07•✿☞ SI KUTUB DAN MATAHARI

269 19 1
                                    

Vote zeyeng 😔

Kalau ada typo tandai ya 🥰

-Happy Reading-

Sudah beberapa saat lalu mereka berada di kelas yang tentunya bukan milik para gadis itu. Auris masih sibuk mengobati luka Arvin. Gadis itu sempat pergi ke UKS tadi.

Sementara itu, Hasya juga Savio sudah adu mulut sejak tadi. Berisik? Sudah tentu. Suara mereka sama-sama lantang. Belum lagi suara Hasya yang cempreng.

Gaura sedari tadi hanya diam. Dirinya masih terlalu kaku untuk berinteraksi bersama mereka. Gaura juga belum lama mengenal mereka. Masih sangat canggung.

"Eh ngomong-ngomong, lo itu pindahan dari mana? Gue denger denger dari Bogor, emang bener?" tanya Lio basa-basi. Gaura mengangguk.

"Iya. Kok tau sih?" Gaura bertanya balik.

"Apa sih yang A'a nggak tau kalau soal neng cantik," kata Lio mengedipkan sebelah matanya. Gaura hanya terkekeh melihat tingkah lelaki itu.

"A'a A'a! Gue colok nih biji mata lo," sambar Auris tak suka.

"Buset! Kasar banget lo jadi cewek," kata Lio.

"Ya karena gue bukan makhluk halus," sahut Auris santai.

"Untung cewek, kalau cowok udah gue geprek lo," ucap Lio. Arvin menoleh, menatap tajam kearahnya. Lio hanya bisa menyengir kuda.

"Lo kalau di gombal in sama dia jangan baper, Ra. Dia buaya, inget! Bu-a-ya!" kata Auris menekankan. Gaura hanya manggut-manggut.

"Temenan doang nggak pa-pa 'kan?" tanya Gaura, iseng. Auris menghela napas panjang.

"Lo udah bagian dari kami."

Lio mengangguk setuju. "Betul! Jadi kalo ada apa-apa, jangan sungkan minta tolong kami. Lo anak baru, pasti susah kan? Sekolah ini luas loh, Ra. Kalau Lo diem aja ntar lo nyasar gimana?" Kalimat itu membuat Gaura ingat akan satu kejadian. Saat dirinya mencari Gara, dirinya juga hampir tersesat. Lagi dan lagi Gaura hanya bisa mengangguk.

"Tapi gue masih nggak enak," kata Gaura tersenyum kikuk.

"Nggak enak kasih kucing," sahut Lio. Gaura menghela napas.

"Gue beneran nggak enak. Kita baru aja kenal kan?"

"Aduh, Ra! Udah berapa kali gue bilang! Lo itu temen gue, temen gue berarti temen mereka juga. Lo kalo nggak enakan mulu kapan lo bisa akrab sama kami? Mau kaya Gara tuh? Diem membisu aja tiap hari."

"Bener, Ra. Santai aja, kita solid kok." Lio tersenyum. Bisa Gaura lihat senyum itu tak palsu. Mereka benar-benar menerimanya, namun tetap saja dirinya hanya orang baru.

"Iya, gue coba," kata Gaura, sudut bibirnya tertarik keatas, tersenyum.

Solid katanya? Pertemanan seperti apa yang mereka percaya? Sejauh ini Gaura belum pernah berteman dengan orang yang benar-benar selalu ada untuknya. Masa sekolah menengah itu adalah masa yang Gaura tak tahu di mana letak senangnya.

"Mereka berantem tadi. Sebenarnya bukan berantem sih. Arvin nahan Gara biar nggak nyakitin dirinya sendiri lagi," tutur Lio. Lelaki itu menoleh, menatap Gaura. Sementara Gaura masih bingung.

"Udah pernah gue bilang kan, Ra? Gue bakalan kasih lo informasi soal Gara. Nggak banyak yang gue tau, tapi lo juga harus tau walaupun cuma hal kecil," kata Auris. Gadis itu memutar posisi duduknya agar pembicaraan mereka menjadi nyaman.

"Gara pinter, tapi adiknya lebih pinter. Mereka selalu dibandingin. Gara itu terbilang nakal juga. Dia gitu bukan berarti dia mau. Dia cuma butuh tempat buat pulang." Lio menyambung.

KINAGARA  [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang