"Jadi ... begitulah ceritanyaaa ...." Christine mengakhiri cerita sambil mengemuti jemari yang terkena bumbu snack balado yang ia dapatkan dari kulkas Crystal. "Kau sudah mengerti, kan? Kakak kembarku?"
Crystal menatap kosong lantai. Tubuhnya seperti bongkahan es beku yang tak bisa dilelehkan. Tekanan yang ia terima terlalu besar. Ia teramat terkejut dengan semua informasi yang masuk ke dalam otaknya.
"Kau ... gila, Christine!" desis Crystal menatap nyalang kembarannya. "Bisa-bisanya kau masih santai begini padahal semua masalahku bermuara darimu. Apa yang bisa kau pertanggungjawabkan untuk semua kekacauan ini, hah!?" Ia meledakkan diri.
Christine sedikit tersentak Crystal bisa berteriak sekencang itu. Ia pikir, wanita itu hanya memiliki suara pelan dan lembut. "Yah, tinggal menikah saja dengan Edward. Selesai."
Deg.
Bajingan ini. Crystal benar-benar tak habis pikir. Tubuhnya terasa panas dan otaknya tidak bisa berpikir jernih. Baru kali ini Crystal merasakan amarah yang begitu besar.
PLAK!
Setelah menampar pipi kanan Christine, akhirnya Crystal menyadari sesuatu. Bagi wanita itu, Crystal hanyalah wanita sopan yang lemah dan tidak mungkin akan bertindak kasar. Itulah yang menyebabkan dirinya terus diremehkan kembarannya sendiri.
Kini, Crystal mengerti dan dia secepatnya harus berubah bila tak ingin menyesal ke depannya.
"Dengar ini, Christine ... aku mungkin terlihat lemah dan tidak tegaan, aku juga tidak akan membalas kelakuanmu dengan cara yang sama liciknya sepertimu. Tapi, bila suatu saat nanti~ datang masalah yang sangat besar menimpamu, jangan harap aku membantumu. Jangan pernah berharap."
Crystal mengembuskan nafasnya yang naik-turun tak teratur. Ia menarik Christine yang sejak tadi terdiam membeku keluar dari kamar. "Pergi dan jangan pernah memperlihatkan dirimu di hadapanku."
Brak!
Setelah membanting pintu, Crystal beralih ke Edward yang terus memperhatikan gerak-geriknya sejak tadi. "Edward, aku ... kita harus bicara, bukan?"
Edward duduk menyilangkan kaki menatap mata Crystal yang berdiri di depannya. "Tentu, jadi-"
"Maaf, tapi aku tidak bisa menjadi istrimu." Crystal memijit keningnya, merasa frustrasi. "Tidak akan ada kebahagiaan bila kita menikah."
Edward tertegun sejenak lalu menatap tak suka. "Memang siapa yang menginginkan kebahagiaan? Hanya orang bodoh yang menginginkan hal-hal rumit seperti itu."
"Hah?"
"Jika kau pikir aku menikahimu karena cinta, kau salah." Edward tersenyum puas melihat Crystal yang mulai kebingungan. "Aku menikahimu karna ... aku ingin penerus yang lahir dari rahimmu."
Crystal tidak salah dengar. Edward sejak dulu memang sangat berambisi memiliki wanita tertentu hanya untuk dirinya sendiri. Entah dicintai atau tidak, dia tidak peduli. Dia tidak mengerti apa itu cinta. Baginya, cinta hanyalah perasaan rumit yanh sulit dijelaskan.
Edward memang, sudah gila. Otaknya sudah benar-benar rusak.
"Jadi, Crystal ... jangan pernah menolak pernikahan yang kuinginkan denganmu." Edward tersenyum manis, tanpa beban.
"Apa kau tahu apa yang sudah kau katakan, Ed?" Kemarahan Crystal membumbung tinggi. Ia merasa terhina dianggap sebagai benda. Lebih tepatnya Thropy Wife yang harus dimenangkan. "Kau ... bajingan!"
"Yaa, yaa ... mau bagaimana lagi? Aku sudah muak menunggu dan mencari penggantimu. Tapi, tidak pernah kutemukan lagi wanita yang cocok berada di sisiku selain kau," ucap Edward meninggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nikah Kontrak Dengan Tuan Muda Obsesif
RomanceAttention! 18+ AREA!!! (Pilihlah bacaan dengan bijak!) ON GOING: GOOD NOVEL (Shin Ulrich) *** Crystal Snowden. Wanita 24 tahun yang kembali melajang setelah pernikahannya bersama Adam Herson-sang mantan suami yang hanya berumur enam bulan kandas set...