Sapa dan menyapa kita, hilang entah kemana, Tuan.
Deringan dari telfon di kala bulan bersinar, tak lagi terdengar.
Kebiasaan-kebiasaan kecil kita, kini hilang entah ke mana.
Lalu, selamat malam pun bukan lagi akhir dari percakapan kita.Sepi ini terasa kian mengikis lenganku, Tuan.
Tolong panggil siapapun untuk membungkus luka ini.
Tapi aku harap, kamu tak beranjak dari tempatmu.
Untuk memanggil orang lain, karna yang ku mau itu kamu.Sejuk mata teduh itu, kini bukan lagi milikku.
Ternyata, sejak awal akulah yang terlalu tergila-gila padamu.
Berbicara dengan riang bila topik utamanya adalah kamu.
Tuan, apakah kamu tau seberapa aku merindukan kamu?Tuan, sebagian dari serba-serbi hidupku hilang ditelan dinginmu.
Kini, kita hanya bicara seperlunya saja.
Mengingat yang lalu, waktu pun terpaksa mengalah jika kita sedang berbicara.
Apa saja, akan jadi topik hangat tertawa kita.
Membuat seisi dunia berdecik, karna aku selalu dicintaimu.Tapi kini, semua dari omong kosongku terwujud.
Kita tak lagi jadi kita yang sama.
Kamu sudah berkelana dengan jauh, dan harusnya aku juga beranjak dari tempatku.
Lalu, membakar semua rindu itu dengan luka sayat dimana-mana.untuk pria manisku
20 November 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
sedih nan senang
Acakhalo, ini cerita baruku. sedikit berbeda dari yang biasa aku bagi ke kalian, tapi semoga sedikit banyaknya puisi-puisi ini bisa mewakili beberapa perasaan. sajak-sajak puisiku tidak seindah itu untuk dinikmati, aku hanya menulis puisi itu agar terob...