01

67 8 0
                                    

Happy Reading🌹🌹🌹

Dijalanan yang sepi dan gelap sebuah mobil hitam melaju dengan kecepatan sedang, didalamnya ada seorang pria dewasa yang berwajah tampan dengan setelan baju koko putih beserta sarung hitamnya, dan jangan lupakan sorban putih yang tersampir di bahunya juga peci hitam yang dia kenakan.

Drett drett

"Assalamu'alaikum, halo Fan ada apa?"

"Wa'alaikumussalam Faz, Faz besok antum sibuk ga? Anak-anak ngajak ngumpul di cafe,"

"Ooh maaf Fan saya ga bisa ikut soalnya mau ngisi acara di salah satu majelis, tapi lihat besok saja kalau sekiranya ada waktu saya usahakan datang."

"Baiklah ana cuma mau menyampaikan itu saja maaf menggangu waktunya Faz. Assalamu'alaikum,"

"Iya gapapa, Wa'alaikumussalam." Pria dewasa tersebut adalah Arfaz atau lebih tepatnya  ARFAZ ZAYN KAYSAN berusia 24 tahun, putra pertama kyai Zafir dan ibu nyai Afra pemilik pondok pesantren besar di Sukabumi selain pondok pesantren mereka juga mempunyai ladang pertanian seluas beberapa hektare juga beberapa pabrik lain.

Saat sedang mengemudi tiba-tiba....

Dukk dukk dukk

Ada yang menggedor kaca mobil tersebut, Arfaz yang ada di dalam tentu saja terkejut. Dia pun menghentikan mobilnya.
"Siapa itu?" Gumamnya bertanya tanya.

"Heiii turun kamu!!!" Ucap si perampok

Arfaz pun turun dengan wajah datarnya lalu menjawab "Apa urusan kalian dengan saya?"

"Serahkan seluruh harta kamu kepada kami!! Kalau tidak kami habisi kamu!!!" Ucap si perampok.

"Dari Sa’id bin Zaid, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Siapa yang dibunuh karena membela hartanya maka ia syahid. Siapa yang dibunuh karena membela keluarganya maka ia syahid. Siapa yang dibunuh karena membela darahnya atau karena membela agamanya, ia syahid.” saya tidak takut mati karena membela kebenaran,"

"Kamu bodoh? Kamu sendiri dan kami banyak! Ah! Udahlah bunuh dia! Gak guna!"

"Stop!" Baru saja segerombolan preman itu hendak menghajar Arfaz seorang wanita tiba-tiba datang dengan tangannya yang direntangkan menghalangi tubuh Arfaz.

"Siapa kamu? Gak usah ikut campur cewek lemah!"

"Kamu gak tau siapa saya?" Tanya wanita itu.

"Mana saya tau! Kenal aja kagak!"

"Oke saya adalah Amara, seorang wanita pemberani bukan orang lemah! Bisa-bisanya kalian malah nyari masalah sama laki-laki lemah ini!" Ucap Amara. "Berani? Ayo lawan!" Tantang Amara.

"Ngapain diem? Lawan!" Balas si perampok.

Teman si perampok menurut. Mereka mengeluarkan pisau lipat dari saku jaket mereka. "Kamu yang minta mati, maka dengan senang hati kami berikan untuk kamu!"

Perkelahian pun tak terelakkan.

Bugh

Bugh

Bugh

Krekk

Krekk

Bugh

Krekk

"Arghhh"

Amara pun langsung menghabisi para perampok tersebut dengan tangan kosong. Para pria tersebut sudah terkapar di jalanan.

Melihat Amara yang mulai lengah, salah seorang dari perampok itu mendekati Amara dan bersiap untuk menikamnya.

Dengan gerakan cepat, Arfaz menarik Amara dan melindunginya dengan memeluknya.

Jlebb

Pisau itu pun melukai bahu Arfaz.Darah segar mengalir dari bahunya, mengubah warna putih pada pakaiannya menjadi merah. 

"Saya sudah menelpon polisi, silahkan pergi sebelum kalian merugi." Peringat Arfaz.

"Sial! Ayo cepet pergi!" Ucap si pemimpin perampok dan langsung kabur dari sana.

"Halah baru segitu aja udah kalah! Sok sok-an mau ngerampok, mana bawa senjata lagi huuuuu!" Seru wanita tersebut.

"Terima kasih sudah membantu saya, nama anda siapa? Perkenalkan nama saya Arfaz." Ucap Arfaz.

"Sama-sama nama gw Amara. Lain kali hati-hati kalau lewat sini, disini emang rawan soalnya jalannya sepi." Ucap wanita tersebut yang ternyata bernama AMARA atau AMARA VICTORIA MILLANO anak terakhir dari pasangan RAJENDRA WILSON MILLANO dan AYLA LYDIA MILLANO, berusia 20 tahun juga bagian dari keluarga MILLANO sang penguasa dunia bisnis baik itu bisnis legal maupun ilegal juga penguasa dunia bawah.

"Baiklah kamu mau apa silahkan katakan anggap saja untuk membalas budi." Tawar Arfaz.

"Gak usah, gw gak semiskin itu gw masih mampu beli apa yang gue mau." Tolak Amara. "Oh iya, makasih lo udah nolongin gw, mending sekarang lukanya di obatin. Gw ada p3k di mobil, ayo masuk mobil nanti gw obatin."

"Saya gak papa."

"Udah gak usah nolak! Gak liat lo baju lo udah berubah warna gitu?! Ikut gw!" Amara menarik Arfaz masuk ke mobilnya.

"Eh.. saya gak mau nanti malah jadi fitnah!"

"Gak usah lebay deh lo! Buka bajunya," Titah Amara.

"Kamu gila?!"

"Apaan sih? Cepet lo gak mau lukanya infeksi 'kan?" Tekan Amara. "Lo mau buka atau gw sobek?"

"I-iya, saya buka." Arfaz duduk membelakangi Amara dan menurunkan pakaiannya agar lukanya bisa diobati. "Shhh.."

"Eh.. sorry sakit ya? Lagian lo ngapain malem-malem lewat jalan sepi begini?"

"Bukannya harusnya saya yang tanya? Kamu perempuan ngapain malam-malam seperti ini baru pulang?" Arfaz balik bertanya.

"Suka-suka gw kali bukan urusan lo juga." Balas Amara seraya membalut luka Arfaz. "Udah, sekarang lo berhutang nyawa ke gw lagi. Tadi sempet impas tapi sekarang enggak."

Arfaz kembali merapikan pakaiannya. "Iya, sekali lagi terimakasih." Ucapnya tanpa menatap Amara.

"Kalau mau ngomong makasih sama orang itu tatap matanya dong!" Protes Amara. " Btw lo mending ganti baju dulu gw ada baju abang gw ni di kursi belakang, bentar gw ambil dulu." Ucap Amara kemudian mengambil pakaian yang ia maksud. "Nih lo ganti dulu! masa mau pake baju yang banyak darahnya gitu! " Ucap Amara.

"Baiklah tapi bisakah kamu keluar dulu sebentar?" Tanya Arfaz.

"Yaudah gw keluar dulu, jangan lama lo! "

"Iya."

Pada saat Arfaz berganti pakaian di dalam mobil ada beberapa bapak-bapak menghampiri mobil mereka.

"Heyy! Sedang apa kalian disitu? "Tegur salah satu bapak tersebut. "Kalian berbuat mesum ya?!"

————————————————————————-

Typo tandai...
Jangan lupa vote dan komennya teman teman.. ✨💌

————————————————————————

AMARFAZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang