"Ich... Yuan, apaan sih!! sakit tau," ucap Febri yang tidak terima dengan apa yang aku lakukan.
"Kau gila!! sejak kapan kau bertindak sejalang tadi,'
plak...
Aku benar-benar tidak siap dengan apa yang saat ini aku hadapi.
Febri, gadis yang aku kenal lembut dan polos. Gadis yang telah lama ku anggap sebagai karibku, hari ini menamparku dengan kasar.
" Kau? " dari mana kau punya keberaian buat berkata seperti itu?!!" potongnya dengan tatapan sinis.
Aku terdiam, karena benar-benar kaget.
" Kau tau, gak semua perempuan bisa di perlakukan dengan indah seperti aku tadi, tapi kenapa kau menghentikannya?"
" Karna itu bukan Febri," Aku tidak bisa mengontrol amarahku.
" Aku tidak mengenal wanita yang tadi. Sejak kapan kau menjadi wanita jalang seperi tadi, " Yuan, " aku belum selesai!" tak ada kesempatan buatnya memutus kalimatku.
Aku menyadari saat itu, seluruh kampus sedang berpusat pada kami berdua. dari sudut mataku, aku mendapati ketiga pemuda bajingan itu menatapi kami.
" Aku tidak mengenal Febri yang sekarang. Kau cantik, kau membuatku pangling saat pertama kali menemukanmu. Tapi aku tidak menyangka, prilakumu semurahan itu. "
"Hei... jangan terlalu berlebihan," ucap Juan sambil merangkul Febri di hadapanku.
" Lepaskan rangkulanmu," ucap ku mengggila.
Hhah...
lelaki itu tersenyum mengejek.
" Aku yakin Febri lebih senang jika tanganku tetap di posisi ini. Iya kan sayang?" ucap Juan sambil menyentuh dagu Febri, yang kemudian mendaratkan ciuman kupu-kupu di bibirnya.
Aku benar-benar kesal pada apa yang aku temukan. Rasanya seisi perutku berputar. aku ingin memuntahkan salad yang baru saja aku cerna.
" Sialan, bitch!!!" ucapku dan hendak berlalu dari tempat itu. Namun, baru saja aku berbalik, di belakangku telah berdiri Stevano.
" Jangan terburu-buru manis," ucapnya sambil memangku dengan tatapan menjijikkan.
Sayangnya, aku tidak pernah memberi kesempatan buat siapapun dapat merendahkanku. Dan inilah penyebap, kenapa mommy memindahkanku ke luar negeri.
" Apa lagi?" ucapku dengan tatapan nanar.
" Nyalimu besar juga, kau tidak kenal kami siapa?" bisik Stevano dengan nada datar yang mengerikan.
Aku tidak menjawabnya.
Stevano mendekatkan wajahnya yang tampan, yang kemudian mengarahkan bibirnya ke dekat telingaku, yang otomatis bibirku juga mendekat ketelinganya.
" Aku tau, kalian adalah kumpulan bajingan bodoh yang menyebalkan,"
Usai mengucapkan itu, Aku bisa merasakan kebekuan tubuh Stevano yang kaget dengan perlawananku. " kalian hanya kumpulan sampah yang menjijikkan. Orang-orang bodoh yang menutupi kebodohannya dengan menindas yang lemah." tambahku.
Akupun mendongak dan mendapati tatapan nanar Stevano yang tampak masih membeku.
" Kaget?" tambahku yang kini menatap langsung mata dingin itu.
Aku hanya tersenyum, yang kemudian meninggalkan Stevano dan teman-teman bodohnya.
Jam menunjukkan pukul 19.00, gadis itu kembali ke apartemen mewah yang telah di siapkan oleh mommynya. Yuan melepas sepatunya dan meletakkannya secara sembarang di belakang pintu masuk. Gadis itu kemudian melempar tubuh langsingnya ke sofa yang kemudian menarik nafas dalam-dalam.
krang...
Suara berisik dari dapur itu tak membuatnya kaget.
" Aku ada perjanjian dengan mommy Sopie, kenapa kau masih kemari?" ucapnya tampa harus melihat wujud orang yang sedang berada di dapurnya.
" Hah... kau selalu hebat dengan telepatimu," balas gadis paruh baya berkaus hitam yang lekat pada tubuh tinggi semampainya yang berotot.
" Itu bukan telepati bodoh. itu karna kau satu-satunya bodyguard resek yang gak bisa di atur," ucap Yuan sambil membuka ponselnya.
" Hmm... Maafkan aku Yuan, aku gak bisa biarin kamu berkeliaran tanpa aku," balasnya sambil membawa 2 mangkuk makanan.
" Aku tidak bercanda Sopie, aku butuh ruang utntuk diriku sendiri,"
" Aku mengerti, kau lupa, aku adalah satu-satunya orang yang sangat paham dengan dirimu. Aku hanya tidak percaya, emm.. lebih tepatnya tidak nyaman jika kau berada jauh dari pengamatanku,"
" Sopie!!!" Nada bicara Yuan meninggi, membuat gadis bodyguard itu kaget.
" Aku butuh ruang. Aku bukan peliharaan. Aku ingin hidup layaknya teman-temanku. Kalian berprilaku seolah-olah aku adalah peliharaan kalian!!" Mata gadis itu berkaca.
Sopie terdiam sejenak. Ia memandang Yuan sejenak. yang kemudian memuatnya menghela nafas.
" Baik, aku paham Yuan. Aku meminta izin pada nyonya untuk mengikutimu ke mari. Dan aku mendqapatkan izin itu. Tetapi kurasa kau kurang nyaman dengan apa yang aku lakukan. Aku sudah menyewa apart berdekatan dengan apartmu. tetapi mungkin aku akan membatalkannya dan mencari apart yang mungkin lebih jauh dari mu. Mungkin, aku saja yang tidaak mengerti situasimu. Aku minta maaf. Jangan lupa makan ya, ini adalah salad kesukaanmu. Jika kau membutuhkan aku, telpon saja, aku akan datang. See Yuan," ucap Sopie dan berlalu dengan senyum kekecewaan yang tergambar di mimik wajahnya.
Malam itu, Yuan melewati malam yang begitu sepi. Gadis itu tidak berhenti menatap indahnya pemandangan malam di kota itu.
Detik selanjutnya, di sela kesepian Yuan, ia teringat pada Stevano dan kawan-kawannya.
" Siapa mereka?" pikir Yuan yang kemudian mengambil notebooknya, yang kemudian mengecek pencarian di internetnya.
Stevano Adrian, Anak kedua dari salah satu pengusaha terbesar di kota itu. Selain pengusaha, ayahnya merupakan salah satu donatur terbesar di kampus tempat saat ini Yuana kuliah. Selain pengusaha, ada isu yang mengabarkan kalau ayah Stevano juga terlibat kerja sama dengan mafia yang ada di kota itu. namun tak ada yang bisa membuktikan kebenarannya.
Aditia Surya, Anak politikus terkenal di kota itu. Selain sebagai politikus, ayah Aditia juga pemilik beberapa perusahaan besar yang ada di kota tersebut, dan di iming-iming berteman baik dengan ayah Stevano.
Juan Perwira, Isunya Mafia terbesar dikota itu hanya memiliki satu orang anak, anak itu berbaur dan sekolah bersama dengan anak-anak pada umumnya, tanpa membiarkan identitas mereka terbuka. dan isunya anak itu adalah Juan Perwira, sahabat Stevano.
" Pantas saja, kemungkinan besar, artikel ini benar, kalau tidak mereka bertiga gak akan berani sesuka hati," isi hati Yuana.
Stevano Pov
" Hei... kenapa kau menyendiri? ada masalah lagi dengan ayahmu?" tanya Juan sambil membawa segelas minuman di tangannya.
" Hhah... dia bukan objek yang pantas untuk ku pikirkan,"
" Lalu apa?" tanya Juan yang kemudian memutuskan untuk duduk di kursi sebelah sahabatnya itu.
" Kau ingat anak baru tadi siang?"
sekilas, tatapan Juan memicing, " Kau tertarik padanya?"
Stevano tersenyum.
" kau gila, Aku bukan orang yang dengan mudah memberikan perhatianku pada semua wanita,"
" Lalu apa?"" Kau tidak mendengar kata-kata yang ia bisikkan Juna, aku merasa seperti di lecehkan oleh bisikan mematikan dari mulutnya. Stevano dendam.
KAMU SEDANG MEMBACA
PIECE OF HEART
RomantikYuana Clasia, gadis yang membuat jiwa mem-bully ku bangkit, gadis yang bodoh yang sok jagoan. Gadis bodoh yang suka ikut campur dengan urusan orang lain. Gadis bodoh yang sok merasa pahlawan. Mereka menyebutnya Stefano, laki-laki yang cukup tampan...