🍂02🍂

184 26 4
                                    

Untuk pertama kalinya pernyataanku diabaikan oleh orang lain, biasanya akan ada balasan atau responsif dari si pendengar. Tapi, yang ku hadapi sekarang adalah Rafka. Pria yang ku buat dengan ekspresi dan pikiran yang sulit di tebak.

Tempo lalu, dia hanya diam tak mengeluarkan suara, lalu hengkang dari sana tak lama kemudian. Pria itu tidak datang lagi, sampai beberapa hari setelahnya saat kepulanganku dari rumah sakit.

Tidak ada pembicaraan penting selama perjalanan, pun aku ikut malas menatapnya. Wajahnya selalu tidak berekspresi.

"Masuk lah." katanya menuntutku masuk ke dalam sebuah kamar.

Seingat ku, Rafka dan Olivia memiliki hubungan yang baik sebelumnya karena mereka sama sama belajar menerima satu sama lain. Karena apa? Karena pernikahan mereka hanyalah perjodohan. Bukan karena saling cinta.

Lama kelamaan Olivia luluh dengan perhatian yang di berikan oleh Rafka. Dia menaruh rasa pada pria yang sudah menjadi suaminya itu. Tapi sekarang aku bukan lah Olivia.

"Aku tidak mau tidur."

Rafka menoleh, "Kamu ingin makan?"

Aku menggeleng, "Aku salah memilih kata, maksudku adalah aku tidak mau tidur denganmu. Dengan kata lain, aku ingin pisah ranjang."

Rafka hendak protes, aku aku lebih dulu memotongnya.

"Sampai kau memutuskan untuk menceraikan ku." Tak kusangka, pergerakan Rafka tergolong cepat saat menarikku masuk ke dalam kamar.

Kamarnya luas, tapi aku tidak memperhatikannya lebih lanjut karena ekspresi Rafka lebih menarik untuk di pandang. Dia terlihat muram, "Kan sudah ku bilang aku ingin pisah ranjang, kenapa kamu membawaku ke kamarmu?"

"Bisa dengarkan saya bicara dulu?" Ia menyela dengan jutek. Wajahnya sedikit garang hingga aku mau tak mau berdehem pelan.

Tangannya bertengger di bahuku, kepalanya menunduk membuatku sedikit risih.

"Yang terjadi kemarin hanyalah sebuah kesalahpahaman. Saya dan Juliet tidak memiliki hubungan apapun. Itu sebuah kecelakaan, dan saya tidak melakukan apapun padanya."

Jika berdasarkan alur, yang Rafka jelaskan tentunya insiden satu malam. Di mana Rafka menyelamatkan tokoh utamanya -Juliet- yang di jebak oleh teman temannya. Dia di beri obat terlarang dan di buat tidur dengan pria asing. Sayangnya pria itu adalah Rafka.

Dan aku yang adegan itu benar benar terjadi. Olivia sudah di penuhi kekecewaan, dia harusnya akan mengamuk dan membully tokoh utamanya.

Tapi apa aku harus mengikuti alur yang sudah di tentukan?

Tentunya tidak akan. Aku tidak ingin mati di tangan pria yang berada di hadapanku saat ini.

"Kau bohong." Aku mencibir, "Jangan membodohiku dengan bujuk rayu seperti itu. Sama sekali tidak mempan. Sebaiknya kau jujur saja dan katakan pada semua orang lalu ceraikan aku."

"Kemudian kamu nikahi gadis itu, mudah kan?" Aku berdiri merasa perkataan yang keluar dari mulutku itu adalah sebuah ide cemerlang untuk masa depannya sebagai Olivia.

Helaan nafas terdengar, aku baru sadar kalau jarak kami terlalu dekat. Sontak kakiku mundur perlahan, menciptakan jarak yang cukup jauh.

"Bisakah kamu berhenti membahas perceraian? Saya sudah bilang, saya hanya akan menikah satu kali seumur hidup."

Wahh, apakah ini yang di namakan pesona tokoh utama?

Wajahnya menampakkan seringai kecil, "Lagipula saya tidak tertarik mencicipi wanita lain di saat di rumah ada wanita yang lebih menarik."

Meraih Akhir BahagiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang