Van masih terpaku menatap Truk yang terus melaju mendekat sebelum badannya ditabrak dari samping dan di dorong sampai terguling ke sisi jalan raya bersamaan dengan Truk barusan yang melewati mereka dengan cepat sampai membuat hembusan angin kencang.
"VAN!" Teriak Ian menahan napasnya melihat darah mengalir di tepi jalan membuat semua temannya yang terpaku dengan jantung mencelos itu tersadar dan segera berlari ke sebrang jalanan.
Netra Van mengerjap, menatap lama pada langit senja yang berada tepat di atasnya sebelum tatapannya beralih pada gadis dengan setengah badan atasnya yang telungkup di atas badan Van, menyerukan wajah yang di tutup tangan ke perut Van dari samping dengan bokong gadis itu yang duduk di tanah.
Van dapat merasakan napas gadis itu tidak beraturan dengan badan bergetar. Meskipun Van tidak dapat melihat sisi wajahnya karena tertutup rambut panjang yang menjuntai, Van jadi menipiskan bibir dengan tatapan rumit,
Alura, ya?
Van masih belum sadar dari kejadian sepersekian detik barusan sampai wajah teman-temannya hadir ketika mengerubunginya. Van jadi mengerjap sebelum beranjak duduk membuat Alura beringsut mundur dari atas tubuhnya, namun masih dalam posisi terduduk dengan kepala menunduk dalam.
"Van, lo gapapa?" Tanya Ditto yang biasanya santai sampai sekalut ini.
"Elo yang lari ke tengah jalan ... loh, neng Alur—,"
PLAK!
Perkataan Jonash terpotong ketika wajah Van tertoleh ke samping akibat Alura yang menamparnya keras. Mereka semua terkejut, Van lebih terkejut.
Van menyentuh pipinya yang kebas sambil menoleh garang, "Anj—,"
Jantung Van mencelos tatkala mendapati Alura menangis terisak dengan tubuh bergetar. Bahkan telapak tangan bekas menamparnya juga tidak kalah gemetar. Banyak bekas luka gores di sepanjang kedua lengannya dengan kemeja sekolah yang kotor juga robek, kaos kaki putihnya berlubang dengan banyak goresan akibat menggerus aspal, tidak lupa luka di lututnya yang terbuka membuat darah merembes keluar.
"Katanya lo bakal jaga diri?" Tanya Alura dengan suara bergetar, menatap nyalang pada Van yang masih terpaku melihatnya.
"Katanya cowok kayak elo bakal lebih bisa jagain diri sendiri, tapi kenapa kematiannya masih kejadian? Kenapa lo segitu percaya dirinya kemarin padahal barusan lo hampir aja mati! Kalau bisa jaga diri sampai ngusir gue, setidaknya jaga diri lo baik-baik!" Sentak Alura sebelum terisak, menutup wajah dengan kedua telapak tangannya sebelum menangis di sana.
Van tertegun sebelum meneguk ludah, menatap Alura yang bahkan menangis untuknya.
Sementara yang lainnya jadi saling tatap dalam diam. Bingung bereaksi dalam situasi yang terasa asing.
"Van."
Yang dipanggil menoleh, mendapati Ren yang berjongkok tepat di sampingnya.
"Lo ada luka serius?"
Van menggeleng sebagai jawaban sebelum meringis mendapati luka gores panjang di atas mata kakinya, bahkan celana sekolahnya pun robek. Darah yang keluar dari lukanya cukup banyak bahkan meleber sampai sisi jalan raya. Darah ini yang Ian lihat sebelumnya. Sepertinya ini luka dari ujung besi tempat penutup got yang rusak, dia terkena benda tajam itu saat berguling ke sisi jalan.
"Truk tadi bahkan gak berhenti setelah tahu mau nabrak orang. Kalau orang gak di sengaja, setidaknya dia berhenti buat pastiin keadaan lo." Tutur Ren membuat Yasa jadi termenung.
"Mau di lacak?" Tawar Yasa sebelum mendongkak untuk mencari CCTV di sekitar sini.
"Gak usah. Gue bukan luka karena Truk dia. Lagian gue gak mat—," Ucapan Van sontak berhenti mengingat kata itu sangat sensitif bagi perempuan di sebelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jika Kamu Mati Besok
Teen FictionBagaimana jika kalian harus meminum jus katak? Atau mendengar suara tangisan semut semalaman? Atau keliling dunia untuk mencari permen rasa kebahagiaan dan kesedihan? Terdengar mustahil bukan? Namun semustahil apapun, Van dan Alura akan melakukannya...