31. pindah lagi

1K 23 0
                                    

Satria meneguk minuman alkohol berkali-kali ia masih kepikiran soal chika yang meracau menyebut nama pria lain didalam tidurnya, teman-temannya bergidik ngeri melihat satria yang mabuk seperti ini.
Mereka tidak tahu masalah apa yang terjadi antara chika dan satria sampai satria Seperti ini.

Satria menatap lurus depan napasnya memburu mengigat istrinya menyebut pria lain, selama berhari-hari ia menutupi rasa kesalnya supaya ia tidak menyakiti chika secara fisik maupun batin. Namun ia kesal sendiri kalau seperti ini terus ia yang bingung apa maksud chika menyebut nama pria itu di dalam tidurnya.

"Mau kemana?" Tanya karyo menahan tangan satria.

Satria menepis kasar menatap teman-temannya. "Pulang istri gue pasti ninggalin gue pulang" jawab satria malas.

"Kita an-----"

"Kaga usah gue bisa pulang sendiri" potong satria langsung keluar klub sempoyongan.

Sesampainya di rumah ia langsung masuk kedalam rumah berusaha menahan pening di kepalanya. "sayang" panggil satria berteriak kencang.

Chika menatap suaminya dari atas sampai bawah penampilan satria sangat berantakan. "K-kak----"

"Jawab jujur sama gue lo masih suka saka edo? Lo masih mengharapkan dia?" Tanya satria menatap lekat chika.

Chika menggeleng cepat. "E-enggak. Apa sih mak----"

"JAWAB JUJUR GUE ENGGAK SUKA LO BOHONG" bentak satria napasnya memburu.

Satria terlonjat kaget ia kekeuh menggeleng. "Aku enggak cinta sama kak edo aku tidak----"

"Terus kenapa lo sebut-sebut nama dia? Kalau bukan lo cinta sama dia hah?" Marah satria melempar pas bunga sampai hancur.

Chika menatap wajah seram satria yang sedang marah. "Aku tidak cinta sama dia kak, aku cintanya sama kakak sto-----"

"KENAPA LO SEBUT NAMA EDO KALAU LO ENGGAK CINTA SAMA DIA? BERI GUE ALASAN YANG MASUK AKAL" potong satria mencengkeram pipi chika. "Gue enggak segan-segan bunuh lo sekarang juga kalau lo berani bohong" bisik satria tersenyum miring.

Chika bergetar ketakutan ia berusaha melepaskan cengkraman satria. "K-kapan a-aku sebut nama----"

"Empat hari yang lalu waktu lo tidur" jawab satria cepat.

Chika berusaha mengingat empat hari yang lalu. "I-itu aku mimpi bertemu kak edo sama kakak kaoian bertengkar habat, kak edo tembak kakak mungkin itu alasan aku sebut nama dia" jawab chika mengigat kejadian dalam mimpi buruknya.

Satria membentuknya tubuh chika ke tembok. "Katakan yang jujur kalau lo suka sama dia?" Ucap satria marah.

Chika menggeleng cepat. "Aku enggak suka sama dia kak stop berpikiran seperti itu" teriak chika kesal.

Satria mencium bibir chika kasar membuat chika menangis ketakutan, berusaha melepaskan ciuman satria yang malah semakin kasar ciuman satria, menatap wajah chika. "Lo kenapa mempermainkan perasaan gue?" Tanya satria lirih

Chika menggeleng cepat. "Enggak----"

Satria langsung membopong tubuh chika masuk kamar, ia langsung melakukan hubungan yang lebih secara kasar membuat chika kesakitan menangis tersedu-sedu, satria tetap pria jahat mau sekeras apapun satria tidak akan berubah.

Chika terus menangis meminta maaf namun satria tetap tidak mendengar, tidak terasa jam sudah menunjukkan empat pagi tapi satria masih melakukannya seperti kesetanan satria tidak kecapekan ataupun lemas. Ia malah semakin semangat dan kuat mengabaikan Chika yang lemas.

"S-stop k-kak aku capek" lirih chika kesekian kalinya.

Satria menggeleng ia menepuk-nepuk pipi chika yang hendak memejamkan mata. "Berani lo tidur gue hukum lo hukuman yang diluar ekspektasi lo" ancam satria.

Chika membuka matanya menatap satria. "S-stop, aku mau tidur dulu nanti kakak boleh lanjut" lirih chika matanya terasa berat ingin segera tidur pulas.

Satria tersenyum miring. "Enggak bisa, lo harus ngerasain sakit seperti gue lo harus ngerasain sakit hati bedanya lo sakit secara fisik, sedangkan gue secara batin, hati." Ucap satria.

Chika meringis menatap dadanya yang penuh dengan tanda merah, sudah dipastikan akan hilang cukup lama. "Enggak capek emangnya?" Tanya chika lirih.

Satria tidak menjawab ia memberhentikan aktivitasnya. "Kita pindah ke luar negeri" ucap satria menatap wajah lekat chika.

Chika melotot ia menggeleng cepat mendorong sekuat tenaga tubuh satria sampai terjatuh ke samping. "Enggak! Aku enggak mau pindah ke luar negeri" tolak chika cepat.

Rahang satria mengeras. "Berani lo tolak gue? Hmm?" Tanya satria wajahnya maju mendekati wajah chika. "Pilih lo ikut gue atau salah satu orang tua lo meninggal?" Bisik satria tersenyum miring.

Chika melotot sempurna ia menggeleng cepat. "E-enggak. Jangan lakukan itu" tolak chika panik.

Satria mengangguk. "Gue kasih lo istirahat satu jam sebelum kita berangkat" ucap satria langsung turun dari kasur.

***

Chika tidur pulas di dalam pesawat bayangkan saja satria memberikan waktu istirahat satu jam di rumah, sedangkan semalaman lebih ia tidak tidur. Satria benar-benar memutuskan untuk tinggal di Swiss.

Satria menatap chika yang tidur di sandarannya. "Sorry, gue akui gue keterlaluan tapi gue lakuin ini karena gue cinta sama lo gue takut lo ninggalin gue" gumam satria.

Setelah beberapa jam mereka sampai dan langsung masuk mobil yang sudah disiapkan anak buah satria, chika hanya diam entahlah ia tidak tahu harus berkata apa ia takut salah bicara. "Bagus banget" puji chika menatap sekeliling Swiss yang indah penuh dengan rumput-rumput berwarna hijau.

"Sengaja gue pilih di Swiss tempatnya bagus" ucap satria Mengelus pipi chika.

Chika terus menatap sekeliling sampai tibalah mereka di rumah besar yang sangat besar dan mewah bisa dibilang mansion. "Rumah siapa?" Tanya chika.

"Kita, ini rumah kita" jawab satria merangkul pinggang chika masuk kedalam rumah. Seluruh pelayan membungkukkan tubuhnya tanda hormat pada majikannya.

Chika geleng-geleng kepala menatap isi rumah yang sangat mewah. "Kenapa kakak banyak rumahnya sih? Seberapa kaya sih kakak?" Tanya chika menatap satria.

Satria terkekeh. "Enggak sebanding dengan rasa cinta gue ke lo" jawab satria mencium singkat bibir chika membawa chika masuk ke kamarnya yang ada di lantai dua. "Ini kamar kita" ucap satria.

"Wow! Mewah bangettttttttttt" pekik chika kagum.

Satria tersenyum tipis. "Kita istirahat nanti kita jalan-jalan sekitar sini" ajak satria langsung memeluk chika di kasur. "Gue mau Sentuh lo bol---"

"Enggak. Pliss kak aku capek" potong chika dengan wajah yang memelas.

"Lo tolak gue?" Tanya satria Menatap datar chika.

Chika memeluk satria. "Aku capek kak, plis besok aja badan aku rasanya remuk kakak juga pasti capek" ucap chika lirih.

Satria mengangguk kasihan juga melihat istrinya kecapekan, satria memeluk erat chika yang langsung tidur pulas di pelukannya. Ia yakin tidak ada yang tahu keberadaan mereka di sini.

***

protective Devil [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang