1

5.7K 102 24
                                    

Libur sekolah tiba, seluruh kegiatan belajar mengajar terhenti hingga tahun ajaran baru nanti. Para siswa menyambutnya dengan hati yang sangat gembira mungkin jika bisa digambarkan mereke akan rela menghias setiap ruas jalan dan menceritakan pengalaman-pengalaman mereka saat mereka mengikuti pelajaran di sekolah dan menyatukannya dalam sebuah komik atau novel karya mereka.

Tak hanya teman-temanku yang sangat bahagia menyambut liburan ini, aku pun juga demikian. Kerja kerasku selama ini berbuah manis lebih manis dari gula termanis yang ada di bumi ini. Berkat usaha, doa, dan dukungan keluarga, membuatku bisa menjadi seperti ini. Menjadi wanita yang bisa dibanggakan oleh keluarga dan orang-orang yang menyayangiku.

Walau liburan kenaikan kelas, tidak berarti sekolah meliburkan seluruh kegiatan begitu saja. Salah satu dari kegiatan yang diselenggarakan adalah perlombaan basket antar angkatan. Antusias seluruh siswa sangat jelas terlihat saat perlombaan dimulai dan aku? Aku tak bisa menonton pertandingan basket ini bersama sahabatku karena sudah kewajibanku sebagai ketua PMR untuk selalu siaga jika ada yang membutuhkan pengobatan akibat cidera, baiklah itu bukan masalah.

Lihat saja, kumpulan wanita yang biasanya menebar pesona pada seluruh siswa kini terlihat menyoraki seorang pemain basket andalan mereka, siapa lagi kalau bukan Pradnya. Pradnya adalah salah satu pria yang banyak memiliki penggemar, termasuk aku. Ya, aku mengangguminya sejak kita sering bertemu saat pertandingan basket seperti ini terlebih juga sifatnya yang ramah pada semua orang membuatku semakin mengaguminya, hanya mengagumi.

Mengagumi dalam diam.

Itulah pilihanku untuk mengaguminya dalam diam, walau ia tak tau selama ini akulah pengagum yang setia menatapnya dengan tatapan rahasia. Tak pantas bagiku untuk bisa menjadi salah satu temannya.

Bagaimana jika nanti ia mengetahui kalau aku mengaguminya? Tidak, itu tidak mungkin terjadi.

Lantas kapan aku mengakui kekagumanku pada dirinya? Nanti, jika waktunya sudah tepat.

Jika kalian bertanya, adakah yang tau bahwa aku mengaguminya? Tidak, bahkan sahabatku pun tak tau hal ini.

Pertanyaan dan jawaban itulah yang membuatku setia dengan mengaguminya secara diam. Rasa iri selalui menghantui hatiku saat melihat mereka bisa menunjukkan bahwa mereka mengagumi Pradnya. Itulah resiko yang selalu aku terima dengan kesabaran yang teramat mendalam menjadi penganggum rahasia.

Kemampuannya tak hanya basket, ia juga pandai bernyanyi dan juga pandai merangkai kata. Jadi tak salah jika ia dinobatkan sebagai pemenang dalam menulis puisi tingkat nasional.

Syukurlah, pertandingan telah selesai tanpa ada pemain yang cidera. Pertandingan kali ini dimenangkan oleh tim angkatan Pradnya dan dia jugalah yang menerima piala penghargaan itu, lagi-lagi mereka penggemar Pradnya menyoraki Pradnya dengan suara yang sangat keras untung saja pita suara mereka tidak putus.

"Pradnya, ntar kita jadi kumpul di tempat biasa?" tanya seorang wanita yang berjalan berdampingan dengan Pradnya, kurasa dia teman sebangkunya dan salah satu teman yang biasa Pradnya ajak bersama. Di sekolahku ini teman duduk ditentukan oleh sekolah, pria wanita, pria wanita, pria wanita begitulah aturan teman yang duduk sebangku, jadi semacam sistem lawan jenis, begitulah.

Pandanganku masih pada pria itu, "Jadi, ntar gue jemput lo," jawab Pradnya dengan senyuman lebarnya. Dan si wanita hanya menjawabnya melalui anggukan mantapnya.

Jleb! Jemput? Sadar? Iya, aku sadar. Aku bukan siapa-siapanya jadi tak patut bagiku untuk melarangnya menjemput siapapun itu.

Pandanganku yang masih terfokus pada Pradnya selesai seiring dengan selesainya pertandingan basket kali ini dan Pradnya langsung mengendarai motornya yang kuperkirakan ia pulang menuju rumahnya.

Hanya ada petugas PMR yang tersisa di lapangan sekolah, aku merapikan seluruh persiapan yang wajib ada saat pertandingan. Semua peralatan dan kotak obat sudah kuletakkan di ruang PMR. Kulambaikan tanganku pada teman-teman yang menyapaku dengan ramah dan kulangkahkan kakiku menuju pintu gerbang sekolah.

Sampailah aku di rumah hangat ini. Supir menghantarkanku dengan selamat sampai di rumah. Tak ada aktifitas yang kujalani setelahnya dan kurebahkan tubuhku ke kasur empuk yang memanggilku dengan semangat perjuangan.

Alunan lagu yang indah membuat mataku terbelalak saat aku berhasil melewatkan acara favouriteku, baiklah itu sangat mengecewakan. Tak apa, masih banyak yang bisa kutonton dan masih ada yang bisa kulakukan untuk melupakan acara itu. Salah satunya menelusuri akun sosial medianya. Pradnya, dialah yang menjadi korbanku dalam aksi seperti ini, selalu, sampai saat ini.

Kuayunkan kakiku ke depan ke belakang begitu seterusnya saat aku duduk di ayunan kesayanganku. Ditemani dengan sebuah buku yang berisi karya tulisanku selama ini membuat suasana di sore hari sangat mendukung mood ku dalam menulis.

Menulis adalah caraku menumpahkan seluruh ide dan perasaanku.

Kemerlap lampu taman rumahku membuat tubuhku beranjak dari posisi nyaman ini dan bergegas mandi, lalu melakukan aktivitas sesuai yang aku rencanakan.

***

Hari-hari berjalan seperti biasanya. Siang ini perpustakaan sekolah hadir dengan buku-buku terbaru. Pengumuman itu menyebar dengan cepat, aku bergegas menuju perputakaan sekolahku.

Lautan manusia memenuhi perpustakaan sekolahku ini, awalnya aku mengira hanya beberapa orang saja yang tertarik untuk mengunjungi perpustakaan tapi ternyata dugaanku salah. Suasana hening tetap terjaga walau banyak siswa di sini. Aku menelusuri setiap rak dan mencari-cari sebuah buku tentang dunia kepenulisan. Tak butuh waktu lama, aku menemukannya. Satu meja dengan empat bangku yang mengelilinya yang masih tersisa, aku menuju ke arah tempat tersebut, berniat membaca buku yang baru saja kupilih.

"Boleh bareng?" tanya seseorang padaku. Aku mendongak, Pradnya lah yang hendak duduk satu meja denganku. Bagaimana mungkin aku menolak seseorang yang kukagumi untuk duduk satu meja denganku, aku mempersilahkannya.

Komunikasi pertama yang terjadi antara aku dan Pradnya. Akan kutunggu esok!

---------

Jumat, 19 Juni 2015

Briggita_Brillianti

Look At MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang