20

13.1K 1.1K 162
                                    

Hari ini sudah Haikal putuskan, tentang hubungannya dengan Erza.

"Za. Mau lo apa? Jangan maruk!" ucap tegas Haikal. Erza hanya menunduk diam. Keduanya tengah berada di sebuah cafe, berada di pojok ruang sehingga tak terlalu terdengar pembicaraan mereka.

"Aku nggak pernah minta kamu datang dihidupku," jawabnya berani namun masih menunduk. Haikal mengusap wajahnya kasar.

"Setiap gue tanya hubungan lo sama Reynard, lo diam dan bantah kalau kalian punya hubungan. Tapi kelakuan lo berdua sebaliknya,"

"Memang kita nggak punya hubungan," jawab Erza.

Haikal gemas, ia menarik wajah Erza sehingga ia mendongak. Beberapa pasang mata mulai menatap kearah keduanya.

"Erza. Gue cemburu!" ucap Haikal. Erza ingin melengoskan wajah, namun dicengkram oleh Haikal. 

"Gue cemburu lo dekat sama Reynard," terusnya.

"Kamu nggak ada hak Haikal," cicit Erza. Haikal menunjukkan seringainya.

"Jadi biar gue punya hak, ayo jadi milik gue. Akhiri apapun hubungan lo sama si Reynard. Karena gue nggak suka berbagi, terutama masalah hati," ucap Haikal dengan tegas, matanya menajam menatap kedua mata Erza yang sudah berkaca-kaca siap untuk menangis.

"Reynard itu..." terbata Erza mengatakannya, menahan sakit didagunya karna cengkraman semakin kuat.

"Cepat ngomong!!" Bentak Haikal keras mengundang atensi para pengunjung cafe.

"Kalau berantem jangan disini tolol!!" teriak salah satu pengunjung. Haikal menatap sebentar orang itu lalu kembali pada wajah Erza yang tengah menangis.

"Gue nyuruh lo ngomong bukan nangis!!" Sentaknya sekali lagi. Hingga seseorang menariknya.

Bughh

Sebuah pukulan teramat keras tepat mengenai rahang kanannya. Semua orang kaget, Haikal terkapar di lantai.

"Apa maksud lo bentak Erza kayak gitu? HA?!" bentak seseorang. Haikal tersenyum miring. Orang yang ia tunggu datang tepat waktu.

"Wah elo disini juga? Sengaja ngikutin kita?" tanya Haikal memandang remeh Reynard.

"Bukan urusan lo," jawab Reynard.

"Oke, memang nggak penting juga gue tau ngapain lo disini. Tapi gue mau ini clear, gue mau Erza jadi milik gue. So, lo harus jauh-jauh dari dia," ucapnya sambil berdiri. Berdiri menantang di depan cowok yang memukul.

Kepalan tangan Reynard disisi tubuhnya menguat. Siap untuk memukul kembali.

"Punya nyali lo nantang gue?"

Haikal yang ditanyai hanya tersenyum sinis.

"Disaat sesuatu jadi milik gue. Nggak ada satu orangpun bisa ambil itu dari gue," tambahnya.

Bughh

Satu pukulan melayang kembali pada wajah merah marah Haikal hingga dirinya kembali terjatuh.

Erza segera menarik laki-laki yang memukul tadi mundur. Ia tak mau menambah keributan.

"Sudah Rey. Pergi saja," ucap Erza menarik tangan Reynard untuk melangkah keluar. Namun ditahan oleh ucapan Haikal.

"Erza itu lonte! Gue sudah pernah nyoba, lumayan lah. Udah pernah nyoba belum?  Atau malah ketagihan. Makanya lo nggak bisa lepasin dia?"

"Haikal!!" bukan Reynard yang berteriak melainkan Erza. Sungguh Erza malu, bukan karena dirinya yang seperti itu. Tapi ia merasa ucapan Haikal sangat menyakitkan dan membuatnya merasa direndahkan.

TOO (BXB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang