39 : Let Go

354 14 0
                                        

Matahari terbit dengan memancarkan cahaya jingga miliknya yang menembus tirai berwarna biru itu. Tak jauh dari sana, terlihat seorang remaja yang tengah tertidur dengan lelapnya tanpa terganggu sedikitpun oleh cahaya yang memasuki kamarnya.

Pintu pun dibuka secara perlahan oleh seorang wanita paruh baya berambut hitam. Wanita itu tersenyum tipis melihat remaja itu dan melangkah menghampirinya. Dengan lembut, wanita itu menyibak selimut putih yang menutupi tubuh remaja itu dan menepuk pipi remaja itu.

"Hei, bangunlah. Ini sudah pagi," ucap wanita itu.

"Eugh ..." remaja itu menggeliat kecil lalu membuka kedua matanya.

Wanita itu tersenyum dan mengelus lembut kepala remaja itu.

"Kau tidak ingin terlambat, bukan?" tanya wanita itu lembut.

Remaja itu terdiam dan menatap wanita itu dengan tatapan rindu.

"Ayo, sang juara tak boleh menunda kemenangannya," ucap wanita itu.

Remaja itu bangkit dan mencoba memeluk wanita itu, namun...

BRUK!

"Auch!"

Remaja itu membuka matanya dan melihat sekitarnya.

Hampa.

Itulah yang ia rasakan. Tak ada wanita paruh baya yang membangunkan dirinya dan juga mengelus kepalanya dengan lembut.

Bahkan tirai jendela miliknya masih tertutup rapi tak tersentuh sama sekali. Selimut yang menggulung dirinya juga ikut terjatuh bersama dirinya dari atas kasur.

Semuanya hanya mimpi.

Remaja itu meringis kecil lalu segera berdiri. Dengan perlahan, ia membersihkan tempat tidurnya dan membuka tirai jendelanya. Membiarkan cahaya matahari memasuki kamarnya kemudian ia melangkah menuju kamar mandi.

Setidaknya, ia tak boleh menunda harinya, kan?

★★★

Kevin, itulah nama pemuda 17 tahun dengan rambut hitam sedikit kecoklatan, bola mata hitam, kulit putih sedikit pucat itu. Ia merupakan anak salah satu sekolah menengah swasta. Saat ini ia sedang menyantap sarapannya dengan tenang.

Sendirian.

Kevin pun menatap kursi di sampingnya dan tersenyum miris. Terlihat bayangan transparan seorang wanita berambut hitam sedang mengoleskan selembar roti lalu menoleh kepadanya dan tersenyum.

"Makanlah yang banyak, juaraku," ucap wanita itu.

Kevin pun tak kuasa menahan air matanya dan terisak pelan. Ia terus menatap sosok transparan wanita itu dan ikut tersenyum walau pipinya terlihat basah oleh air mata.

"Ahh, lihat! Ibu buatkan kau sandwich tuna kesukaanmu. Ayo, makan," ucap wanita itu.

Kevin pun mengangguk kecil dan menatap kembali piringnya. Di sana ada sebuah sandwich yang tadi ia siapkan. Dengan gemetar, ia pun meraih sandwich yang tinggal beberapa bagian itu dan menyantapnya sembari menatap sosok transparan itu. Wanita itu tersenyum kemudian secara perlahan menghilang bagai diterpa angin.

Ibu, aku merindukanmu. batin pemuda itu menangis.

★★★

Kevin di mata kawan-kawannya adalah sosok pemuda yang pendiam dan tertutup. Sebenarnya Kevin adalah pemuda yang ramah dulu, hanya saja sejak kematian ibunya, ia menjadi tertutup.

Tentu saja. Siapa yang tidak akan terguncang jika ibunya ditemukan gantung diri di rumah mereka tepat saat sang anak kembali dengan membawa kabar gembira karena memenagkan lomba Matematika. Niat hati ingin memberikan ibunya kejutan, justru ia yang mendapat kejutan tak terduga begitu tiba di rumah.

[END] SHORT STORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang