Apa yang disembunyikan?

17 1 0
                                    

Agatha Diandra tahu persis bahwa ia bukanlah manusia suci yang luput dari dosa, ia berani bersumpah bahwa sepanjang hidupnya, ia tak pernah memiliki pemikiran untuk menyakiti entitas lain hanya karena egonya tersakiti. Namun di sana, sumpah hanyalah sumpah. Agatha kini justru melakukan hal yang sebaliknya, menyakiti orang lain karena egonya tersakiti.

    "Tinggal akui saja kalau kau memang orang yang mengacaukan kehidupanku," Agatha berdesis geram, memandang sosok yang tampak lemah di hadapannya dengan sorot bengis.

    Kinanti, mahasiswi tahun ketiga dalam bidang studi kedokteran itu hanya bisa meringis kesakitan. Dua jam lalu, Agatha menyeretnya dengan kasar untuk masuk ke dalam mobil, perempuan gila dengan rambut sebahu itu lantas membawa Kinanti ke antah-berantah. Gadis berambut panjang itu tak tahu mereka kini berada di mana, yang jelas Agatha membawanya jauh dari perkotaan, namun dilihat dari pohon-pohon yang menjulang tinggi di sekitarnya, Kinanti tahu bahwa keselamatan dirinya sedang terancam.

    "Aku bahkan tidak tahu kalau orang-orang di kampus masih melakukan hal-hal keji begitu," sahut Kinanti kemudian. Wajah babak belurnya membuatnya kesulitan untuk bicara, terlebih sudut bibirnya yang robek membuatnya hanya diam menahan rasa sakit mati-matian tanpa bisa melawan.

    Sekali lagi, sebuah tamparan keras mendarat di pipi kanan Kinanti. Rona merah seketika tampak di pipi gadis itu, Kinanti yang tak kuasa melawan hanya bisa diam dan tertunduk lemas seraya menangkup tangan di pipi dengan harapan tindakan itu bisa menghilangkan rasa sakit yang menjalar di wajahnya.

    "Tinggal akui saja perbuatanmu dan bantu aku membersihkan namaku lagi."

Kinanti menggeleng pelan. Sekujur tubuhnya sudah kotor dibaluri tanah, sejak satu jam lalu, Agatha tak berhenti memaki dan memukul Kinanti, ia bahkan berkali-kali didorong ke atas lumpur hingga jatuh tersungkur. Kinanti tak kuasa membalas semua tindakan Agatha. Di kampus, Agatha dikenal berkat kecantikan dan kecerdasannya, perempuan berambut caramel itu memiliki teman di setiap sudut kampus, ia memiliki nama dan citra yang baik hingga tak akan ada seorang pun yang percaya bahwa ia merupakan seorang pendosa. Sialnya, Kinanti kebagian sebagai pemeran jahat yang menyebarkan berita palsu di web kampus.

    Jujur saja, ia tidak peduli perihal siapa Agatha atau apa yang dilakukan oleh perempuan itu selama ia tidak mengganggu ketenangan dalam hidupnya. Kinanti tahu Agatha mencoba mempertahankan harga dirinya, namun mau dipaksa dengan cara apapun, ia jelas menolak untuk memberikan klarifikasi ke hadapan publik atas apa yang menimpanya. Kinanti tak peduli bagaimana tampangnya kini, kendati ia tengah sekarat dan kesakitan hingga nyaris mati karena Agatha tak kunjung puas menyiksanya. Perempuan berkaki jenjang itu kini berdiri menjulang di hadapan Kinanti yang terduduk lemas, tangan lentiknya memegang sebuah kamera bermerek mahal yang Kinanti yakini harganya lebih mahal dari uang UKT-nya. Kinanti dan Agatha sama-sama geming di tempatnya untuk beberapa detik di sana.

    Kinanti memandang wajah Agatha lamat-lamat, ada banyak pertanyaan dalam benak perempuan bersurai hitam itu, namun di sana, alih-alih memaki dan meminta Agatha untuk membawanya keluar dari hutan itu, Kinanti justru melempar pertanyaan dengan suara nan lembut, "Apa ini karena Haikal?"

    Lawan bicaranya menaikkan satu alis, memandang tak mengerti. Kinanti memang belakangan sering mendengar perihal kedekatan Haikal dan Agatha. Satu tahun lalu, nyaris semua orang tahu bahwa Haikal menyukai Kinanti, pemuda bermata hazel itu tak pernah malu untuk menunjukkan rasa sukanya secara terang-terangan. Sayangnya, meski Haikal sudah mengupayakan banyak cara dan mengorbankan banyak hal demi mendapatkan hati Kinanti, pria itu tak pernah berhasil membuat Kinanti jatuh hati padanya.

    "Bukankah aku yang seharusnya bertanya mengenai itu?" Agatha bersuara, gadis itu kini mengeluarkan seuntai tali dari saku jaket bomber yang dikenakannya, ia lantas mendekat pada Kinanti, menyetarakan tinggi mereka, lantas bertanya dengan ekspresi serta intonasi yang dingin, "Kau merasa aku merebut Haikal, kan? Kau kesal karena kehilangan penggemar nomor satumu."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 16, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PENGKHIANATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang