Aera terus saja mengamati lamat-lamat sosok sahabatnya itu. Bukan apa-apa, Aera hanya saja merasa ngeri dengan sosok Zea yang tengah berada di depannya ini. Aera tahu dan jelas-jelas tau kendati Zea tengah merangkum album dari idola yang telah ia sukai sepanjang masa remajanya itu.
Dengan raut wajah yang menunjukkan kepolosan. Zea nyatanya hanya membolak balik benda persegi itu sedari tadi.
"Kau benar-benar Zea kan?"
"Maksudmu?" Tanya Zea yang kini juga nampak bergidik kala mendapati raut wajah aneh dari sahabatnya itu.
"Kau bilang tidak mengenal mereka? Dan aneh sekali saat tiba tiba melihatmu pulang dengan album itu."
Itu fakta. Memang, semula Zea kerap kali menolak ajakan Aera untuk menemaninya entah itu konser atau acara fanmeet lainnya. Zea adalah anti dengan hal hal semacam itu. Dan tak heran jika kini Aera merasakan keanehan pada sosok sahabatnya yang kini justru menyematkan senyum polosnya itu.
"Yaaa. Ada apa denganmu? Tiba tiba sekali."
Zea mengangkat bahunya acuh. "Aku tidak sengaja memasuki kpop store yang ada di Dongdaemun tadi. Lalu tentu saja sungkan jika aku tidak membeli satu bukan?"
Cukup masuk akal untuk alasan kedua. Namun bukankah tidak masuk akal jika Zea berkata tidak sengaja memasuki kpop store di alasan pertamanya. Pertanyaannya sekarang adalah,
"Untuk apa kau memasuki kpop store?"
"Itu tempat umum. Bukankah semua orang bisa memasukinya? Lalu ada apa dengan pertanyaan itu?"
Apa?
Aera menghembuskan nafasnya. Ada yang tidak benar dengan sahabatnya ini. Entah apa itu.
"Eyyy. Maksudku, kau sangat anti dengan kpop dan sebagainya. Aku sering mengajakmu untuk menemaniku pergi konser dan semacamnya tapi kau selalu menolak. Lalu ada apa dengan hari ini?"
Benar juga. Ada apa dengan Zea. Bagaimana bisa ia terpikir untuk membeli benda ini? Bukankah cukup tidak masuk akal?
Iya, menurut Aera juga begitu.
"Aku tidak tau. Hanya ingin membeli saja." Katanya sebagai final dari pembahasan keduanya mengenai "untuk apa" dan "mengapa" ini. Sebab Aera sendiri juga tak ambil pusing dengan hal ini. Bersyukur juga, jika mungkin nantinya ia memiliki teman untuk ia ajak konser atau fanmeet nantinya.
Toh itu juga menguntungkan baginya.
"Zea."
"Eum?"
Aera nampak terdiam. Wanita itu seperti tengah memikirkan sebuah kalimat yang akan ia lontarkan nantinya. Dan Zea? Wanita itu justru mengamati lamat-lamat iras ayu dari sahabatnya itu.
"Kenapa? Kau ada masalah?" Tanya Zea kala Aera tak kunjung melanjutkan kalimatnya.
"Tidak. Hanya saja, aku ingin menginap di rumahmu selama beberapa hari. Kau mengizinkannya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
EGLANTINE
FanfictionKata orang tentang perihal rumah. Presensi tersebut tak selalu berbentuk bangunan. Sebab presensi itu terbentuk bukan hanya dari sanak orang terdekat. Rumah yang dimiliki oleh Zea sebelum itu telah hancur. Namun, ada sosok asing yang justru menerob...