bab 1

3 0 0
                                    

.

    "Padahal aku sudah berusaha sekuat tenaga tapi.. tapi KENAPA! Bukankah ini tidak adil? Hahaha"

    Para bangsawan terdiam dan menundukkan kepala mereka kecuali satu orang, dia Marques Zennor. Marques mengepalkan kedua tangannya dan menatap penuh benci pada seorang gadis yang sedang menangis pilu.

    "Bangun..! mana janjimu"

    "Kau bilang ingin mendengar aku memanggilmu ayah bukan? Maka bangun lahh! Aku akan memanggilmu ayahh selamanyaa"

    "Sialan.. brengsek!"

    "Kenapa kau melindungiku.. bukankah kau membenciku maka biarkan aku juga membencimuu jangan.. jangan membuatku merasa bersalah seperti ini" ucap lirih

    "Tuan putri tidak baik menangis di depan para bangsawan, jagalah martabatmu sebagai putri oh tidak baginda ratu" ucap Marquess tersenyum manis

    "Ratu? Kau menghinaku marquess" ucap Edelstein terkekeh bengis

    "Menghina bagaimana ratuku.. bukankah mahkota dikepalamu adalah bukti mutlak" ucap Marquess Zennor tersenyum sangat manis.

    "Tutup mulutmu Zennor" ucap seorang Duke dingin.

    "Hoo Grand Duke.. kau sekarang memihak Ratu? Aku pikir kau tidak tertarik dengan kekuasaan" ucap Marquess Zennor berjalan mendekat ke arah Edelstein.

    "Lihat dia..."

    Marquess Zennor menarik tangan Edelstein dan memaksanya untuk berdiri. "Dia adalah Ratu baru kitaa!"

    "Marquess Zennor!" teriak Duke menatap tajam Marquess Zennor.

    Hawa dalam ruang penyambutan menjadi dingin, aroma darah menyerbak memenuhi ruangan banyak dari bangsawan memilih keluar.

    "Ada apa Grand duke? Kau marah padaku karena gadis kecil ini" Marquess melepas tangan Edelstein yang mana membuat Edelstein jatuh.

    "Gadis kecil? Bukankah kau tadi memanggilnya Ratu?" ucap Grand duke tersenyum miring

    Marquess menggertakan giginya dan melemparkan sihir pada Grand duke. Ledakan besar terjadi, orang-orang berlari dengan panik tapi ada beberapa yang bertahan di posisinya.

    Asap menghilang perlahan dan memperlihatkan Grand duke yang menggunakan barer pelindung. Grand duke tersenyum smirk lalu membalas dengan melemparkan sihir yang membuat tubuh Marquess Zennor terdorong jauh.

    Debu menutupi tempat Marquess Zennor terjatuh, beberapa waktu debu menghilang dan Marquess Zennor sudah tidak ada di tempat.

    "Dia bahkan lebih hina dari tikus" ucap Edelstein menyeka darah di wajahnya dan tersenyum ke arah Grand duke serta para bangsawan yang masih berdiri dengan tegak di aula.

    "Terimakasih.." ucap Edelstein pelan

    Para bangsawan memilih diam dan pergi berangsur-angsur meninggalkan Edelstein sendirian di dalam aula bersama mayat keluarganya.

    Raja, Ratu, Selir Raja serta para pangeran dan putri kerajaan tewas dalam pemberontakan di acara debut Edelstein. Edelstein Yara Ravaryn putri kerajaan Ravaryn anak dari Raja Sirius Orlo Ravaryn dan selir agung Estella Alora Ravaryn.

    "Aku memang menginginkan kalian mati tapi ditanganku bukan ditangan pemberontak" ucap Edelstein terkekeh kecil lalu memeluk erat Raja sebelumnya yang sudah tiada.

     "Ayah.. aku membencimu tidak aku sangat mencintaimu" ucap Edelstein menangis pilu dipelukan ayahnya.

    Edelstein tidak peduli dengan anggota keluarga lain dia hanya mencintai ayahnya. Ayah yang membuangnya keperbatasan di usia muda dan memaksa seorang gadis kecil bertahan hidup bersama para ksatria pelindung perbatasan untuk membasmi monster.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 20, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Saya menjadi Ratu kerajaan Ravaryn Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang