1

20 1 0
                                    

Ketika orang yang kita percaya berkhianat, jadi buat apa terus berada di hubungan yang sudah mulai runtuh akan kepercayaan itu? Bukannya hubungan yang sehat adalah hubungan yang saling menjaga terutama kepercayaan satu sama lain?


Ketika jam istirahat berbunyi, Naura mengajak Imel ke kantin untuk membeli makanan. Dari rumah, ia belum sempat sarapan karena terburu-buru pergi ke sekolah.  

"Mel, kantin yuk." ajak Naura sambil berjalan menuju bangku Imel. Imel pun mengangguk lalu berjalan beriringan menuju kantin bersama Naura. "Lo mau beli apa Nau?" tanya Imel yang memperhatikan Naura sedang kebingungan melihat jajanan kantin. "Bingung nih, mau beli batagor atau ayam geprek ya?" Imel terkekeh melihat kebingungan Naura. "Kan lo belum sarapan, yaudah beli nasi aja tapi jangan yang pedes-pedes ih ntar maag lo kambuh lagi." ujar Imel sambil menuntun Naura menuju rak yang berisi makanan yang tidak pedas. Setelah lama memilih, akhirnya Naura memutuskan untuk membeli sebungkus nasi campur dan satu botol air mineral. Terlihat Imel membeli mie ayam dan es jeruk, lalu mereka membayar makanan mereka di kasir lalu berjalan menuju meja kantin. 

"Gimana kabar cowo lo Nau?" tanya Imel pada Naura yang tampak melamun.

"Hm... yaa gitu deh. Gue mau cerita tapi bingung mau mulainya dari mana Mel," Naura masih memikirkan hubungannya yang akhir-akhir ini tidak membaik. "Yaudah cerita aja kali Nau, kayak sama siapa aja sih hahaha." Imel menjawab seraya mengambil kaca yang selalu ia bawa kemana-mana. 

"Jadi gini Mel, hubungan gue sama Kevan akhir-akhir ini lagi ngga baik. Kita sering ribut masalah sepele itu juga karena dia yang sepelein kepercayaan gue Mel. Menurut lo, kalo dalam sebuah hubungan wajar nggak pegang akun sosmed satu sama lain?" Naura mulai cerita sambil meminta pendapat Imel. Imel mendengarkan dengan mengernyitkan dahi. "Menurut gue itu wajar aja sih, tapi pandangan orang juga beda-beda ya. Ada yang bilang wajar dan ada yang bilang terlalu berlebihan. Biasanya kalo udah tukeran sosmed tuh ada masalah yaa sampe bikin lo ngga percaya sama cowo lo." Imel menanggapi cerita Naura. "Hubungan gue udah terbilang lama sih, 3 tahun bukan waktu yang sebentar kan Mel. Tapi, baru kali ini dia ngizinin gue buat pegang akun sosmed dia. Gue belum cek-cek isi pesannya sih, belum siap kalo nanti gue sakit hati." Naura melanjutkan ceritanya. Tak lama dari itu, ibu kantin membawakan pesanan mereka. "Makasih bu," Naura menata makanan milik Imel dan miliknya. 

"Kalo lo udah memutuskan buat saling pegang akun sosmed sih menurut gue lo harus siap sama apa yang terjadi nanti. Tapi gue saranin, kalo cowo lo udah toxic mending lo cabut aja Nau. Buang-buang waktu tau ngga kalo lo bertahan sama cowo yang bikin lo jadi toxic ke diri sendiri." Imel berusaha membaca pikiran Naura yang tampaknya takut kalau pacarnya itu selingkuh. "Iya Mel, gue coba ya ntar. Yaudah makan dulu yuk, nanti jam istirahatnya abis lagi." Imel mengangguk dan langsung menyantap mie ayamnya begitu juga Naura yang sedang menikmati nasi campurnya. 

***

Bel masuk pun berbunyi, setelah selesai menyantap dan menghabiskan makanan dan minuman Naura dan Imel langsung bergegas menuju ke kelas untuk mengikuti pelajaran selanjutnya. Pelajaran selanjutnya adalah Sejarah Peminatan yang diajar oleh Pak Irfan. Pak Irfan menjelaskan materi tentang Sejarah Kontemporer Dunia. Bosen banget hadeh... batin Naura sambil mengambil ponselnya dan membuka akun Instagram milik Kevan. Naura iseng membuka isi percakapan Kevan dengan following-nya dan meng-scroll kebawah lalu ia menemukan pemandangan yang tidak mengenakkan. Saat itu juga, dadanya terasa sangat sesak dan sakit seperti di tusuk. Tak terasa air matanya mengalir tanpa ia minta. Ia menutup ponselnya dan mengusap air matanya sebelum teman-temannya dan Pak Irfan melihat bahwa ia sedang menangis. Pelajaran Sejarah berjalan sampai pada waktu istirahat kedua. Imel menghampiri Naura yang sedari tadi ia menelungkupkan kepalanya diatas meja. 

"Lo kenapa Nau?" tanya Imel sambil mengambil bangku dan menaruhnya disamping kursi Naura. Naura tidak menjawab, Imel mencoba mengamati. Benar, Naura sedang menangis. Imel pun langsung memeluk Naura. Naura semakin terisak dalam tangisnya.

"Mel, gue kira Kevan sebucin itu sama gue. Ternyata gue salah Mel.  Gue kurang apa ya Mel? Gue gendut ya Mel?" tanya Naura dengan suara lirih. "Gue ngga ngerti lo ngomong apa Nau, coba ceritain pelan-pelan." Imel menenangkan Naura sambil mengelus punggung Naura. Naura mengambil napas dan mulai bercerita. "Mel, barusan gue ngecek DM di akun Instagram dia ternyata dia nge-chat cewek-cewek Mel. Mana dia kayak maksa gitu minta nomor WhatsApp." ujar Naura. Imel pun tak percaya seraya meraih ponsel Naura untuk memastikan. Imel pun membelalakkan matanya tak percaya. Dasar cowok nggak bersyukur! Umpat Imel dalam hati. 

"Ya ampun tuh cowok nggak bersyukur banget sih. Nau, lo nggak ada kurangnya tau nggak. Lo itu cantik, pinter. Lepasin aja ya Nau, cowok modelan kayak begitu nggak pantes buat dipertahanin terus. Kasian lo-nya Nau." Ujar Imel. "Meskipun gue ngomongnya gampang, tapi gue tau ngelakuinnya yang susah. Tapi masa iya lo tetap bertahan sama cowok yang udah ngerusak kepercayaan lo ke dia? Lo mau bertahan Nau?" tanya Imel. Naura tak menjawab, yang ia pikirkan hanya mengapa hal itu bisa terjadi. 

"Nau, gue yakin lo bakal nemuin cowok yang bisa memperlakukan lo dengan baik. Gue yakin lo pasti ketemu cowok yang bisa ngejaga perasaan lo dan kepercayaan yang lo beri ke dia." Imel melanjutkan omongannya sambil menggenggam tangan Naura. Naura pun tersenyum dan menetralkan perasaannya setelah mendengarkan ucapan Imel, ia merasa sedikit lega. 

***

Sepulang sekolah, Naura menghempaskan dirinya ke kasur sambil menatap langit-langit kamarnya. Van, gue rasa gue harus move on dari lo mulai dari sekarang, biar nanti kalo kita udahan sakitnya ngga terlalu. Ucap Naura pelan. Ia pun mulai menghapus satu persatu fotonya bersama Kevan. Meskipun tangannya gemetar, ia tak memperdulikan itu. Naura merasakan sedikit lega karena melakukan salah satu upaya untuk membuatnya melupakan pacarnya itu.

Setelah selesai menghapus foto, ia mengalihkan pandangannya menuju jadwal pelajaran kelas 12 yang dia tempel di depan meja belajarnya. Oh iya, gue belum nyiapin buku buat besok. Naura sontak langsung mengambil beberapa buku paket dan mengemasnya dalam tas. Naura merupakan salah satu siswi kelas 12 yang sebentar lagi akan menempuh ujian akhir sekolah. Naura salah satu siswi yang pintar di SMA Harapan. Sekarang bulan Oktober dan bulan Desember para guru akan merekap nilai muridnya yang kelas 12 untuk dijadikan sebagai siswa eligible untuk masuk ke perguruan tinggi melalui jalur rapot. 

Setelah mengemasi buku paketnya, Naura beranjak menuju kasurnya dan memainkan ponselnya. Ia melihat notif dari Imel yang menanyakan bagaimana keadaannya. Naura menghela napas perlahan dan meletakkan ponselnya di meja belajar samping tempat tidurnya itu. Gue nggak boleh galau yang berlarut-larut, apalagi hanya karena masalah cowok yang nggak tau rasa bersyukur! Ayo Nau, lupain. Fokus sama sekolah lo dulu, jangan lemah! Naura mencoba untuk memotivasi dirinya untuk bangkit dan tidak bersedih yang terlalu lama. 

Naura menarik selimutnya dan mematikan lampu utama kamarnya, ia memejamkan mata dan tak membutuhkan waktu yang lama, ia pun terlelap dalam mimpi indahnya. 

"Sebenarnya kita nggak apa-apa kalau merasakan sedih karena melihat orang yang kita sayang melakukan yang membuat kita kecewa. Tapi sebaiknya, ekspresikan rasa sedihmu itu secukupnya dan jangan biarkan untuk berlebihan, karena dapat mengganggu aktivitas dan mood kamu." 

***

UNIVERSE 🪐Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang