Alibi

59 8 0
                                    

"Berhentilah berjalan mondar-mandir Londa, kau membuatku sakit kepala" Omel Ethan kesal

"Kau tahu semua orang tampak mencurigakan, tapi mereka semua memiliki alibi"

"Siapa yang sedang kau bicarakan" tanya Ethan tidak mengerti

"Jenny tunangan Danny, ia memiliki alasan kuat untuk membunuh tunangannya, tapi dia tidak sama sekali tidak mengenal dua korban lainnya"

"Bagaimana jika memang ini bukan pembunuhan berantai?" ujar Ethan

"Tidak Ethan, semua pola terlalu sama untuk dikatakan kebetulan"

"Lalu siapa lagi yang kau curigai?"

"Calvin, entah kenapa aku merasa ia sedang menyelidikku dan Carter ia sering kali diam-diam mengawasiku"

"Fokus Londa, apa kau menemukan keterkaitan antara Carter dengan kasus ini?" Londa menggeleng.

"Aku hanya memiliki waktu dua hari untuk menemukan pelaku itu sebelum pertunjukan" gumam Londa. Ia mengarahkann kepalanya ke langit-langit apartemen Ethan dan memejamkan matanya perlahan. Lalu perlahan kembali membuka matanya

"Aku butuh kau melakukan sesuatu Ethan" pintanya tiba-tiba

"Apa itu?"

"Jika aku mati, jangan biarkan siapa pun melihatku di ruang mayat"

"Jangan konyol Londa!" Omel Ethan kesal

"Aku serius!"

"Aku juga serius! Kau tidak akan mati, jadi berhentilah bersikap seolah-olah kau akan mati " Ethan memandangnya marah

"Berjanjilah padaku Ethan, kau tidak akan membiarkan siapa pun melihatku dikamar mayat nanti " Londa menatapnya memohon 

"Aku tidak ingin menambah kesedihan orang-orang terdekatku dengan melihat aku mati seperti itu" Ethan terdiam, ia menghela nafas panjang dan mengangguk

"Termasuk Frank?"

"Termasuk Frank"

----


Pagi ini Leslie Mayers mengumpulkan semua anak buahnya di ruangannya

"Pertunjukan tinggal seminggu lagi, kita bahkan belum menemukan petunjuk apapun tentang pelakunya" Kapten Meyers memulainya

"Bagaimana dengan keamanan gadis itu?" Tanya Kapten Meyers.

"Kami akan menempatkan beberapa petugas di tiap titik, mereka akan menyamar sebagai penonton dan panitia.

"Lalu bagaimana dengan gadis itu apakah dia yakin akan melakukan semua ini"

"Yes Kapten" Semua mata menoleh kearah pintu yang terbuka. Londa berdiri sambil tersenyum kearah Kapten Meyers.

"Kami akan menempatkan beberapa petugas di dekatmu"

"Tidak, Jangan lakukan itu kapten karena itu hanya akan membuat kecurigaan padaku"

"Kami harus melakukannya Nona" Jelas Dean "Ini perintah bukan sebuah permintaan" Londa menatap Dean tajam

"Detective Dean akan berjaga di dekatmu, memastikan tidak terjadi apa-apa denganmu"

"Percayalah padaku, kita harus membiarkan dia menangkapku dengan begitu kita bisa menangkapnya " Ujar Londa memohon.

Kapten Meyers menatap Londa sesaat lalu matanya beralih ke arah papan yang berisikan rencanan dan peta tempat mereka berjaga, ia tampak berpikir keras. 

Ia tahu permintaan gadis ini akan membahayakan nyawanya tapi gadis ini benar kehadiran petugas yang menyamar akan mengundang kecurigaan pelaku.

"Baiklah Nona, petugas lain akan berjaga di luar panggung tapi aku harus tetap menaruh petugas Dean tak jauh dari panggung, ia akan menyamar sebagai panitia di sana"

"Tapi Detektif"

"Maafkan aku Nona, aku tidak bisa membiarkan Anda tanpa penjagaan sama sekali, aku akan memastikan Detektif Dean tidak akan terlalu dekat denganmu, ia akan mengawasimu dari jauh" Putus Kapten Meyers.

"Baiklah semua petugas bersiap dari sekarang"

"Siap pak!!" jawab seluruh petugas yang hadir itu serentak.

Rapat pagi itu selesai. Ruangan berbentuk segi empat itu sekarang tampak lenggang, para petugas polisi yang bertugas saat pertunjukan besok telah membubarkan diri sejak tadi. 

Londa menghela nafas panjang, ia baru saja akan berjalan ke arah pintu keluar ketika sebuah tangan menariknya kembali ke dalam

"Apa yang sedang kau lakukan Londa?" Sepasang mata Dean menatapnya marah

"Harusnya aku yang menanyakan hal itu padamu. Apa yang sedang kau lakukan, kenapa kau selalu membuat semuanya rumit" Londa balas menatapanya tajam.

"Rumit katamu? Tindakan rumit ini untuk menolongmu" Tampak sekali Dean sedang berusaha keras menahan amarahnya

"Kau tidak perlu khawatir detektif aku bisa menjaga diriku dengan baik" Jelas Londa seraya menepis tangan Dean

"Kumohon Londa, berhentilah mengejar orang itu" 

Dean kembali menarik tangan Londa, kali ini ia menggegamnya lebih kencang

"Kau tidak ada di sana saat itu terjadi, jadi berhentilah berpura-pura kau mengerti apa yang kurasakan" Seru Londa marah

"Aku akan menangkapnya, bisakah kau mempercayaiku sekali saja" Laki-laki itu menatapnya memohon

"Aku pernah mempercayaimu tapi kau menyia-nyiakanya, ingat itu?" 

Mata Londa memerah, pelupuk matanya mengembang. Dean menghembuskan nafas kencang dan melepaskan tangan Londa lalu berbalik dan meninggalkan Londa. 

Dikejauhan tampak mata Londa yang berkaca-kaca menatap punggung Dean yang menghilang di balik pintu masuk kantor polisi itu. Ia tidak akan tahan jika sampai melihat Londa menangis, perempuan ini selalu menangis saat sesuatu membuatnya marah.

Dean menjatuhkan diri ke kursi kerjanya, ia menutup matanya seraya menghela nafas berat. Pertengkarannya dengan Londa dan pekerjaannnya Pekerjaan hari ini benar-benar membuatnya lelah, ia memijit keningnya perlahan sebelum akhirnya bangkit dan berjalan ke arah kamar. 

Ia melepaskan jam tangan di pergelangan tangannya ke dalam laci sebuah meja kecil yang ada di kamarnya. Ia berhenti sejenak melihat foto yang tergeletak tepat tergeletak tepat di atas meja tersebut, terlihat foto ia dan Londa sedang menaiki salah satu wahana permainan dan tertawa. Ia mengangkat foto itu dan kembali menghela nafas. Ia benar-benar merindukan senyum perempuan itu padanya. 

Pertunjukan TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang