Segelas late panas, dengan art yang begitu estetik, dengan sepotong roti dengan bentuk gigitan Yuan.
"sudah lama kau menunggu? " Tanya Sopie yang datang dengan baju santainya.
Yuan tidak menjawab. Ia hanya menoleh dengan tatapan dingin lalu kembali fokus pada buku yang sedari tadi menemaninya di awal.
"Kau masih belum kapok dengan kafein ya? " Tambahnya." hanya ini yang dapat membuat aku tenang, "
"Ya... Kau dapat ketenangan sejenak, dan sementara itu, kau harus mempersiapkan diri untuk lambungmu, "
Hm... Gadis beku itu tersenyum.Cekkrek...
"Apaan sih? " Ucap Yuan.
" Aku jarang mendapatkan senyuman mu, itu sesuatu yang sangat jarang." Hmm... Jangan menggodaku, "
" aku tidak menggodamu, aku serius. Kau sangat jarang ceria, kau terlalu memikirkan semuanya dengan detail. "
" Kau berbicara seperti itu, seakan kau paham apa yang membuatku terpikir. "
"Sebenarnya tidak. Hanya aku tau, kau tidak memikirkan dirimu sendiri. Kau lebih memikirkan orang lain. Dan aku tidak tau orang itu berpengaruh apa tidak, "
"Sopie, aku bertengkar dengan teman lamaku. Masalahnya sepele, hanya aku merasa ia mengambil keputusan yang salah."
" Keputusan yang bagaimana? Lalu kenapa kau marah? Bukankah haknya untuk mengambil keputusan? "
"Aku sudah mengenalnya dari lama. Aku mengenal karakter aslinya aku tau siapa dia yang sebenarnya, "
" Kau mengenalnya, tetapi kau bukan dia, "
"Maksudnya? " Ucap Yuan dengan nada datar.
Sopie tersenyum manis, yang kemudian menyeruput kopi hangat yang ia pesan." Kau bersahabat dengan Orang-orang yang punya tujuan berbeda denganmu. Keinginan yang terselubung dari kalimat mu tadi menandakan rasa egois yang ada pada dirimu, "
"Aku gak ego, ini demi kebaikan dia." Nada Yuana meninggi.
" Coba jelaskan, kebaikan yang mana? Kau ingin dia kembali seperti dirinya yang dulu kn? Sekarang coba pikirkan. Alasan utama ia berubah apa? Kalau dia memang lebih nyaman dengan dirinya yang dulu, kenapa ia tetap bertahan dengan dirinya sekarang? "
"Ya... Aku yakin karna sesuatu tengah menekan dia! "
"Apa ku melihat dia seperti orang tertekan? "
Yuana terdiam.
Sopie benar, aku tak mendapati rasa tertekan pada Febri, aku tak mendapati ia yang merasa tertekan atau bahkan resah.
Apa benar ini hanya rasa ego ku?"Ayolah, aku hanya akan mengantarmu depan apartemen, lalu akan kembali ke apartemen ku."
"Tak apa Sopie, aku hanya ingin jalan kaki. Kau duluan saja, "" Kau gila. Butuh waktu 30 menit untuk mu bisa sampai ke apartemen jika berjalan kaki. Dan ini sudah lumayan larut. " Ucap Sopie sambil menyetir mobilnya pelan², coba mengimbangi langkah Yuana yang keras kepala.
"Sopie, aku bukan anak kecil. Kau tau kan aku gak suka di ikutin. Pulanglah. Aku janji akan mengabarimu jika aku sudah tiba di apartemen." Ucapku tegas.
Aku bisa melihat kalau Sopie menghela napas. Ia memamg tidak pernah bisa menang melawan ku.
" Baiklah, kau menang. Tapi janji, jangan matikan Gpsmu, jangan berlaku aneh, jangan singgah lagi, "
" Ok, " Ucap ku singkat.
Menit selanjutnya, akhirnya Sopie meninggalkanku. Ia melaju dengan mobil berwarna marun yang mewah itu.
Dan kini tinggallah aku dengan sunyi dan suara khas kota LA di malam hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
PIECE OF HEART
RomanceYuana Clasia, gadis yang membuat jiwa mem-bully ku bangkit, gadis yang bodoh yang sok jagoan. Gadis bodoh yang suka ikut campur dengan urusan orang lain. Gadis bodoh yang sok merasa pahlawan. Mereka menyebutnya Stefano, laki-laki yang cukup tampan...