Kamar, jam 23.45 Mahreen masih belum bisa tidur. Hujan menyelimuti kedinginan dimalam itu. Ia masih teringat dengan kejadian di sekolah. Bangkit dari ranjang dan pergi ke balkon kamarnya sambil melihat hujan yang turun satu-persatu.
Ia berbicara dengan hujan. Hanya dengan hujan dia dapat meluapkan semua isi hatinya dan kegundahan yang ada. Trauma masa lalu yang juga mendapatkan bullying membuatnya semakin takut. Ia mempunyai masa lalu yg cukup menyedihkan.
"Hujan kenapa aku dilahirkan dengan sifat seperti ini. Aku juga tidak mau seperti ini. Menyendiri tanpa ada teman. Hujan kenapa kamu banyak teman? Kenapa aku tidak bisa seperti itu? Hufftt sudahlah inilah takdir hidupku. Aku harus kuat apapun yang terjadi. Jangan ingat masa lalu Reen. Ayo fokus masa depan. Kamu udah murid SMA. Jangan cengeng lagi." Mahreen berbicara kepada hujan yang dia anggap hanya hujan yang dapat mendengarkannya.
Bel sekolah berbunyi. Jam pelajaran pertama dimulai. Ibu Anum menjelaskan materi. 30 menit berlalu. Ibu Anum memberikan tugas. Tugas berkelompok yang beranggotakan 5 orang per kelompok. Mahreen dan Luna 1 kelompok.
"Bu, apakah anggota kelompok nya tidak dapat ditukar?" Luna bertanya. "Anggota kelompok sudah ibu tetapkan dan tidak ada yang diubah-ubah." Kata Bu Anum. Wajah Luna sangat merah dan marah, karena dia tidak mau 1 kelompok dengan luna. "Gua sebenarnya tidak mau 1 kelompok dengan anak cupu seperti lo." Dia menunjuk Mahreen dengan tidak suka. Mahreen hanya diam mendengar itu.
Tugas dibagikan. Luna menyuruh Mahreen mengerjakan semuanya. Tetapi, teman kelompok yang lain sangat baik dan mau membantu Mahreen. Hanya Luna yang tidak mau bekerja dalam kelompok. Ia bersikap seperti itu karena dia merasa berkuasa.
Jam istirahat. Saat Mahreen ingin memakan bekalnya, ia dihampiri oleh Mona. Mona dengan gaya yang ketomboian berkata"Reen kalo si Luna ngatai-ngatain kamu udah tu jambak aja sekalian rambutnya" berkata sambil ketawa. Mahreen hanya tersenyum. Karena Mahreen tidak bisa melalukan hal seperti itu. Dia tidak berani dan merasa takut melakukan hal seperti itu. "Kamu ditindas orang diam aja, lawan ajalah kalo kita tidak bersalah" Lanjutnya. "Iya terima kasih sarannya Mona, tapi aku tidak bisa seperti itu." Mahreen berkata. "Emangnya kenapa?." Lanjut Mona. Mahreen berkata "Aku tidak berani dan aku juga takut trauma dan masa lalu aku dibully terulang kembali." Sambil tersenyum. Mona terdiam. Mona mengalihkan pembicaraannya yang lain supaya Mahreen tidak bersedih.
Setiap hari Mona selalu dekat dan berteman baik dengan Mahreen. Waktu terus berjalan dan tidak terasa sudah memasuki ujian semester 1. Melihat Mahreen anak yang pintar dan rajin. Itu membuat Luna merasa tersaingi dan dia mau Mahreen mengasih contekan untuknya supaya dia dapat juara.
Hari pertama ujian dimulai. Benar saja Luna meminta jawaban kepada Mahreen. Tetapi, Mahreen tidak mau. Itu membuat Luna marah dan merencanakan sesuatu ketika pulang sekolah. Hari ini Mahreen tidak barengan pulang dengan Mona, karena Mona ada urusan lain. Saat Mahreen di parkiran, Luna sudah menunggu dengan gengnya. Dia berkata"Jika lo tidak mau ngasih contekan ke gw, maka lo liat aja akibatnya nanti dan jika nilai lo tinggi dari gw awas aja lo." Mahreen hanya diam dan berkata "Aku tidak bisa Luna, kita kan sama-sama belajar dan itu juga usaha kita." Disana Luna malah marah-marah tidak jelas kepada Mahreen dan untungnya ada Ibu Anum yang membuat geng Queen Of Lilis tersebut pergi dan meninggalkan Mahreen.
Malam hari jam 22.25 Mahreen berada di balkon kamar dan kembali bercerita dengan hujan. Dia bercerita banyak hal, mulai dari sekarang dia sudah ada teman yang bernama Mona, serta masalah Luna yang mengancam dia. Hujan hanya tersenyum dan berkata"Kamu pasti kuat Mahreen." Hal tersebut menyadarkan Mahreen. Dia langsung masuk kamar dan mulai belajar untuk ujian besok. Dia suka belajar dini hari supaya mendapatkan ketenangan saat belajar.
2 minggu setelah ujian. Hari ini pembagian lapor dilaksanakan. Mahreen juara 1 dikelasnya. Teman-temannya mengucapkan selamat, kecuali Luna dan gengnya. Luna keliatan marah karena dia merasa berada dibawah Mahreen.
Luna dan geng merencanakan sesuatu untuk Mahreen pada awal pembelajaran semester 2 nanti.Semester 2 kelas 10, Mahreen mengawali harinya ke sekolah dengan semangat dan bahagia. Liburannya membuat dia senang. Mahreen bertemu Mona dan berbicara tentang liburan mereka.
1 minggu sekolah, ketika mengumpulkan latihan penting dari Ibu Nuna (guru matematika) kertas ujian Mahreen tidak ada. Dia mencari kemana kertasnya hilang. Padahal dia membawa kertas latihannya tersebut. Saat ibu menanyakan siapa yang tidak mengumpulkan, Mahreen tunjuk tangan. Semua terdiam, kenapa Mahreen tidak membuat tugas tersebut. "Mahreen apa alasan kamu tidak membuat tugas dari ibu?." Ibu Nuna bertanya. "Saya mengerjakan tugas dari ibu, tetapi kertasnya hilang bu, tidak tau kemana." Jawab Mahreen. Ibu Nuna tidak percaya dan memberikan hukuman kepada Mahreen. Disitu wajah Luna kesenangan dan bahagia melihat Mahreen dihukum.
Mona menyadari hal tersebut dan berkata "Pasti ada anak kelas yang menyembunyikan kertas Mahreen bu." Wajah Luna menjadi tegang. "Periksa aja tas kami masing-masing bu" lanjut Mona. Ibu Nuna setuju. Benar saja ternyata Luna tela menyembunyikan kertas latihan Mahreen. Disitu ibu Nuna marah kepada Luna. "Kenapa kamu menyembunyikannya kertas Mahreen Luna?." Ibu bertanya. "Saya merasa tersaingi bu dan saya tidak suka Mahreen menjadi juara serta nilainya tinggi dari saya." Jawab Luna. Ibu berkata "Seharusnya kamu tidak seperti ini. Ini adalah melakukan kecurangan. Bersaing itu secara sehat bukan secara curang seperti ini untuk menjatuhkan orang." Kata ibu dan juga menasehati Luna dan anak-anak lainnya. "Kita boleh bersaing dengan orang, tetapi dengan cara yang baik-baik. Tidak boleh melakukan kecurangan seperti ini. Mahreen dia menjadi juara karena dia rajin belajar dan terus berusaha. Kamu kalo mau bersaing harus belajar dan tidak melakukan hal seperti ini." Kata Ibu Nuna. Luna hanya terdiam dan menunduk. Ibu Nuna menyuruh Luna untuk minta maaf kepada Mahreen. Luna tersadar dan minta maaf kepada Mahreen. Luna sadar cara dia selama ini salah dan selalu membully dan merendahkan Mahreen.Hari-hari berjalan seperti biasa. Sekarang Mahreen sudah bisa bersosialisasi dan sudah ada sahabat yang selalu ada dengannya yaitu Mona, sahabat dia selain hujan. Mahreen sudah membiasakan diri di lingkungan ramai dan bersosialisasi dengan sesama. Mahreen sadar bahwa bersosialisasi sangat penting dan juga bergaul dengan orang-orang baik agar tidak ada kesepian.
"Hujan selalu ada untuk saya dan mendengarkan cerita saya, tetapi sahabat juga selalu mendengarkan cerita dan memberikan pendapat dan solusi jika saya ada masalah"
~Terima kasih hujan dan sahabatku Mona~
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan Tengah Malam
Ficción históricaIni tentang kehidupan. Kehidupan yang penuh suka maupun duka. Kehidupan yang harus diperjuangkan. Kehidupan memang kadang tidak adil bagi kita, tapi itulah realitanya. Mahreen, seorang gadis cantik, pintar, dan pendiam yang duduk di kelas 10. Ia be...