Sesosok jangkung sedang duduk diatas singgasananya yang berlapis perak mengkilap berukirkan mawar yang indah. Mewahnya ruangan yang bertebaran kilap dari benda-benda tak ternilai harganya sangat seiras dengan pria yang bertempat di pertengahan ruangan. Aura yang memancar darinya sangat mendominasi, bahkan para bawahannya yang sedang berkumpul berbaris di hadapannya hanya tertunduk diam tanpa sepatah kata pun terucap hingga sang raja mereka memerintahkan.
Bibirnya yang tipis bagai buah cerry tergerak, hanya untuk menarik nafas dan menghembuskan kembali. Rasa sunyi sedari tadi kemudian lenyap ketika dia mengeluarkan kata-kata yang membuat orang-orang di hadapannya merasa resah.
"Seret Ratu ke hadapanku," Pandangan tajam jatuh kepada para bawahan, mereka mulai berkeringat dingin tanpa berani menaikkan pandangan
".... Sekarang." Titahnya tanpa menerima bantahan sedikitpun. Para bawahan atau bisa di sebut prajurit sang Raja segera berdiri dan memberi penghormatan.
"Siap, Yang mulia" Ucap mereka serentak yang berjumlah lima orang dengan pakaian besi lengkap berwarna perak. Bunyi dentuman dan gesekan besi terdengar disetiap langkah para prajurit tersebut, para pelayan dan orang-orang yang melayani Raja mulai merasakan rasa resah saat melihat lalunya para prajurit di lorong menuju sebuah ruangan yang memiliki pintu besi tebal dengan sedikit karat di beberapa bagiannya.
Dua orang penjaga di depan ruangan tersebut segera menyingkir setelah membuka kunci pintu ruangan dan mempersilahkan ke-lima prajurit yang di perintahkan Raja untuk segera masuk. Di dalam ruangan hanya ada obor yang di letakkan di beberapa sela dinding, lorong yang sempit ini membawa mereka menuju ujung lorong, yang mana hanya ada satu buah tempat sel besi yang suram.
Semakin mendekat, nampak seorang wanita dengan surai keemasan duduk bersandar pada dinding sel yang redup. Rambutnya yang telihat indah itu berantakan, tidak jauh berbeda dengan wajahnya, walau hanya dengan pencahayaan obor yang redup, kecantikannya masihlah nampak walaupun hanya tipis. Keputusasaan terurai diatas wajahnya yang malang.
Salah satu dari ke-lima prajurit membuka pintu sel, sisanya masuk menghampiri sesosok hampa tersebut dan perlahan mengangkatnya dengan lembut, membantunya bertumpu pada dua orang prajurit. Mereka kemudian keluar dari ruangan sesak tersebut, menghampiri sang Raja.
Lagi, sepanjang langkah mereka, semua mata menaruh perhatiannya pada tiap-tiap langkah berdenting besi dengan sosok tidak berdaya diantaranya. Wanita tersebut ialah Ratu mereka, para rakyat menyayanginya hanya tidak dapat bertindak begitu jauh, banyak dari mereka hanya bisa mengasihani dan berharap sang Ratu bisa mendapatkan kebahagiaan secepatnya.
Pintu besar terbuka, cahaya masuk menyinari masing-masing retina mata yang ada di sana. Begitu memasuki ruang singgasana di sana sudah menanti sang Raja, sebelah tangannya yang bertumpu pada dagu dan pipi sementara sebelah tangannya di sisi singgasana disertai tatapan tajam dari retina merahnya. Tidak bisa disanggah bahwa ketampanannya tidak tertandingi di seluruh kawasan kerajaan. bisa saja semua orang menyukainya, namun tidak untuk sifatnya, semuanya membencinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vincteva
Teen FictionPintu besar terbuka, cahaya masuk menyinari masing-masing retina mata yang ada di sana. Begitu memasuki ruang singgasana di sana sudah menanti sang raja, sebelah tangannya yang bertumpu pada dagu dan pipi sementara sebelah tangannya di sisi singgasa...