13 - 14

229 12 0
                                    

Lihat kan? Dia ini bukan wanita lemah dan polos. Dia adalah wanita yang selalu berhati-hati dengan semua hal. Batin Edward.

Edward mendengus sebal menanggapi pertanyaan Crystal yang terasa seperti sengaja memprovokasi hatinya. "Beri aku alasan. Jika melihat lagi sifatmu, kau bukanlah orang yang cukup peduli dengan kata perasaan. Apa aku salah?"

"Apa maksudmu? Kau pikir aku tidak pernah pakai perasaan?" tanya Crystal bernada ketus. Ia sungguh kesal dengan pola pikir Edward yang menanggap ia sejenis dengannya. "Dasar Bajingan! Aku bukan orang gila sepertimu!"

Edward terkekeh melihat reaksi Crystal. "Benarkah? Kalau begitu, kenapa kau masih mencintai mantan suamimu sampai sekarang? Padahal jelas-jelas dia lebih menyukai wanita iblis itu. Mempertahankan hal itu, bukankah itu mirip denganku yang terus mempertahankan keinginan untuk menikahimu?"

"Diam!"

"Mempertahankan perasaan sepihak itu juga, apa bedanya kau denganku?" Edward memangku dagu dengan punggung tangannya seraya tersenyum remeh. "Kita itu sejenis, Crystal!"

"Kau pikir kita sama? Tidak, Ed!" Crystal mendesis keras. Kesabarannya benar-benar terkuras bila berhadapan dengan Edward yang pola pikirnya sangat kontras dengannya. "Aku terbiasa untuk mengambil jalan tengah dan tidak pernah nekat. Sedangkan kau ...."

Crystal terdiam sejenak. Tiba-tiba pikirannya kembali ke momen panas mereka di ranjang tempo hari. Sial, apa yang kupikirkan.

Kenapa dia. Aku penasaran apa yang sedang dipikirkan otak kecilnya. Edward menunggu lanjutan dari ucapan Crystal dengan wajah polos. "Aku apa? Kenapa tiba-tiba diam?"

" ... mesum ...."

"Apa!?"

Deg.

Crystal tidak sadar dengan apa yang diucapkannya barusan. Ia pun buru-buru merevisinya. "Intinya aku adalah orang paling waras di sini. Sudah, pergi sana! Aku tidak bisa menjawab sekarang!!!" jeritnya, malu.

"Ahh~ ... begitu rupanya," gumam Edward tersenyum smirk. "Kau teringat kenangan panas kita, ya? Haha."

"Tidak!"

"Ya ya ya ... aku baru ingat satu hal. Saat itu, adalah pengalaman pertamamu, kan?" Edward terus menggoda Crystal. "Itu, sangat memuaskan untuk dikatakan pengalaman pertama!" serunya, dengan nada melecehkan.

"Edward, cukup!" Pipi Crystal sepanas bola api dan memancarkan rona kemerahan yang terlihat jelas. Hatinya pun berdebar-debar tak karuan. "Shut up, Bastard!"

"Tidak perlu malu begitu. Itu juga pengalaman pertamaku. Jadi, kita satu sama!" gumam Edward sengaja dikeraskan.

Kesabaran Crystal sudah habis. Ia merasa malu dan marah dalam satu waktu. Itu sungguh membuatnya bingung dan frustrasi. "Kau pikir itu lucu!?"

"Tidak, itu nikmat!"

Deg.

Hah~ benar. Tidak ada gunanya berdebat dengan pria bajingan ini. Yang ada, kesabaranku akan terkuras habis tak tersisa. Batin Crystal, mencoba agar tetap waras.

"Edward, aku akan memikirkan kembali kontrak ini. Mari bertemu seminggu lagi," bujuk Crystal, dengan tatapan sayu. Ia terus berusaha mengulur waktu.

Edward tersentak begitu mata mereka bertatapan. Iris mata Crystal yang terlihat tak berdaya itu hampir menggetarkan hatinya. Apa-apaan tatapannya itu. Itu curang namanya.

"Ha~ baiklah! Setelah seminggu, tidak ada alasan lagi. Kembalikan surat kontrak itu dengan tanda tanganmu di atasnya." Edward beranjak dari duduk dan pergi tanpa pamit. "Kalau kau berani kabur, nyawa Christine taruhannya!"

Nikah Kontrak Dengan Tuan Muda ObsesifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang