~ 4 ~

1.5K 64 0
                                    

Selamat membaca

Entah sudah beberapa kali Emily berjalan bolak balik keluar masuk ruangan direkturnya. Permintaan dan tuntutan Leon padanya begitu banyak. Mulai dari revisi dokumen, hingga rasa kopi yang tidak sesuai dengan lidah direkturnya itu. Hal tersebut sudah berlangsung beberapa hari sejak kehadiran direktur bernama Leon itu.

Larry sampai menggelengkan kepala melihat kesibukan Emily yang tidak ada hentinya itu.

"Apakah pak Leon ada dendam sama kamu? Tanya Larry ketika Emily berhasil duduk dengan tenang setelah membuatkan kopi yang terakhir.

"Saya tidak tahu pak." Ucap Emily dengan nada pasrah.

"Padahal pak Leon bukanlah pecinta kopi. Dia lebih suka wine. Sabar ya Em, bentar lagi madam Margareth akan kembali." Ucap Larry.

"Syukurlah." Ucap Emily dengan lega.

.....

"Welcome back Madam." Pekik Emily saat melihat sosok madam Margareth yang masuk ke ruang sekretaris. Bukan hanya senang karena role modelnya itu telah kembali, tetapi Emily merasakan kelegaan karena ia akan jarang berurusan langsung dengan Leon selama ada madam Margareth.

"Hei Emi, aku dengar kamu sangat menikmati hari harimu menjadi sekretaris Pak Leon." Ucap Madam Margareth dengan senyum manisnya seperti biasa.

"Oh Madam mengejek saya. Masih pagi loh ini Madam." Keluh Emily.

"Good job Emi. Aku jadi lebih tenang karena sudah ada kamu."

"I do the best to cover you Madam. Daaaannnnn...  sekarang saya serahkan kembali tongkat estafet sekretaris direktur ini kepada pemiliknya." Ucap Emily dengan ceria, seraya menjabat erat tangan madam Margareth.

"Sini Emi, duduklah sebentar." Ucap Madam Margareth dengan wajah serius.

Suasana hati Emily yang membuncah tiba - tiba terasa hampa saat melihat perubahan raut wajah madam Margareth. Emily berjalan perlahan menuju kursi di depan meja Madam Margareth.

"Ada apa Madam?" Tanya Emily dengan firasat buruk.

"Maaf aku tidak bisa memberitahumu sebelumnya. Tapi karena sebentar lagi kita akan ada meeting seluruh staf sekretaris, jadi tidak apa jika aku beritahu sekarang."

"Iya madam, silakan katakan saja."

"Hari ini aku datang untuk mengemasi barang barangku dan berpamitan. Aku mengambil pensiun dini." Ucap Margareth dengan raut murung. Sebenarnya Margareth masih ingin mengabdi di perusahaan ini.

"Tiba-tiba?" Tanya Emily dengan raut wajah khawatir.

Margareth menghela napas. Kemudian menatap Emily dengan lembut. Mau sampai kapan ia akan menyembunyikannya.

"Sebenarnya satu tahun yang lalu aku mengajukan resign. Kesehatanku makin memburuk, aku sudah divonis kanker rahim stadium 2. Namun para direksi tidak mengijinkan aku resign. Mereka memberikan aku waktu untuk cuti panjang dan berobat kemudian kembali bekerja sampai waktu pensiunku tiba."

"Oh my God. Saya tidak tahu anda sakit kanker. Madam patut mendapatkan pengobatan yang terbaik. Dan saya senang karena para direksi memberikan waktu untuk Madam menjalani pengobatan. Mereka pasti sangat kuatir dengan kondisi Madam, sama seperti saya." Emily menggenggam tangan Margareth seolah memberikan kekuatan pada seniornya itu.

"Aku tau. Tetapi kesehatanku semakin memburuk dalam 3 bulan terakir ini. Aku tidak ingin berharap ataupun memberikan harapan. Akhirnya 3 bulan yang lalu aku mengajukan untuk pensiun dini."

"Kenapa tidak ada yang memberitahuku, tentang pensiun awal madam?" Tanya Emily.

"Hanya para direksi yang tahu. Karena aku memohon pada mereka untuk tidak memberitahu semuanya termasuk Larry. Aku tidak ingin membuat kalian terbebani dan mengasihani keadaanku."

"Madam, saya tulus berdoa untuk kesehatan anda. Saya harap Madam akan mendapatkan pengobatan terbaik. Dan tetap semangat." Ucap Emily dengan mata berkaca kaca.

"Iya Emi. Terima kasih banyak. Lanjutkanlah pekerjaanmu. Aku akan mulai menyerahkan beberapa sisa tanggungjawabku kepadamu." Ucap Madam Margareth dengan senyum.

Emily membalas senyum madam Margareth dengan tulus. Ia pun kembali ke meja kerjanya dan menatap layar monitornya yang belum menyala. Saat melihat pantulan wajahnya di layar, Emily mengerjap beberapa kali. Ia pun menarik napas dan menguatkan mentalnya.

"Semua akan baik baik saja." Ucap Emily dalam hati.

.....

Seluruh staf departemen sekretaris dan beberapa staf dari personalia sudah hadir di ruang meeting. Tepat saat Leon masuk ke dalam ruang meeting, mereka semua berdiri, kemudian kembali duduk setelah Leon duduk.

Seorang staf dari personalia mulai memberikan pengumuman tentang pergantian sekretaris untuk direktur utama.

"Pengganti dari Madam Margareth adalah Emily, yang akan mulai bertugas hari ini sebagai sekretaris direktur utama."

Emily yang tadinya menatap lurus ke depan, ia kemudian mengalihkan pandangannya ke arah staf personalia tersebut.

"Saya siap." Ucap Emily dengan mantab. Padahal suasana hatinya sangat bergemuruh. Ia tidak berani mengalihkan pandangannya untuk menatap Leon sebagai direktur utama. Emily tidak tau mengapa dirinya yang terpilih, padahal masih banyak sekretaris yang lebih berpengalaman dan pantas untuk menggantikan madam Margareth.

"Aku titipkan tanggungjawab sebagai sekretaris utama dipundakmu ya Em. Aku memilihmu karena aku tau kemampuanmu." Ucap Madam Margareth sambil menepuk bahu Emily.

"Baik Madam. Saya akan memberikan yang terbaik." Jawab Emily dengan tersenyum.

..... Bersambung .....

Publish : 14 02 24

My Cute Secretary [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang