one

9 0 0
                                    

Mobil yang melaju dengan cepat, angin yang bersepoi-sepoi menerpa rambut gadis cantik itu karena ia membuka kaca mobilnya, "Aila, jendela nya tutup dong sayang, ntar kamu masuk angin."

"Sejuk ma, Aila suka," ujar nya sembari menyantap roti yang dipanggang mama nya.

"Kamu kebiasaan loh sayang, padahal udah mama ajarin, bangun pagi, biar gak kesiangan," oceh Amanda, Ibu Aila.

Dan Aila membalas dengan dehaman.

Sesampai nya di SMA Mitra Bangsa, Aila turun dari mobil, sebelum pergi ia menunggu mama nya menurunkan kaca mobil, "Kenapa sayang?" tanya nya setelah menurunkan kaca mobil.

"Minta gaji ma," ujar nya diiringi dengan cengirannya, sementara itu mama nya hanya menatapnya bingung.

"Ih, aku kan udah rajin cuci piring dari umur sepuluh tahun, gaji ku Minggu ini belum cair loh..."

Mendengar itu mama nya tertawa, "Aduh, maaf ya sayang," lalu mama nya membuka dompetnya, dan memberikan beberapa lembar uang, "Nih gaji kamu, semoga makin rajin ya sayang."

"Ay ay capten," ujar nya sembari mencium kedua pipi mama nya, lalu ia langsung bergegas pergi.

Saat Aila masuk ke dalam kelas nya ia disambut oleh sahabat nya, yaitu Aldi

"Pagi banget dateng nya?"

"Biasa lah, dibangunin papi."

Aila mengangguk kan kepalanya, "Oh ya, mama ada titipin lo sesuatu noh ditas gue, ambil aja."

"Mami nitip apa?" tanya nya sembari membuka tas Aila, "Sumpah?! beneran dibikin, ih seneng gue."

Aila mengerut kan keningnya, "Apa emang?"

"Waktu gue anter lo pulang kemaren, mami nanya in mau dibawain apa, kata gue si gatau ya, tapi gue inget lagi, waktu itu gue ngidam sandwich isi gurame di goreng kering,"

Aila terkekeh mendengar itu, "Pantesan mak gue bangun subuh, beli ikan ternyata."

Aldi memakan sarapan yang dikirim oleh Mama Aila, jika kalian bingung kenapa Aldi memanggil Amanda dengan sebutan mami, itu karena Aldi sudah sangat dekat dengan Mamanya Aila, sebelumnya mereka pernah ber tetangga, mereka dekat sejak SD, namun karena Amanda tidak sanggup lebih lama dirumah itu, jadilah lebih memilih mencari rumah baru.

"Mau cobain ga, Li?" tawar Aldi

Aila tampak ragu, "Ga, abisin aja."

"Aila... lo dicari sama pacar lo noh, ditungguin ditaman," ujar Tomi, teman sekelas Aila.

"Thanks, gue pergi bentar," ujar nya sembari melempar tas nya kepada Aldi, "Tolong taroin ya, sama-sama," kemudian Aila pergi.

Aldi hanya mendengus kesal, apalagi saat Aila menemui kekasihnya.

Sesampainya Aila ditaman, ia sudah mendapati kekasihnya duduk memejamkan mata, Aila berjalan perlahan menemui kekasihnya, dan memeluknya dari belakang, "Hai sayang."

kemudian lelaki itu membuka matanya dan tersenyum, "Hei babe, I miss you so bad."

Aila terkekeh, "Mana yang sakit? Coba aku liat sini."

"Liat kamu, aku langsung sembuh, mau peluk," ujar nya sembari memelas.

Aila tersenyum lalu memeluk lelaki yang ia sayangi, "I love u babe."

"No, I love u more."

"Kamu udah minum obatnya?"

"Udah, biar cepet sembuh, terus nikahin kamu, hehe."

"William! kita masih SMA loh," Aila sudah sangat mual mendengar William ingin menikahinya.

William hanya terkekeh mendengar nya.

"Nanti jadwal check up nya kan? aku temenin ya, jam berapa?"

"Ah, gausah. aku udah sembuh, sayang."

Aila menghembuskan nafas dengan kesal, "Jam berapa?"

William bergidik ngeri, "Jam empat sore, sayang bisa?"

"Bisa," kemudian Aila memeluk William lagi.

William membalas pelukannya, kemudian ia mengecup pipi kanan Aila, "Aku ga akan lepasin kamu, apapun yang terjadi," ucap William pelan.

Aila mendengar nya merasa bahagia, namum itu terdengar seperti ancaman.

"Aila!"

Merasa dipanggil, Aila menoleh, "Hai Vi, kenapa?"

Sambil terengah-engah, Viola mengatur nafasnya sejenak, "Pak Anton dah masuk kelas, cepet masuk."

William mendecak kesal, "Yaudah sayang, ntar ketemu jam istirahat yaa, bye," ujar nya sembari mengecup bibir Aila, lalu William pergi.

"Ayo Vi," ajak Aila.

"Gue sebel banget liat orang mesra mesraan, gue kapan anjir! Ah kesel."

Aila tertawa mendengar gerutuan Viola, "Cari dong."

William adalah kekasih pertama Aila, begitu pun William, mereka jatuh cinta saat masih memakai seragam putih biru, sampai sekarang, jadi hubungan mereka sudah berjalan tiga tahun lama nya, meskipun begitu, William tidak begitu dekat dengan sahabatnya Aila, yaitu Aldi. yaa begitu lah ceritanya...

Kekasih Aila memiliki badan yang kekar, tak jarang para wanita yang mendambakan nya, namun setelah tau ia memiliki kekasih, apalagi itu Aila, mereka semua akan mengaguminya, bagaikan Dewa Dewi ketika mereka sedang berdua.

Saat William masuk kedalam kelasnya ia melihat seorang gadis cantik dan sedikit pucat menghampirinya, lalu memberikan bekal, "Ini buat kakak, aku masak nya kebanyakan, jadi mau bagi kakak juga," ujarnya pelan.

Dalam hatinya, William sangat kesal, namun mengingat kekasihnya adalah Aila, ia akan marah jika memperlakukan seseorang dengan kasar.

William mengambil kotak bekal itu, "Makasih, lain kali gausah," ujarnya, lalu melewati gadis itu.

William melempar kotak bekal nya ke arah temannya, "Anjing lo Wil, lo kira gue tempat sampah?"

"Keliatannya sih gitu," jawab William tak acuh.

Gadis itu bergumam kesal, "Gue yakin bakal dapetin hatinya," lalu ia pergi.

"Siapa sih tu cewe? kayak setan, anjing," tanya Diyo heran.

"Kelas sebelah kayanya," sahut Gibran.

"Luka lo gimana? Ntar lo harus ke dokter kan, mau gue temenin?"

William memandang Diyo sejenak, "Tadinya gue males pergi, tapi istri gue maksa."

"Baru calon Wil, belum istri."

"Tau ah, baru pacaran aja udah gitu," kesal Diyo.

Gibran tertawa, "Lo jomblo akut si, makannya cari pacar, jangan meking lop sama hp mulu"

"Mobile legend, sialan lo."

William tidak merespon perdebatan temannya, ia sedang berkutit dengan ponsel nya, entah apa yang ia lakukan.

Selang beberapa menit William terkejut dengan balasan seseorang itu, "She's coming?"

END



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 10, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Meja riasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang