.
.
---
Pukul 13.40 kami tim marketing sudah siap untuk menemui Mas Angga di ruang rapat lantai 5. Mas Angga memang tidak bisa menolerir keterlambatan sehingga kami harus sudah siap di ruang rapat.
Aku menunggu kedatangan Mas Angga dengan jantung berdebar-debar. Kebetulan kali ini aku duduk menghadap pintu ruang rapat. Masih 6 menit lagi menuju pukul 2 pas. Saking gugupnya, aku jadi ingin ke kamar mandi.
Namun saat aku ingin membuka pintu, terdapat bayangan di depan pintu, belum sempat menghindar kepalaku sudah terantuk oleh gagang pintu. Sakit!
"Eh sorry, kamu gak apa-apa?" tanya Mas Angga padaku. Aku belum melihat ke arahnya karena masih mengusap-usap dahiku yang sepertinya akan membenjol. Dorongannya tadi cukup kencang to be honest.
"Gita, you okay?" tanya Mas Angga lembut sambil mendongakan kepalaku menghadap ke arahnya dan mengelus-elus dahiku. Aku menahan nafas. Ini bukan jenis kontak fisik antara bawahan dan atasan. Aku pun memundurkan tubuhku menghindari sentuhannya.
"Gak apa-apa, Pak. Udah gak sakit kok."
"You sure?"
"Pretty sure!" ucapku tegas. Aku pun takut-takut melirik ke arah teman satu timku. Menghela nafas lega melihat reaksi mereka, sepertinya tidak ada yang curiga.
"Saya izin ke toilet dulu ya, Pak."
"Oke, sekalian kamu siapkan ice cube buat mengompres dahi Gita ya, Dan," perintah Mas Angga pada Pak Dani selaku sekretarisnya.
"Enggak perlu, Pak. Saya bisa sendiri kok. Pak Dani kan menemani Bapak."
"Saya gak perlu ditemani. Lakukan perintah saya, Dani!" ucapnya siap mengeluarkan tanduk.
"Baik, Pak. Ayo, Gita," jawab Pak Dani. Kami sebagai bawahan Mas Angga memang sudah dekat dengan Pak Dani. Tak jarang dia akan ikut makan siang bersama.
Baiklah daripada Pak Bos yang maha agung ini mengeluarkan tanduknya lebih baik aku mengikuti perintahnya.
Aku pun keluar dari ruang rapat mengikuti Pak Dani menuju pantry dekat ruang rapat. Memang setiap lantai memiliki ruang pantry masing-masing.
"Gue tau lo ada hubungan sama Angga kan," ucapnya kemudian setelah dia yang hanya diam saja membalut ice cube dengan kain bersih.
.
"Seriusan itu, Pak. Tiga tahun?"
"Seriusan, Git. Terakhir tuh sama Salma deh, model tuh, anak temennya Ibu Inggrid." Ibu inggrid ini adalah nama Ibu Mas Angga.
"Ohh, Salma Amanda ya, yang tahun kemarin masuk top 100 wanita tercantik di dunia versi TC Candler." ucapku mengingat-ingat.
"Iya, emang lagi naik daun sih dia waktu itu."
"Kok aku baru tahu sih, Pak," ucapku heran. Biasanya kalau ada gosip soal atasan itu gampang menyebarnya.
"Lah lo kan belum masuk sini, Git. Toh juga mereka cuma pacaran satu bulan doang kayanya. Pdktnya aja cuma satu minggu."
Aku semakin syok akan fakta itu.
.
---
.
Sesampainya di rumah Mas Angga, dia mengajakku untuk masuk ke kamar tamu dan menunjukan pakaian-pakaian yang katanya dia beli hanya untuk diriku. Wow, lengkap. Aku kira maksud dia membelikanku baju itu hanya satu atau dua saja, tetapi ini hampir setengah lemari. Selain dress atau baju rumahan, dia juga membelikanku lingerie--baju dinas yang dimaksudnya. Aku mengambil salah satu lingerie berwarna hitam tersebut.
"I can't wait to see you wearing that thing," ucapnya yang juga melihatku mengambil lingerie dan mencoba memasangkan di depan tubuhku. "That would be amazing and hot. Imagining you wearing that thing makes me hard, sayang."
"To be honest, i have something that is more hot than this, Mas. Actually, i bring it." Aku memang membawa lingerie yang baru saja aku beli khusus untuknya.
"Really? Can i see it?"
"Nope. Nanti habis dinner ya," ucapku menggodanya sambil menggelitiki dagunya yang sedikit kasar.
"Right, after dinner. I will take that as a promise."
.
Pelayan pun datang memberikan makanan menu pembuka. Ternyata Mas Angga sudah menentukan makanan apa saja yang harus dihidangkan. Kami pun mulai memakan makanan pembuka tersebut. Kata pelayan yang menghidangkan makanan, Mas Angga telah memesan lima set menu.
Kami pun makan dengan tenang dan membicarakan hal-hal random atau pun seputar keluarga kami masing-masing. Aku baru tau ternyata selain menjadi direktur pemasaran di perusahaan kami, Mas Angga memiliki perusahaan keluarganya sendiri. Kenzo Salim Corp namanya. Katanya seluruh keluarganya memiliki nama Kenzo Salim, mulai dari kakek buyutnya hingga keponakannya. Pantas saja rumahnya sendiri sebesar itu. Bisnisnya pun sudah merambah ke banyak bidang, termasuk hotel tempat kami makan saat ini.
Pada saat hidangan terakhir yaitu dessert berupa blueberry shortcake, aku membelah kue tersebut dan melihat sesuatu yang mengkilat.
.
"MASSS ... NO CONDOM AGAIN?!" Aku berteriak ketika mengingat tadi dia belum memakai condom.
"God, I'm sorry. Kali ini aku beneran lupa, sayang. Demi tuhan, aku gak inget."
.
versi full ada di Karyakarsa dengan akun yang sama seperti wattpad. Link karyakarsa cek di profile wattpad aku ya.
Jumlah kata: 5.058 kata dengan harga Rp4.500
----
End.
Thank you for buying and reading.
Sorry for typos and grammatically error.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oneshoot story
RomanceKumpulan cerita pendek beberapa pasangan. Bukan oneshoot juga sih jatuhnya, pokoknya baca aja. Ada banyak alur cerita di sini, jadi bisa disesuaikan kalau suka alur yg seperti apa. Update ketika ada ide cerita alias tidak pasti. Happy reading . . Th...