VII. Veritatem Cognoscere

2K 329 49
                                    

⠀⠀Dari Nalareth, butuh dua hingga tiga hari perjalanan menuju kota kuno Geras. Yang berarti, mereka harus menyiapkan perbekalan setidaknya untuk satu minggu.

⠀⠀Kembali ke Windrider, Hawk sama sekali tidak memberi jeda pada dirinya sendiri. Ia mengurus semua persiapan, menyewa unta-unta dan pemandu yang bisa membawa mereka melintasi gurun pasir. Ia mengecek peta lagi dan lagi, memastikan tak ada detail yang luput.

⠀⠀Setengah perjalanan akan cukup mudah karena mereka menyusuri tepi sungai besar Jahl, tapi kemudian mereka akan berbelok ke utara dan tak akan ada lagi sumber air sampai Geras. Maka, Hawk memperhitungkan berapa barel air yang harus mereka bawa, begitu juga satu atau dua barel air laut untuk jaga-jaga jika Altan kembali berpijar.

⠀⠀Hawk sudah akan ikut menurunkan perbekalan saat satu tangan lentik meraih lengannya. Mungkin karena kebiasaan, tapi dia sudah tahu siapa itu bahkan sebelum menoleh. Saat matanya bertemu dengan mata amber Carina, suara Hawk sedikit melembut.

⠀⠀"Aku sedang sedikit sibuk, Car. Kalau ada yang kau perlukan—"

⠀⠀Gadis itu menggeleng, dan mengangkat telapak tangan kiri Hawk yang dibebat asal-asalan oleh Caspian setelah dari ahli nujum tadi. Hawk sudah berniat untuk meminta Nolan membersihkan lukanya dengan benar saat di kapal, tapi ternyata dia langsung sibuk sendiri hingga lupa dengan niat itu. Darah merah mulai merembes dari balik perban darurat, dan Carina menatapnya penuh makna.

⠀⠀Hawk tidak mengatakan apapun, membiarkan si siren menangkup lukanya dengan kedua tangan dan mulai bernyanyi. Lirih saja, tapi Hawk bisa merasakan luka di dalam perban kering perlahan, darah berhenti meruap. Memang tidak sepenuhnya sembuh, tapi itu pun sudah cukup.

⠀⠀"Terima kasih," laki-laki itu bergumam.

⠀⠀Giliran Carina yang tak berkata. Ia melepas pegangannya pada tangan Hawk, dan berlalu begitu saja.

⠀⠀Perjalanan mereka dimulai dengan lambat. Hawk melangkah di depan, bersama Caspian dan seorang pemandu. Dia juga sekaligus menjaga unta dengan houda tertutup di atas punggung—tempat Lyra duduk bersama Altan untuk menghindar dari panasnya matahari. Carina berjalan tak jauh di samping Hawk, menjadi pusat perhatian karena fisiknya yang tak biasa. Tapi gadis itu tetap tenang, wajah tak menunjukkan ekspresi apapun.

⠀⠀Mereka keluar dari benteng pembatas kota, menyusuri sungai besar Jahl yang menjadi jantung peradaban Batra. Di wilayah gurun pasir nan gersang, sungai ini adalah satu-satunya penyambung hidup. Mengairi perkebunan gandum dan jelai, memberikan air minum, hingga menjadi jalur transportasi tempat perahu-perahu tradisional berlayar. Pohon-pohon palem dan rerumputan tumbuh subur di tepiannya.

⠀⠀Sesekali, mereka akan bertemu dengan mekanisme irigasi khas Batra—sebuah pipa besar yang diletakkan miring dengan satu ujungnya terbenam di air. Dalam pipa tersebut, ada propeler yang berputar untuk membawa air dari bawah ke sungai irigasi di atas. Sebuah gir besar dari kayu tersambung ke sana dengan mekanisme rumit, ditarik kerbau untuk menjalankan propeler.

⠀⠀Tentu saja, Gunnar adalah yang paling tertarik. Ia memperhatikan cara kerja alat itu dan bertanya pada pemandu dengan bantuan Hawk sebagai penerjemah. Tanpa perlu diragukan lagi, begitu mereka kembali ke Batra, Gunnar pasti sudah akan mengutak-atik kayu untuk membuat alat tersebut.

⠀⠀Semakin menjauh dari batas Nalareth, semakin mereka melihat sesuatu di kejauhan. Bangunan-bangunan berbentuk limas segi empat, terbuat dari batu putih dan pucuknya dilapisi emas. Membuatnya memantulkan matahari dan terlihat seolah bercahaya. Di bagian depan bangunan, terdapat patung-patung raksasa berbentuk dewa dan binatang.

Of Sand and ShadowsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang