I. Sola Dosis Facit Venenum

2.8K 382 32
                                    

⠀⠀Entah untuk keberapa kali, Hawk melihat darah dan bayangan gelap mengejarnya.

⠀⠀Pria itu tersentak bangun, napasnya terengah. Ia menatap nyalang langit-langit kamar, sadar bahwa tadi itu hanya mimpi. Memejamkan mata, Hawk berusaha menenangkan debar jantung, kemudian melompat turun dari ranjang. Ia bahkan tak repot-repot mengecek putaran jam pasir—alih-alih, menyambar kemeja dan berpakaian dengan tangan gemetar.

⠀⠀Tak sampai lima detik kemudian, Hawk sudah merangsek keluar rumah dan berlari menyusuri jalanan Novum-Ur.

⠀⠀Kota itu sepi, kebanyakan orang sudah lelap dalam kehangatan kamar tidur masing-masing. Mungkin hanya pencuri yang masih berkeliaran di tengah malam seperti ini, atau orang-orang yang sudah setengah gila, seperti Hawk.

⠀⠀Langkahnya tertuju pada sebuah rumah di pinggir laut, sedikit tersembunyi dari bangunan lain. Semak mawar dan bunga tulip menghiasi taman depan, tapi dilewati begitu saja oleh laki-laki itu. Ia tak menuju pintu, melainkan menyusuri bagian samping rumah, langsung ke pantai kecil di belakang.

⠀⠀Hawk tersuruk di atas pasir, jatuh berlutut. Dengan tangis yang menyekat tenggorokan, laki-laki itu merangkak ke tepi air. Suaranya parau, penuh permohonan.

⠀⠀"Lyra. Lyra!"

⠀⠀Ekor berkilauan menyibak permukaan laut, berenang ke arahnya. Sesosok wajah pucat muncul tepat di hadapan Hawk, menunjukkan taring-taring tajam dengan galak.

⠀⠀"Jangan berteriak. Altan sudah tidur!"

⠀⠀Hawk melirik rumah di belakangnya. "Maaf, tapi aku butuh bantuanmu."

⠀⠀Dengan kata-kata itu, ekspresi Lyra melembut oleh iba. "Ini sudah ketiga kalinya dalam satu minggu."

⠀⠀"Aku tahu, tapi…"

⠀⠀"Bergantung pada sihir tidak bagus untukmu, Hawkie."

⠀⠀"Lyr." Hawk menyeka air mata yang mulai menetes dengan kasar. "Jika aku punya pilihan lain, aku akan melakukannya."

⠀⠀"Ramuan Carina…?" Lyra bertanya, sebelum menggeleng sendiri, "tidak, tidak. Terlalu banyak ramuan juga tidak bagus."

⠀⠀"Lyr."

⠀⠀"Kau bermimpi yang sama lagi?"

⠀⠀Pria itu menjawab dengan anggukan. "Darah mengaliri tanah yang kupijak. Dan bayangan hitam… Mengejarku. Aku tidak pernah setakut itu dalam hidup. Padahal itu hanya bayangan, tapi aku tahu akan terjadi hal-hal mengerikan jika sampai tertangkap."

⠀⠀Lyra menghela napas, menyeret tubuh lebih jauh ke pasir. Kemudian, dua tangannya menangkup pipi laki-laki itu, mulut mulai menyanyi.

⠀⠀Hawk memejamkan mata hitamnya, diiringi helaan napas lega.

⠀⠀Kali ini, Hawk dibangunkan oleh ujung kaki yang mendorong-dorong bahunya. Mengerang pelan, Hawk membuka mata. Ia masih berbaring di atas pasir, matahari bersinar terik.

⠀⠀"Kau ingin berjemur sampai jadi ikan asin atau apa?" tanya Caspian, menudungi mata dengan tangan. "Bangun, sialan."

⠀⠀Hawk melontarkan satu kata makian yang membuatnya dipelototi sang kapten, tapi tetap bangkit berdiri. Pasir menempel ke kulit dan kemejanya, tak dipedulikan laki-laki itu.

⠀⠀"Cepat masuk, sarapan sudah siap." Caspian mengedik ke belakang.

⠀⠀Hawk bangkit perlahan, masih sedikit mengawang setelah istirahat yang terlalu lelap. Sambil mengikuti langkah pemilik rumah, ia berusaha membersihkan butir-butir pasir sedapatnya.

Of Sand and ShadowsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang