FEBRI

45 12 0
                                    


Hari ini adalah hari pertama aku menginjakkan kaki di dunia perkuliahan. Ada perasaan haru dan bahagia. Hanya, ada beberapa yang membuatku merasa canggung. 

Aku tidak mengenal siapapun. Rasanya aku seperti memasuki dunia yang tak pernah terjamah olehku. Ada kesedihan yang aku lewati sebelum memasuki dunia ini, Aku harus berpisah dengan mama dan papa, terpisah dari sahabat dekatku, yang kuliah di tempat lain. Rasanya sunyi, tetapi aku bisa apa, ini adalah impianku, keinginanku. 

Saat kelas pertama ku, aku sedikit bingung. Ada 3 pemuda tampan yang datang terlambat, tetapi mereka tidak perlu meminta izin pada dosen untuk bisa masuk ke dalam kelas. Mereka hanya melenggok, dan merancau sesuka hati mereka. Kebingunganku tidak berawal dari hal itu. Saat pertama masuk kelas tadi, aku di tegor oleh salah satu maba karena duduk di kursi paling depan. Aku kaget, kursi itu belum ada pemiliknya, lalu kenapa aku tidak boleh duduk disana? 

dan akhirnya semua terjawab, ternyata kursi itu milik 3 pemuda tampan itu. 

" Hei.. kau tidak dengar aku memanggilmu?" 

Aku tersentak saat dosen meneriakiku karna aku tak merespon saat di panggil olehnya. 

" Maaf pak, " ucapku dengan malu. 

sekilas, perhatian seisi ruangan tertuju padaku. Termasuk perhatian ketiga lelaki tampan itu. 

Aku tertunduk malu, benar-benar malu. 

" Kau tadi kenapa?" tanya salah seorang mahasiswi bernama Kei yang duduk tepatdi samping kursiku. 

" Tidak, aku hanya sedikit tidak fokus,"

" Jangan bilang karna Stevano Cs,"

" Maksudnya?" 

Aku penasaran, dan akhirnya aku mengetahui siapa ke-3nya. 

tetapi jujur di lubuk hatiku paling dalam, aku tidak bisa menepis pesona mereka. Walau ada kenyataan yang sedikit tidak mengenakkan aku dapati dari Kei. Mereka suka mengganggu orang lain. 

" Hei...!!

" Maaf, aku benar-benar tidak sengaja," 

" Ahahah.. kau mau bermain-main dengannya Juan?" ucap Adit, satu-satunya yang paling clingy diantara mereka. 

" Jangan berkata seperti itu Adit, kau membuatnya takut. Aku pikir kita mempunyai anggota baru, iyakan cantik," ucap Juan sambil mengelus lembut pipiku. 

Aku tidak mengerti apa yang mereka maksud dengan anggota baru, yang ada di pikiranku adalah, bagaimana caranya aku bisa lepas dari mereka. 

" Kau mengerti kan?" bisik Juan dengan nada datar yang dingin di telingaku, dan aku hanya mengangguk setuju. 

" Aku tidak suka style mu, kau terlalu sederhana untuk berkeliaran di dekat kami," ucap Juan saat membawaku ikut serta dengan mereka ke sebuah butik mewah. 

" Kau dengar aku?" tanya Juan sambil menarik daguku agar memperhatikannya. 

" I..iya,'

" Sejak tadi kau menatap pada Stevan dan Adit. Ada apa? kau menyukai mereka?" tanyanya. 

" Bu.. bukan, Aku bingung. Apa mereka tidak punya teman perempuan seperti aku?" ucapku sedikit takut. 

" Hhahaha... kau salah. Mereka hanya tidak nyaman berjalan-jalan dengan wanita. Ini hanya permulaan. Aku tidak ingin kau berkeliaran dengan penampilan sederhanamu yang bodoh. Itu memalukan." 

Aku hanya tersenyum getir, sekali gus mencoba menyembunyikan rasa sakit hati yang aku rasakan. Aku pikir aku special. dasar bodoh !! 

" Hei... kau modis sekali," ucap Kei yang sewaktu aku duduk kembali di sampingnya. 

" Ouh ya... terimakasih," ucapku menyeringai ramah. Seperti biasa 3 kursi tengah di siapkan untuk 3 lelaki tampan itu. Hanya saja, ada yang berbeda, beberapa gadis yang biasanya tampil sederhana, kini tampak lebih seksi dan stylis. Apakah mereka sama sepertiku?

" Baik, karena semuanya telah hadir, kita akan memulai mata kuliah hari ini," ucap dosen yang saat itu mengajar. Namun, 

" Sebentar pak," ucap Juan menghentikan gerakan dosen yang saat itu siap untuk mencoretkan spidol ke whiteboard di hadapannya. 

" Y Juan, silahkan," 

Gila, baru kali ini aku melihat seorang guru di kendalikan siswanya. 

" Febri !! Kedepan!!" 

Aku benar-benar terbelalak ketika Juan menyebutkan namaku. 

" Kau tidak mendengarku?" ucapnya dengan nada kesal. 

Aku kaget. Dengan tegopoh-gopoh aku datang ke hadapannya. 

" Tia, pindah kebelakang." ucap Juan, menyuruh wanita seksi yang biasa duduk di sampingnya untuk pindah ke kursiku di belakang. tepatnya di samping Kei. 

" Tapi sayang,

" Kau tidak dengar ucapanku?!" desak Juan. 

" Aku.. Akukan anggotamu," Tambahnya tidak terima. 

Juan hanya tersenyum, yang kemudian mengecup lembut gadis itu, lalu berkata, 

" Aku memasang umpan untuk menjebak mangsaku. Saat ia telah terjebak, untuk apa lagi aku memberikan umpan? paham cantik. Kau sudah selesai," 

Deg... ia tidak mengatakan hal itu padaku. Tetapi aku paham, suatu saat aku akan menemukan giliran, saat dimana aku akan diperlakukan Juan demikian. 

Hari-hariku semakin sibuk, menjadi anggotanya berarti aku harus mengikuti semua kemauannya. Melelahkan sekali gus menyenangkan. Aku tau ini bodoh, tetapi aku yakin, wanita manapun akan jatuh cinta dengan perlakuan manis Juan. 

Karakterku berubah sesuai dengan yang ia mau, dan entah sejak kapan, aku mulai terbiasa dengan kehidupan mereka. Club malam, pulang larut, bolos, berpakaian terbuka, make up dan sylis rambut. semuanya.  

Aku tak bisa sembunyi dari kenyataan. Aku tidak bisa hanya menerima hal -hal indah yang aku jalani selama menjadi anggota mereka. 

Ya... aku sering kali menyaksikan secara langsung, melihat dan menjadi saksi dari pembullyan yang mereka lakukan. Tak ada yang menghalangi pandanganku. Tepat di depan mataku, korban-korban mereka menangis dan meratap, meminta ampun agar tak di pukul, disiksa oleh mereka. 

Tetapi dengan bodohnya, aku berpura-pura seakan-akan aku menikmati pembulian itu. Aku tertawa seakan melihat hal lucu yang layak untuk di tertawakan. Hingga tiba saat aku berada di apartemenku, aku akan menangis, aku trauma dan menenangkan sendiri pikiranku. Aku mencoba untuk melupakan semuanya, tetapi bodoh, aku malah membawanya kedalam mimpi yang membuatku akhirnya terbangun dengan isakan sedih. 

" Kenapa matamu sebam?" tanya Juan saat menjemputku untuk berangkat bersama ke kampus. 

" Aku maraton drakor, sedih sekali, sampai membuatku menangis," ucapku bebohong. 

Mmuach... 

Jantungku hampir copot. Ia tiba-tiba mengecup keningku. Dan bodohnya sepanjang jalan aku menjadi salah tingkah. 

Betapa specialnya perasaanku saat bersama dengan lelaki itu. dan kelang beberapa menit setelah tiba di kampus, aku sadar, perasaan itu terganti dengan kenyataan. Aku tak ada bedanya dengan seorang selir. saat dibutuhkan, aku harus ada, dan saat aku butuh, aku tak bisa menuntut cinta itu untuk ada bersamaku. 



PIECE OF  HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang