"Renaaa~"
"Rei?"
Kaca samping mobil yang dibawa oleh Rei terbuka perlahan. Sosok Ozono Rei datang tiba-tiba menjemput Rena yang hendak pergi ke sekolah.
Rei ingin memberikan surprise katanya. Dan Rena sebagai penerimanya pun terkejut dengan kedatangan Rei yang mendadak.
"Kamu ngga sekolah?"
"Aku mau jemput kamu, Rena. Ayo naik."
Tidak ingin berlama di luar dan enggan membuang waktu, takut-takut malah terlambat masuk, Rena akhirnya masuk ke mobil sesuai arahan Rei.
Setelah Rena masuk, Rei langsung menancapkan gas untuk segera pergi ke tujuan keduanya yaitu, sekolah.
Radio tape yang sejak tadi menyala, segera Rei matikan. Suasana di dalam mobil seketika menjadi lebih sunyi dari sebelumnya.
"Rei?"
"Hm?"
"Bukan mobil kamu, kan?" tanya Rena setelah meneliti seluk-beluk mobil yang sangat asing ini.
Rena tahu betul bagaimana sosok Rei. Seseorang yang memiliki tahta tertinggi di hatinya, yang sudah Ia kenal sejak lama dan sudah menjalani kehidupan bersama dalam waktu cukup lama. Rena tahu betul bagaimana keseharian Rei, apa yang gadis itu sukai dan tidak disukai dan apa yang biasa dan selalu Rei lakukan.
Mengingat sudah lamanya Rei tidak mengendarai mobil karena satu kejadian beberapa tahun lalu, membuat Rena curiga bahwa ini bukanlah milik Rei.
Lagi pula, Rei tidak suka warna gelap. Sedangkan mobil ini berwarna gelap. Rei sendiri pernah mengatakannya bahwa Ia tidak mau memiliki mobil berwarna gelap.
Rena menoleh ke kursi kemudi. Menatap wajah samping Rei yang masih setia menyematkan senyuman manis di wajahnya.
"Kamu ngga biasa bawa mobil, Reiii. Ih, kapan terakhir kali kamu bawa mobil coba? Masih ingat emangnya?"
"Hahaha. Aku masih ingat, kok. Ini titipan Ten aja," ucap Rei dengan ekor matanya yang menatap Rena sesekali.
"Ten-chan?"
"Un. Ini mobilnya Ten,"
"Kok bisa ada sama kamu?"
"Kemarin Ten jenguk Hikaru dan dia nginap di rumahnya Hikaru. Makanya kemarin dia titip mobilnya sama aku, Rena."
"Ah.." Rena mengangguk-anggukan kepalanya seolah sudah terjawab semua pertanyaan di kepalanya.
Melihat Rena nya terdiam setelah mendapatkan jawaban, Rei tersenyum. Satu tangannya terlepas dari stir mobil, beralih mengusap lembut rambut Rena yang terurai lurus dan terhempas ke bawah. Rena yang mendapat perlakuan tiba-tiba tersentak. Ia menatap Rei panik.
"Reiiii, pegangan ihhhh~"
"Iyaa Renaaa~" sahut Rei lalu tangannya Ia turunkan dan beralih menggenggam tangan Rena.
"Reiii, stirnya. Bukan tangan aku,"
"Hahaha. Iya iyaaaa,"
"Kok tiba-tiba jadi ngeselin sih?"
"Aku?" tunjuk Rei pada dirinya sendiri.
"Un."
"Renaaa?"
"Un?"
Rei menatap Rena sekilas, mendapati wajah Rena yang tentram dan nyaman untuk selalu dipandang. Tangannya kembali terangkat, merapihkan poni Rena lalu mengusap lembut pipi gadis di sebelahnya.
"I love you, Rena."
....
"Udah siap, Run?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Confess
Fanfiction"Kamu itu ibarat kata Implisit. Terlalu menyiratkan banyak hal sampai aku harus berpikir lebih dan lebih. Tapi aku tahu, dibalik makna tersirat itu, ada sesuatu yang aku sukai. Itu kamu, Run." - Yamasaki Ten "Kamu terlalu Eksplisit. Aku takut. Takut...