Sudah lebih dari 49 menit Sejin berdiam diri di kamarnya. Tatapannya mengarah ke layar tv tapi dia tidak benar-benar menyimaknya. Tangan kanannya mengetuk-ngetuk lengan sofa dengan wajah yang sedikit melamun.
Ucapan ibunya benar-benar terngiang di telinganya. Dia memang mencoba tak memikirkannya tapi dia terus kepikiran.
Sejin masih ingin membela diri, bahwa Mark pernah berkata jika pernikahan ini akan membuat mereka berteman selamanya, tapi....
Sejin benar-benar takut jika hubungan mereka yang monoton ini bisa membuat perasaan Mark berubah. Dan Sejin tidak rela itu terjadi.
Memang benar, akan selalu ada pilihan dalam hidup ini. Seperti memilih antara 2 perasaan, mencintai atau dicintai. Sejin akan memilih opsi kedua.
Perasaan dicintai adalah hal yang dia dambakan, karena perasaan itu telah lama tidak dia miliki. Tepatnya setelah pengkhianatan dari papanya.
Papa Sejin meninggalkannya Demi wanita lain. Dan karena itu mamanya harus bekerja keras diluar. Sejin seringkali ditinggal sendirian bersama Jisung dan merasa kesepian.
Saat teman-temannya di sekolah datang bersama orangtuanya di hari orang tua dan anak, Sejin dan Jisung harus datang tanpa orang tua. Terkadang Sejin harus rela membolos demi mewakili mamanya ke sekolah Jisung karena Sejin tidak mau Jisung kecewa. Jisung masih sangat kecil saat itu.
Ditinggalkan membuat Sejin merasa trauma. Dan sejujurnya dia merasa senang dengan kehadiran Mark, dia merasa dicintai lagi dan di anggap berharga. Tapi sulit baginya untuk membalas perasaan Mark. Lebih tepatnya Sejin terlalu takut untuk membuka hatinya.
Sejin memang belum pernah menjalin hubungan dengan lelaki manapun. Setelah hubungan orang tuanya yang berakhir rumit, secara tidak langsung itu meninggalkan trauma untuknya.
Dia takut akan bernasib sama seperti ibunya jika dia mencintai seseorang. Sulit baginya membuka hati dan mempercayakan perasaannya pada orang lain sekalipun dia sudah mengenalnya selama bertahun-tahun.
Tapi....
Apa mungkin Mark akan seperti itu?Sejin sangat mengenal bagaimana Mark. Dia laki-laki yang baik dan pengertian. Ucapannya selalu selaras dengan tatapannya yang lembut, bahkan Mark selalu bisa menenangkan Sejin ketika dia sedang tenggelam dalam keputusasaan.
'hufff...' gadis itu menghela nafas.
Sepertinya ucapan mamanya ada benarnya. Mark adalah orang yang tulus, dan Sejin tidak boleh menyia-nyiakannya.
Gadis itu akhirnya memberanikan diri untuk meletakkan asanya di pundak Mark, dan membiarkan lelaki itu memimpinnya dalam hubungan rumah tangga.
Sebut saja Sejin overthinking, gadis itu tidak bisa menunggu sampai besok pagi dan akhirnya memutuskan untuk pulang dengan bus umum malam itu juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not an Ordinary Friend | MARK LEE
FanfictionSejin selalu berpikir, bahwa kebahagiaan itu adalah tanggung jawabnya sendiri. Orang lain tidak memiliki tanggung jawab untuk membahagiakannya. Tapi ada satu orang yang ternyata dengan suka rela bahkan memaksa untuk ikut andil dalam mengurus kebaha...