••• Bonus Chapter 3 •••

746 16 0
                                    

•••

"Ceritaku belum usai, ini baru awalnya."
-Rara Adhisti Wijaya-

🏵️🏵️🏵️

"Aku minta maaf," ucap El sembari terus mengendarai mobilnya. Mencoba fokus pada jalanan namun sesekali tetap melihat gadis di sampingnya.

Ini sudah beratus kali El meminta maaf pada Ara atas kejadian semalam. Ara tidak mempermasalahkannya, dia juga masih baik-baik saja. Namun, El terlalu merasa bersalah membuat Ara tidak tega.

"Kak, udah ih! Minta maaf terus, nga capek?" El menggeleng cepat.

"Aku juga baik-baik aja."

"Tapi, aku nga suka dengan sikap Al ke kamu. Pasti dia kasar kan?"

"Udah kak, nga usah dibahas. Aku ngapapa," sahut Ara yang sudah lelah membahasnya. Bagaimana tidak? El terus saja menyalahkan dirinya sendiri.

"Kita mau ke mana kak?" tanya Ara mencoba mengalihkan pembicaraan. Ara tersenyum senang, menunggu jawaban El.

"Kita ke taman," jawab El, mengelus puncak jilbab Ara sayang. Senyuman yang Ara berikan begitu menular, membuat El tersenyum tipis.

🏵️🏵️🏵️

Ara duduk, setelah menggelar kain di rerumputan. Seharusnya Ara membawa keranjang yang berisikan cemilan agar lebih seru. Tapi karena ini mendadak, jadi ya biasa aja.

Tidak berselang lama, El datang membawa sebungkus plastik minimarket yang Ara tidak tahu isinya apa. El memberikan plastik tersebut ke Ara kemudian duduk di sebelahnya.

"Makanan! Ini baru piknik kecil-kecilan," kata Ara. Dengan cepat Ara mengeluarkan semua camilan, minuman, dan makanan yang dibeli El. Ara menyusunnya tertata rapi agar terlihat lebih cantik.

"Ih kak! Jangan diambil dulu!"

Ara menepis tangan El yang ingin mengambil camilan. Ara ingin memfoto dan mengunggahnya di status. Biar sahabatnya pada ngiri.

S

etelah mengunggahnya, Ara diam-diam memfoto El yang lagi makan. Ia tersenyum dan tertawa pelan melihat hasilnya. Dari foto saja, El terlihat tampan. Bagaimana aslinya? Ara tidak bisa menjawab. Yang pasti, ganteng poolll.

"Kak, fotoin Ara," suruh Ara dengan memberikan ponselnya. El mengangguk kemudian mengambil ponsel Ara.

"Jangan tunjukkan wajahnya, tutupin bunga aja," ujar El memberikan sebuket bunga yang entah sejak kapan berada di sana.

Ara mengangguk kemudian mengambil bunga tersebut diarahkan di depan wajahnya. Menutupi wajahnya, seperti orang yang malu menunjukkan wajahnya.

Cekrek!

Dengan cepat Ara melihat hasilnya yang bagus. "Makasih kak El," kata Ara yang diangguki El.

Setelah acara foto-foto, kini Ara dan El terlentang di atas kain. Mereka sama-sama menatap langit yang indah. Senyum Ara masih mengembang sedari tadi, merasa menjadi permaisuri untuk hari ini.

"Semoga kita bisa gini terus ya, kak," kata Ara, mengharapkan momen manis seperti ini terus berlanjut.

Di dalam lubuk hati El, ia meng-aminkannya. El selalu ingin bersama Ara selamanya. Ingin melihat senyumnya, tangisnya, tawanya, semuanya. Bahkan ingin melihat Ara menjadi istrinya kelak.

ELARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang