan merangkak mendekati mereka. Sarah memandang putranya dengan senyum lembut. “Terima kasih, Daniel,” katanya. “Terima kasih telah selalu bersamaku di tempat ini, bahkan ketika aku sudah tua dan lemah”, “Berjanjilah bahwa Daniel akan menjadi anak baik yang memiliki sifat ikhlas dan sabar seluas lautan” sambil memegang tangan anaknya dengan penuh harapan.
Daniel menatap ibunya dengan mata penuh kasih. “Kau tahu aku selalu akan ada untukmu, ibu,” ucapnya dengan lembut. “Kita akan selalu memiliki pantai ini dan kenangan-kenangan indah yang kita bagikan.”
Mereka merenung dalam diam, merenung tentang perjalanan hidup mereka bersama. Bagi Daniel, mendorong kursi roda ibunya bukanlah beban, tetapi suatu kebahagiaan. Itu adalah tanda cinta dan penghormatan yang tak terbatas yang dia miliki untuk wanita yang telah memberinya segalanya.
Saat malam tiba, mereka berdua pulang dengan perasaan damai dan berharap bahwa besok pagi mereka akan kembali ke pantai ini, untuk menikmati matahari terbit dan suara ombak yang tak pernah berubah.
Tiba-tiba terdengar bunyi alarm “kring, kring, kring...” dan Daniel pun mematikannya dan membuka matanya seketika air matanya berlinang ternyata apa yang dia liat itu hanya mimpi dalam tidurnya dan dia pun teringat senyuman manis di saat terakhir ibunya menutup matanya untuk selamanya tepat di ulang tahunnya yang ke 22.
Sekali lagi hal terduga di saat hari kebahagiaannya ia mendapatkan berita buruk bahwa ibunya meninggal tepat pada saat matahari terbenam. Hingga saat ini Daniel hanya bisa melihat keindahan senja beserta mengenang-ngenang kejadian yang telah dialami. Dia pun selalu menyempatkan akhir pekan untuk pergi ke pantai dan melarungkan bunga disertai doa untuk ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenangan Dalam Senja
Short StoryTentang kegiatan kecil yang selalu mereka lakukan. Hingga terjadinya tragedi yang menyebabkan ibunya harus bersahabat dengan kursi roda untuk selamanya. Sang ibu pun berterima kasih kepada anaknya