prolog

0 0 0
                                    

Dua jam sebelum menuju hal baru yang akan mengubah hidupnya.

Ruyah memandang danau di depannya dengan kosong, hanya tatapannya yang kosong. Isi pikirannya tidak kosong. Dia sedang memikirkan ulang. Memikirkan hal yang akan dia jalani dua jam ke depan.

Apa yang bakal gue lakuin ini bener? Lo tau ini ga bener.

Yah... Memang benar ini sangat tidak benar sekali. Dia, dua jam bahkan lebih dan termasuk berhari-hari ke depan ia akan melakukan perjalanan dengan orang asing.

Orang asing. Orang yang tidak dikenal.

Ini gila. Gila. Gila.

Tapi dia menyukai ide orang itu untuk melakukan perjalanan selama 2 minggu. Dalam satu mobil menuju tempat yang mereka sepakati selama berhari-hari. Tentu saja, ragu dan cemas ada. Dia merenung sejenak dan mencoba untuk memilah-milah pikirannya. Dia ingat bahwa tujuannya adalah untuk memperluas pandangannya tentang dunia dan menemukan petualangan yang tak terlupakan. Dia merasa bahwa perjalanan ini bisa membuka pikirannya dan membantunya mengatasi rasa takutnya terhadap hal yang baru. Alias sejujurnya dia tidak ada pekerjaan.

Ia jadi ingat percakapan dengan ayahnya.

"Apa yang akan kamu lakukan adalah sesuatu yang baru. Ayah tidak melarang, hanya saja kamu harus siap menghadapi akibat dari hal yang akan kamu jalani ini. Banyak hal yang akan terjadi selama kamu bersama dia. Mungkin kamu akan berpacaran dengannya," godanya.

"Ayah, apa sih?" sang gadis cemberut, namun setelahnya tersenyum. "Makasih ayah sudah mengizinkan."

Setelah memikirkan ulang kata-kata ayahnya dan mempertimbangkan pro dan kontra, sang wanita akhirnya memutuskan untuk mempercayai nalurinya dan mengambil keputusan untuk melakukan perjalanan dengan orang asing. Ruyah menyadari bahwa ini bukanlah keputusan yang mudah, namun dia siap menerima konsekuensi dari keputusannya tersebut.

Dia merasa bahwa ini adalah kesempatan terbaik baginya untuk menghadapi rasa takutnya, menemukan keberanian, dan mengalami petualangan yang tak terlupakan. Dia siap membuka diri pada pengalaman baru dan siap menerima segala konsekuensi dari keputusannya. Ya, ayahnya benar, akan ada banyak hal yang terjadi setelah ini, mungkin mereka akan berteman atau mungkin berpacaran setelahnya, bahkan lebih buruk, berpisah dan tidak saling mengenal lagi. Bersama atau berpisah. Tidak ada yang namanya pertemuan tanpa perpisahan. Ah, mengapa ia malah memikirkan hal yang entah ujungnya apa ini?

Baiklah, Ruyah siap melakukan hal ini. Dengan penuh harapan dan keyakinan, Ruyah memulai perjalanan dengan yakin bahwa hal ini akan membawa kebahagiaan baginya. Kalaupun tidak ya dia punya segudang rencana untuk membuat dia bahagia, karena dia tau bagaimana cara membahagiakan diri sendiri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 18, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Project: Harmoni di JalanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang