- ✧ -
Siang hari, Millan duduk di bangku taman yang disediakan. Disebelahnya ada totebag ukuran besar dan paperbag ukuran sedang, yang satu berisi laptop pemberian arvaz dan satunya lagi pakaian, saat dirinya bergumam ingin membeli laptop setelah mampir ke toko baju, Arvaz tanpa bertanya langsung masuk ke toko dan keluar sembari menenteng totebag kemudian memberikan nya ke dirinya yang sempat terbengong.
Awalnya menolak tapi Arvaz memaksanya hingga ia tak bisa menolak lagi, jadi dengan rasa tidak enak Millan menerima laptop itu. Sekarang millan sedang menunggu Arvaz yang kini berdiri di stand permen kapas karena Arvaz ingin memberikan permen kapas itu ke Millan.
"Ugh.. panas, ramalan cuaca dari ponsel kok gak sesuai sih. Katanya 30°C tapi yang kurasakan sekarang panas nya 38,2°C." Gumam Millan, ia mengambil topi bucket di paperbag satunya kemudian memakainya, agar tidak demam tinggi akibat panas matahari yang begitu terik.
Arvaz datang dengan membawa sebungkus permen kapas dan minuman dingin yang Millan tidak tau kapan Pemuda jangkung itu membelinya.
"Ini untuk mu." Arvaz menyodorkan permen kapas yang tadi diberi sedangkan untuk minuman tadi ia yang membawanya. Millan menerima nya tak lupa mengucapkan terimakasih.
"Makasih Vaza." ucap Millan di sertai senyuman manis. Arvaz merasakan pipi nya memanas, namun setelah mendengar kalimat yang di ucapkan oleh Millan di Akhir, dahi nya mengernyit bingung.
"Vaza?"
"Itu nama khusus buat mu, hehe.. "
Khusus? Arvaz entah mengapa menjadi begitu senang saat diberikan nama khusus dari pemuda mungil yang manis ini, padahal mereka baru bertemu sekitar 42 menit yang lalu.
Arvaz terkekeh kemudian mengusak rambut Millan, setelah itu menarik pelan Tangan Mungil Millan, "lebih baik kita ke pohon itu, untuk berteduh."
Millah menoleh ke belakang, pohon yang ditunjuk Arvaz berada tak jauh dari tempat nya, ia kembali menoleh ke Arvaz lalu mengangguk.
Arvaz menggandeng Millan berjalan menuju sebuah pohon yang lumayan besar, disana ada beberapa pasangan yang berteduh agar tidak terkena sinar matahari yang sekarang cukup panas.
Millan lesehan di rumput rumput yang bersih, seperti nya pohon dan sekitarnya begitu di rawat, millan jadi ingin merawat rumput serta bunga-bunga di halaman sebelah rumah nya, mungkin akan jadi lembut dan bagus seperti disini.
Arvaz sudah duduk bersebelahan dengan millan, pemuda itu terlihat mengamati wajah Millan yang sedang terpukau dengan rerumputan serta bunga disekitarnya.
"Ternyata kalo duduk disini, adem banget ya. " celetuk Millan sembari membuka tutup minuman dingin untuk menyegarkan tenggorokan nya.
Arvaz merespon. "Iya. kamu kesini bersama siapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Enter the Figuran Body
JugendliteraturMika, seorang pengelola toko roti peninggalan mendiang ibunya, menjalani kehidupan yang monoton dan sederhana. Namun, segalanya berubah drastis ketika suatu malam jiwanya dipindahkan ke dunia novel yang tak pernah ia bayangkan. Dua tokoh penting dar...