"Ini Jake Sim."
Jaehyuk merangkul Jake begitu ia tiba bersama Sunghoon. Si Scorpio kira, mereka akan bermain di taman atau semacamnya. Ternyata, mereka punya tempat nongkrong yang letaknya di beranda belakang Rumah Jisung. Meski nampak tidak luas, ruangan itu cukup untuk menampung kira-kira delapan sampai sepuluh orang. Didalamnya ada berbagai macam alat musik serta video game. Jake yakini ini semua milik geng mereka.
Sementara mereka asik bercengkerama, Jake duduk di sofa biru sudut ruangan. Baju dan celananya kedodoran nampak lusuh, berbeda dengan anak seusianya yang mentereng mengenakan setelan ber-merek serta parfum mahal. Jangankan beli baju, makan pun kadang masih kekurangan. Jake mana sanggup menjangkau area itu.
"Santai aja, kita ini temen!" Beomgyu berujar begitu menyadari Jake nampak canggung, bibirnya menyungging senyum hangat — nyaris tak pernah terlihat dimanapun, sebab, ia terkenal galak bukan main.
Sunghoon duduk tepat disamping Jake begitu selesai memarkir motornya. Ditangannya ada sebungkus burger, sengaja dibeli untuk Jake sebelum menjemput anak itu tadi. Walaupun tak menggambarkan secara gamblang bagaimana kehidupannya, Sunghoon tahu Jake butuh didampingi. Anak itu sulit sekali terbuka — bahkan ketika Sunghoon rela menurunkan harga dirinya hanya untuk menemani Jake menyantap makan siangnya, ia masih setia bungkam.
"Makan aja Jake, kita udah duluan kok." Taehyun berujar sembari memetik random gitar dipangkuan.
Senyum mengembang di wajah si pemuda kecil. Perlahan, tangannya membuka bungkus burger tadi dan memakannya dalam diam.
Jisung memperhatikan dari pinggir jendela, lengannya diam-diam menyenggol bahu Sunghoon. Dalam hati, ia pasti tak salah menerka — temannya ini sedang jatuh cinta.
"Cantik, ya?"
"Siapa?"
"Itu yang lagi makan burger. Gue liat dari sini, lo sampe ga kedip, loh." lanjut Jisung.
Tawa geli menguar begitu Jaehyuk tak sengaja mendengar obrolan dua anak adam ini. Lagipula, tanpa ditanyai pun jelas bahwasanya Sunghoon memang tertarik pada Jake. Mereka semua tahu itu.
"Ck, berisik." desis Sunghoon. Banyak tanya sekali.
[ ]
Dua jam berada diantara anak-anak ini membuat Jake perlahan dapat membuka diri. Ia pelan-pelan berbaur, berinteraksi dan bercanda dengan Jisung, Jaehyuk serta Beomgyu.
Taehyun dan Sunghoon memantau dari kejauhan.
"Gue sempet denger dia dikeroyok gengnya Sungchan, beberapa minggu lalu. Cuma gara-gara ga ngerjain pr mereka." Cowok bermarga Kang itu menoleh, matanya menyorot pada ekspresi Si Sulung Park yang sulit diungkapkan.
Taehyun tau Sunghoon peduli. Ia paham ada rencana yang berjalan dibenak Si Park.
"Tapi yaudah lu pantau aja gimana geng mereka kedepan—"
"—Mana bisa gitu."
Sunghoon bangkit, ia menyambar asal jaket yang tersampir di sofa. "Gyu, titip Jake bentar."
"Woy mau kemana??"
"Ngebersihin sampah."
Taehyun terkekeh disudut ruangan.
* * * *
"Tangan sama kaki sungchan patah." Jaehyuk menunjuk layar ponselnya.
Grup angkatan ramai membahas insiden yang menimpa Sungchan, kapten futsal dua periode — sekaligus, anak satu-satunya pemilik yayasan sekolah.
Jake tidak punya ponsel, jadi ia mengintip sedikit dari balik bahu Beomgyu untuk melihat berita heboh tadi. Ia senang Sungchan dapat ganjaran atas kelakuannya selama setahun belakangan, tapi Jake khawatir ia akan dituduh nantinya. Semoga hal itu tidak terjadi.
"Keren, siapa pelakunya?"
"Entah, biarin aja. Biar kapok." balas Jisung tak acuh.
Diluar langit sudah gelap, Sunghoon baru kembali untuk menjemput Jake dengan keadaan baju dan celana yang kotor. Si Scorpio keheranan, ia berjongkok — mencoba membersihkan noda pada kaos serta jaket Sunghoon.
"Kamu darimana?"
"Ada urusan tadi." balasnya pelan.
Jake menukikkan alisnya, urusan apa sampai kotor begini? Tak bertanya lagi, Jake memilih diam. Tangan mungilnya menggenggam erat erat ujung jaket Sunghoon, "Jangan pergi lagi."
[ NOVEMBER RAIN ]
Pukul sembilan, Jake baru sampai dirumah. Sandal Jepit miliknya, ia dekap didepan dada sementara tubuh mungil itu mengendap dipinggir dinding bangunan rumah. Ia berencana masuk kamar lewat jendela.
— meminimalisir kemarahan ayah, sekaligus menghindari pukulan tongkat kayu di punggungnya.
Jake tahu cepat atau lambat ia akan mati, tapi untuk sekarang, tolong jangan dulu. Dia ingin membuat lebih banyak kenangan bersama teman-temannya dan tinggal sedikit lebih lama lagi.
Iya, setidaknya.
Sebelum pulang, Sunghoon membelikan makanan untuk Jake. Ia makan makanan enak banyaaak sekali! Kata Sunghoon, tak apa harus membawakan sesuatu ke sekolah setiap hari supaya Jake bisa makan dengan layak.
Cklek!
Berhasil!
Jake menyimpan sandalnya dibawah ranjang, lantas cepat-cepat berganti baju tidur. Bila esok ayah bertanya, ia bisa menjawab bahwa sudah tiba sejak sore. Hari ini, Jake senang — benar-benar senang. Setelah sekian lama, sebuah pertemanan masih terasa mengasyikkan meski harus berbohong pada ayah.
"Sunghoon, terimakasih banyak."
KAMU SEDANG MEMBACA
NOVEMBER RAIN | SUNGJAKE
ФанфикSunghoon tidak dungu, batinnya selalu berseru bahwa hanya Jake yang ia mau.