12 - Alat Umpan

452 39 17
                                    

Bulan sudah menggantikan singgasana sang Matahari sejak 8 jam yang lalu. Udara dingin berhembus meniup dedaunan dari pohon yang ada di sekitar jalan. Jam yang menunjukkan pukul 02.00 a.m -dini hari- tak menghalangi dua orang mengamati sesuatu dari dalam mobil. Lebih tepatnya menunggu orang-orang yang menjadi target mereka untuk lewat.

Pemuda yang duduk di samping kemudi itu memainkan pisau kecilnya dengan rasa bosan. Sesekali menghela nafas dan mengeratkan jaket kulit hitam yang dikenakan. Meski seluruh kaca dan pintu tertutup rapat, tapi udara dingin tak bisa dipungkiri.

"Lama sekali sih!" katanya kesal.

Pria yang duduk di kursi kemudi melirik sejenak dan tersenyum tipis.

"Sabar."

Mendengar perkataan tersebut membuat pemuda tadi semakin merengut menahan kekesalan.

"Sabar, sabar. Jika dengan bersabar emosiku akan hilang, sudah kulakukan dari tadi ge!"

Kun menghela nafas pelan. Berbicara dengan Yangyang sama saja seperti menghadapi anak kecil. Memang benar Yangyang itu jiwa polos yang terjebak dalam tubuh seorang psychopat! Tak lagi menanggapi, Kun justru memilih untuk menaikkan suhu penghangat mobil. Hingga akhirnya setelah 30 menit menunggu, target yang menjadi sasaran pun muncul.

Yang lebih tua bergegas menginjak pedal gas dan membawa mobil mereka untuk menghalangi jalan dalam posisi melintang. Alhasil membuat 2 mobil target mereka berhenti secara menandak, membuat bunyi decitan keras berasal dari gesekkan ban dan aspal.

Beberapa orang berjas hitam keluar dari dalam mobil. Raut wajah mereka begitu marah disertai tatapan tajam mengarah pada mobil yang menghadang mereka. Lebih tepatnya pada orang yang berada di dalam. Tidak terlihat apa pun karena mobil milik Taeyong beserta para bawahannya menggunakan kaca film pengaman.

"SIALAN! KELUAR KAU!" teriak salah satu dari antara tujuh orang tersebut.

Yangyang melirik Kun, "Gege yang menjamu lebih dulu atau aku?"

"Siapkan saja pertunjukkan terbaikmu domba kecil!" jawab Kun sambil tersenyum, tapi sedetik kemudian bisa dengan cepat mengubah ekspresinya menjadi datar.

Tanpa rasa takut sedikit pun Kun lebih dulu keluar meninggalkan Yangyang menggerutu kecil di tempatnya. Begitu tenang dengan kepala mendongak menatap targetnya satu per satu. Sepertinya dia dan Yangyang akan pulang lebih cepat dari perkiraan.

"Siapa kau bedebah?! Beraninya menghadang kami!" seorang lainnya menyalak.

"Tidak ada waktu untuk perkenalan. Pilihan hanya dua. Lambat atau cepat?" tanpa menjawab pertanyaan itu, Kun justru memberikan penawaran yang membingungkan.

Orang-orang di hadapannya saling melemparkan tatapan kebingungan. Tidak mengerti akan maksud dari pertanyaan itu. Melihat bagaimana ekspresi tersebut, membuat Yangyang terkekeh geli sendiri di dalam mobil. Ia lantas membuka pintu dan berjalan keluar lalu berdiri di samping Kun.

"Uh! Lihatlah ekspresi kalian, sungguh bodoh sekali!" ucap Yangyang dengan ekspresi wajah mengejek.

"Tidak perlu basa-basi! Sekarang cepat singkirkan mobil itu dan pergi dari hadapan kami atau-"

"Atau apa?" Yangyang menyela, kedua tangan bersidekap.

Kun mengeluarkan ponsel dari dalam saku jaket kulitnya, melihat satu pesan masuk yang tertera dari Taeyong. Lalu kembali memasukkannya dan menatap satu per satu orang-orang itu.

"Tidak ada waktu lagi. Tuan memberi perintah untuk membawa salah satu dari mereka dan menghabisi sisanya," katanya pelan pada Yangyang.

Pemuda manis di sampingnya itu menyeringai kecil.

Monster 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang