Suara jawaban Van teredam bersama suara lintasan kereta sampai akhirnya Alura berdiri dengan wajah protes ketika pendengarannya masih dapat mendengar jelas penolakan Van.
"Kenapa?" Tanya Alura tanpa sadar meninggikan suaranya.
Van melirik Alura sekilas sebelum menghisap puntung rokok yang terakhir dan menekannya ke bambu pos ronda sebelum dia lempar sembarangan.
"Lo terlalu nekat dan lamban. Terbukti dari hari ini gimana sikap lo ngadepin kereta yang jelas-jelas masih jauh tapi lo malah bengong. Meski gue percaya, bukan berarti lo harus nolong gue. Yang terpenting gue tahu gimana dan kapan gue mati biar gue bisa nyelamatin diri gue sendiri." Ujar Van membuat Alura tersentak sebelum meneguk ludah.
Benar. Untuk kasus Van, dia bisa menghindarinya sendiri karena Alura yang membocorkan rahasinya. Tidak perlu seperti orang lain yang Alura harus jaga.
"Tempat yang lo gambar di markas waktu itu ... itu tempatnya? Gue meninggal." Tanya Van membuat Alura yang menunduk, berdehem mengiyakan.
"Jadi, gimana dan kapan?" Tanya Van lagi membuat Alura mau tidak mau memberitahunya membuat Van termenung sebelum berdiri.
Tidak ada reaksi lebih.
"Rahasia kekuatan lo aman. Gue gak banyak bacot kayak Ian." Ujar Van sebelum memasukan kedua tangannya ke saku jaket kulit hitamnya yang bertuliskan Cruz di punggung.
Netra Alura mengerjap, menatap punggung Van yang menjauh. Meninggalkannya yang masih mematung sendirian di tengah terpaan angin malam kuat yang menerpa rambut panjangnya.
Jadi ini merupakan terakhir kalinya mereka dekat, kan?
Sudah waktunya untuk kembali ke kehidupan masing-masing tanpa perlu saling mencampuri. Alura senang akhirnya dia bisa menyelamatkan Van dan pergi dari kehidupan badboy pms itu. Van juga pasti akan senang karena tidak harus didistraksi oleh Alura.
Tapi batin Alura bergejolak, kenapa dia tidak tenang?
Apa karena sekarang dia tidak punya alasan untuk bertemu Van lagi?
Padahal sudah dibilang bahwa dunia keduanya tidak bersinggungan. Alura anak baik tidak banyak neko, Van anak bandel yang banyak cari masalah.
Apalagi banyak luka di tubuh Van yang membuat Alura dapat menderita terus-terusan jika dekat dengannya. Termasuk teman-temannya yang juga hobi tawuran membawa luka di seluruh tubuh. Itu alasan yang jelas harus membuat Alura menghindari mereka.
Padahal Alura suka. Semua suasana di Cruz juga orang-orangnya.
**
"Lagi-lagi nama elo muncul di grup fans Cruz." Ujar Grace ketika keduanya duduk di tepi lapangan dengan pakaian olahraga berwarna biru muda dan hitam melekat di tubuh bersama anak kelas 12 MIPA 2 yang lain.
"Katanya lo cewek kedua setelah Zana dkk yang dibolehin ke sana. Mereka juga rame banget ngomongin elo yang dibonceng Van langsung! Gue juga yang awalnya denger cerita lo kaget, lah! Tapi syukur deh, kaki elo baik-baik aja." Ujar Grace membuat Alura hanya mengangguk meresponnya.
"Gue jadi kepikiran terus, kenapa lo sepengen itu jagain Van?" Tanya Grace mengubah intonasinya menjadi serius.
Alura menggeleng, "Gak lagi. Sekarang udah selesai. Van bisa jaga dirinya sendiri."
Grace jadi termenung, "Apa ini tentang mimpi lo lagi?"
Grace jadi ingat. Grace pun dulu pernah dijaga Alura dan di larang sekolah pada hari tertentu karena gedung Lab akan meledak saat SMP. Katanya Alura mimpi dan ternyata kejadiannya benar. Grace bersyukur karena menurut pada Alura dan dia hanya menganggap Alura terkadang dapat memimpikan masa depan yang buruk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jika Kamu Mati Besok
Teen FictionBagaimana jika kalian harus meminum jus katak? Atau mendengar suara tangisan semut semalaman? Atau keliling dunia untuk mencari permen rasa kebahagiaan dan kesedihan? Terdengar mustahil bukan? Namun semustahil apapun, Van dan Alura akan melakukannya...