Aku Hanya Ingin Didengar

9 3 0
                                    

Sebuah keberuntungan ketika anak bisa didengarkan oleh kedua orang tuanya. Terlebih lagi, orang tuanya menjadi teman saat kondisi apa pun. Sebuah keberuntungan yang tidak bisa diutarakan dengan kata-kata.

Namun, di luar sana termasuk aku yang tidak seberuntung mereka mendapatkan hal tersebut. Setiap kali aku ingin bercerita rasanya ada yang aneh dalam diri ini. Aku seakan-akan ke-trigger pada masa itu yang beberapa tahun lalu.

Aku iri ketika ada orang tua yang mau dan bersedia mendengarkan cerita random yang anaknya ceritakan. Tanpa adanya penghakiman. Tanpa membandingkan si A dengan si B. Dari kejauhan, aku hanya tersenyum dan menahan isyak tangis yang sedikit lagi akan menetes.

Aku sudah biasa tidak didengar oleh siapa pun. Apa yang aku rasakan selalu aku pendam sendiri. Mau tak mau aku harus menghadapi setiap luka dan goresan di dalam hati ini sendirian. Teman pun rasanya sama saja dengan orang tuaku. TIDAK ADA GUNANYA.

Keluh kesahku aku rasakan sendiri karena aku enggak mampu menceritakan semuanya ke keluargaku terutama ayah ibuku. Sesibuk itu mereka hingga tak jarang seakan-akan lupa bahwa mereka memiliki buah hati yaitu aku.

Saking sibuknya mereka tidak ada waktu untukku menceritakan apa yang terjadi pada diriku. Aku juga paham mereka capek, tapi apakah aku tidak boleh bercerita? Namun, ketika aku sudah kesakitan mereka secepat kilat menolongku.

Sendari aku kecil, tidak ada satu orang keluargaku yang ingin mendengarkan curhatanku. Aku sudah terbiasa dengan hal itu. Malah sebaliknya ketika aku ingin bercerita, mereka membandingkan masalah yang dialami dengan masalah yang aku alami saat ini.

"Duh!! Masalahmu itu kecil enggak usah pikir deh. Masalahmu enggak ada apa-apa dibandingkan masalahnya ibu rasakan sejak kalian lahir di dunia ini."

Perkataan itu membuatku terdiam sesaat. Aku merasakan sakit yang begitu dalam hingga aku tak bisa berkata-kata. Jleb! Sakit tak berdarah rasanya. Aku hanya ingin didengar. Apakah aku salah ketika aku curhat atau cerita?

Aku overthinking. Apa iya masalahku enggak apa-apanya, ya? Aku harus curhat dengan siapa? Ayah? Hmm .... Sepertinya enggak bisa deh aku enggan bercerita dengannya karena aku juga tahu reaksinya tidak jauh beda dengan ibuku. Oleh sebab itu, aku jarang ngobrol dengan dia.

Aku bingung mau bercerita ke siapa. Semua orang seperti sama saja. Tidak bisa menjadi teman dan tempat curhat teraman. Diam. Itulah yang harus aku lakukan.

Mungkin hanya mata yang sembab adalah saksi ketika aku menangis di tengah malam. Aku berusaha menguatkan diri agar tidak berhenti melanjutkan impian yang sejak lama aku inginkan. Aku harus yakin aku sanggup melewati ini semua seorang diri.

Capek. Ingin menyerah. Menyalahkan diri sendiri adalah biasa aku lakukan.

Akan tetapi, aku sendirilah yang menyemangati diri sendiri. My support system is my self.

Setiap kali mendengar atau melihat anak yang bercerita dengan leluasa dengan orang tuanya itu rasa sakit banget. Malah kadang aku menetes air mata. Dan, setiap kali aku ditanya selalu menjawab, "Aku gapapa kok."

Namun, nyatanya sakit banget rasanya. Membohongi diri sendiri dan orang lain adalah hobi yang biasa aku lakukan hingga saat ini. Aku tahu itu sangat tidak baik, tapi apa dayaku. Apakah dengan adanya aku jujur aku bisa didengar?

Aku bisa mendengarkan setiap dari temanku curhat apa yang mereka merasakan dalam hidupnya. Aku hanya bisa menyimak dan memberikan nasihat yang sesuai porsiku tidak lebih dari itu.

Aku tak ingin merasakan apa yang aku rasakan selama ini. Aku ingin berusaha membahagiakan orang lain. Sampai-sampai melupakan diri sendiri. Pokoknya, orang lain nomor satu dan aku nomor ke sekian.

Sebenarnya, aku ingin kalian tahu kalau aku juga butuh tempat dan teman curhat, tapi aku juga tak bisa. Aku pun hanya memendam rasa ingin bercerita apa yang aku rasakan.

Perlahan-lahan aku mulai mengerti mengapa mereka enggan mendengarkan aku cerita, yaitu;

1. Sibuk dengan pekerjaan selama seharian.

Mau tidak mau kita harus menyadari bahwa orang tua kita juga memiliki kesibukan selama seharian. Saking sibuk mereka lupa untuk meluangkan waktu untuk anaknya.

2. Terlalu lelah

Terkadang kita lupa bahwa mereka bekerja selama seharian. Mereka lelah dan banyak beban pekerjaan yang harus dipikul. Orang tua siang malam untuk kita sebagai anaknya agar bisa makan, bersekolah, dan kebutuhan lainnya.

3. Masalah yang belum terselesaikan

Setiap manusia pasti punya masalah. Terutama orang tua kita. Masalahnya tidak tahu kita sebesar apa dan selesai atau belum. Jadi, kita harus paham tersebut. Saking banyaknya pekerjaan mereka belum terselesaikan jadi ya belum bisa mendengarkan

4. Mereka memiliki luka yang sama

Setiap orang pasti memiliki luka masa kecil ada sudah disembuhkan atau bahkan ada yang belum disembuhkan. Mungkin orang tua yang belum mendengarkan ceritanya anaknya adalah orang belum pulih luka di masa lalunya. Selain itu, mungkin mereka juga dulunya juga tidak mendapatkan hal serupa. Sendari kecil tidak biasa didengarkan oleh kedua orang tuanya.

Aku pun mulai menyadari bahwa orang tua yang sibuk, bukan enggak ingin mendengarkan. Akan tetapi, mereka sudah terlalu capek dengan kerjaaan yang dikerjakan selama seharian.

Tips saling memahami di antara orang tua agar tidak salah salah paham, yaitu;

a. Memberikan waktu bersama anak

Orang tua harus mau menyediakan untuk waktu ke anaknya setidaknya 15 menit perhari. Sesibuk apa pun harus ada waktu untuk anaknya.

b. Dengarkan dahulu cerita

Setiap orang ingin menceritakan sesuatu ke orang lain sama halnya dengan sang anak. Coba dengarkan dulu ceritanya anak, meskipun menurut orang tua tidak penting. Cerita anak juga sama pentingnya dengan cerita orang dewasa.

c. Jangan membandingkan

Terkadang orang tua suka membandingkan apa ia rasakan dengan apa yang dirasakan oleh anaknya. Oleh karena itu, cobalah diam dulu kemudian dengarkan apa yang dikeluhkan anak.

d. Jangan buru-buru memotong

Siapa sih yang enggak suka jika ngomong dipotong di tengah-tengah? Sama halnya dengan anak. Anak paling tidak suka ketika orang tuanya memotong pembicaraannya. Kami sebagai anak juga ingin didengarkan. 

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 21, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Ma, Pa, Tolong Dengarkan Aku [ON GOING]Where stories live. Discover now