Sixteen

917 82 28
                                    

"Selamat pagi" Naruto mengecup sekilas bibir wanita yang mulai mengerjapkan matanya itu. Hinata melenguh pelan, merasakan bias cahaya memasuki kamarnya dan sentuhan jemari di pipinya dengan perlahan.

Mencoba membuka kelopak matanya dari tidur lelap bebarapa jam yang lalu. Ya, memang hanya beberapa jam saja, karena Naruto, kekasihnya itu menguasai tubuhnya semalaman hingga pertengahan pagi.

Wanita itu tersenyum tipis, "Pagi" suara pelan yang serak dari wanita itu mengalun di telinga Naruto. Mereka masih dalam keadaan polos, hanya di tutupi oleh selimut tebal yang nyaman, menutupi sebatas dada Hinata.

Semalam pria itu meminta lagi, dan Hinata dengan senang hati memberi.

Sejak beberapa minggu yang lalu, Naruto telah pindah ke unit apartemen Hinata. Bukan Hinata yang meminta, tentu saja pria itu yang memaksa dan tanpa izinnya langsung memindahkan barang-brangnya dari unit seberang, katanya dia tidak bisa tidur sendirian kalau malam, jadi sekarang mereka sudah hidup bersama lagi seperti di Jepang dahulu.

Hinata beringsut, merapatkan tubuhnya kedalam pelukan pria itu, mencari kehangatan. Stockholm sudah memasuki musim dingin, Natal juga akan datang sebentar lagi. Naruto mengeratkan pelukannya di bahu Hinata, memberikan kenyamanan untuk wanitanya.

"Tidak kerumah sakit ?" Hinata mendongakan kepalanya menatap pria itu.

Seminggu yang lalu Naruto sudah bekerja lagi sebagai dokter di salah satu rumah sakit ternama di kota itu. Tentu tidak sulit untuk pria itu menemukan pekerjaan yang baru disini, mengingat namanya cukup terkenal sebagai salah satu dokter terbaik di salah satu rumah sakit ternama di Jepang.

Naruto mengangguk, "Shift malam, ada jadwal operasi jam sepuluh malam nanti sampai pagi, jadi sampai jam itu, aku masih bisa menemani hari libur mu di rumah." Hinata mencebikan bibirnya, dia tidak minta di temani padahal.

Memang hari ini hari libur Hinata, dia tidak datang ke resto, dan rencana ingin menghabiskan waktu saja di rumah berleha-leha sendirian.

"Kenapa, tidak mau aku temani ?" Pria itu mengapit pelan dua pipi Hinata dengan satu tangannya, membuat wanita itu untuk terus mendongakan wajah padanya.

Hinata menggeleng pelan dengan bibir mengerucut imut, tentu dia mau di temani, "Siapa bilang tidak mau, tentu mau". Ucapan wanita itu sukses membuat senyum Naruto mengembang. Pria itu mengecup pelipis dan pipi wanita itu berulang kali.

"Ayo mandi !?" Naruto merapikan surai wanita itu kebelakang telinganya. Hinata menggeleng, rasanya dia mau di ranjang saja, karena tubuhnya terasa sakit semua dan dia malas untuk berdiri.

"Kenapa? Masih tidak nyaman disini ?" Naruto meraba bawah perut dan pinggul wanita itu, Hinata mengangguk singkat.

"Rasanya masih ngilu dan pinggangku rasanya mau patah" Adu wanita itu pada Naruto. Semalam mungkin mereka terlalu berlebihan.

Naruto memijat pelan pinggul wanita itu, dia merasa bersalah membuat Hinata jadi tidak berdaya seperti ini, "Maafkan aku ya, semalam sepertinya aku terlalu bersemangat"

Hinata menggeleng, mengelus rahang pria itu lembut. "Tidak apa-apa, jangan minta maaf, itu sama saja seperti aku tidak menikmatinya" ucapnya pelan

Naruto tersenyum menggoda, "Jadi kau menikmatinya?"

Hinata mengangguk, "Tentu saja menikmati, Naruto-kun luar biasa" Cicitnya dengan bisikan pelan tepat di depan wajah pria itu.

Walaupun harus menahan malu, Hinata tetap mengutarakan pada pria itu. Naruto selalu luar biasa setiap kali mereka bercinta, hanya pria itu yang bisa membuat Hinata tidak berkutik dan selamanya hanya pria itu yang boleh melakukannya.

Am I a Sex Slave ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang