19 - Sebaiknya Berkaca Dulu

93 10 21
                                    

Halo! Maaf baru up lagi. Author ada kesibukan di kampus dan juga terkendala writer block. Jadi sedikit butuh refreshing. Alhamdulillah idenya udah muncul dan mood pun mendukung.

Do'akan aja yaa agar aku selalu sehat, urusannya lancar, termasuk ide-ide untuk cerita ini agar bisa update terus. Makasih yang udah baca sampai sini. Jangan lupa tinggalkan jejak, minimal kasih vote. Atau sapa hai di komen juga boleh.

Aku juga mau dong disapa sama pembaca setia Harun dan Senja hehe. Sapa dong kali-kali😂

Happy reading guys!

***

"Assalamu'alaikum! Senja!"

"Wa'alaikumsalam. Sebentar!" Aku gegas membuka pintu saat mendengar suara orang yang mengucap salam.

Untung saja aku sudah siap untuk berangkat. Jadi saat Farhan datang, aku tak memintanya untuk menunggu. Hari ini aku dan Farhan akan berangkat ke kampus karena ada urusan. Dosen pembimbing kelompokku mengatakan jika beliau tak bisa datang ke sekolah untuk mengontrol mahasiswa yang sedang magang. Akhirnya beliau meminta mahasiswa yang tidak ada jadwal untuk datang ke kampus.

Nadia, Indah dan Huda ada jadwal di sekolah. Hilda yang seharusnya jadwal piket harian tak bisa datang ke sekolah, juga datang ke kampus untuk bertemu dosen. Katanya dia ada urusan yang tak bisa ditinggalkan. Alhasil yang datang ke kampus itu aku dan Farhan. Ku lihat cowok dengan setelan kasual itu sudah berdiri di depan rumah dengan posisi membelakangi pintu.

"Ayo berangkat!" ajakku.

Farhan berbalik. Dia terdiam sesaat ketika melihatku yang sudah berdiri di ambang pintu.

"Hello! Ngapain liatin aku kayak gitu." Aku melambaikan tangan di hadapan wajah cowok itu.

Farhan membuang muka. Ia membenarkan tatanan rambutnya yang sama sekali tidak berantakan. "Oh, enggak. Ya udah ayo."

Kami pun segera menuju ke kampus. Jaraknya memang cukup jauh. Tapi masih bisa dijangkau dengan berjalan kaki. Mungkin butuh waktu setengah jam jika berjalan kaki. Jika menggunakan motor, akan lebih irit sepuluh menit.

Setibanya di kampus, Farhan langsung memarkirkan motornya. Suasana kampus tentu sepi karena perkuliahan belum dimulai. Ospek pun masih dalam tahap perencanaan. Mungkin beberapa dosen memang ada di kampus. Juga mahasiswa yang sedang bimbingan skripsi. Kami langsung berjalan menuju ruangan dosen. Karena beliau memang menunggu di sana.

"Assalamu'alaikum!" Kami mengucap salam begitu tiba di depan ruangan.

"Wa'alaikumsalam. Mau cari siapa?" tanya salah satu dosen muda yang entah siapa namanya. Aku tidak tahu, mungkin beliau dosen di fakultas lain.

"Kami ingin bertemu Pak Irman," jawab Farhan.

"Oh, baiklah. Mari masuk dan silakan duduk! Pak Irman sedang di toilet," ucap dosen tersebut sambil berlalu meninggalkan ruangan.

Tak sampai satu jam kami mengobrol dengan Pak Irman. Karena beliau sedang ada acara di universitas lain tempat beliau mengajar. Kami hanya membicarakan tentang tugas juga program yang sedang kami jalankan. Beliau juga memberi pesan agar kami memperhatikan tingkah laku selama di sekolah.

Karena kami di sana sedang belajar menjadi seorang guru. Dan guru tentunya akan menjadi pusat perhatian siswa. Apa yang dilakukan oleh guru tentu akan menjadi bahan pertanyaan siswa. Bahkan apa yang kita ucapkan pun terkadang diputarbalikkan oleh siswa.

"Kamu denger kan apa kata Pak Irman tadi. Jangan bawa-bawa masalah pribadi ke sekolah. Apalagi sampai ada siswa yang terlibat. Nanti kita bisa dinilai buruk sama siswa yang lainnya," oceh Farhan setelah kami keluar dari ruang dosen.

Senja BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang