Secretary (Hala - Javas)

1.1K 4 0
                                    

Mahendra Javas Irawan (35th)
Ganeeta Hala Putri (29 th)

---

"What do you think about this, Honey?" tanya Javas padaku. Dia menanyakan warna suit apa yang harus dia pakai untuk Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan perusahaan kami. Ya, perkenalkan aku adalah Ganeeta Hala Putri, sekretaris dari Mahendra Javas Irawan seorang Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko. Jangan salah sangka, kami tidak cinlok. Aku dan javas sudah berpacaran selama lima tahun, sedangkan hubungan kerja sekretaris-Direktur baru berjalan dua tahun. Memang kekuatan orang dalam itu sangat dahsyat. Aku bisa menjadi sekretarisnya karena Javas sendiri yang menawariku, kebetulan saat itu aku juga sudah bosan dengan pekerjaanku, sehingga aku menerima tawarannya. Aku memerlukan waktu kurang lebih satu bulan untuk benar-benar siap dilepaskan oleh sekretaris sebelumnya.

"I think the blue one will suit you perfectly."  Aku kemudian mengambil dasi berwarna biru garis putih untuk dipasangkan dengan suitnya. "Nah, perfect."

Cup. Aku mengecup bibirnya yang berwarna merah walaupun dia adalah seorang perokok aktif. 

"Yap. It's always perfect everytime when I'm with you, Honey." Tangannya menarik pinggangku mendekat. Tanganku pun mengalung di lehernya, sehingga setelah itu yang terjadi adalah kami berciuman dengan lembut dan hati-hati. Kami sedang meresapi momen manis ini.

Tanganku yang nakal menelusuri bagian depan tubuhnya hingga sampai pada area kejantaannya. Tanganku meremasnya. Dari kenakalanku ini, Javas hanya diam saja menerima perlakuan tangan nakalku. Sepertinya dia juga menginginkan sesi quickie.

"Shall we?"

"Tapi aku udah dandan cantik gini lho, masih pagi pula," ucapku menggodanya. Sebenarnya kami masih bisa melakukan quickie, toh rapat kami masih dua jam lagi.

"Kamu harus tanggung jawab! Gak mau tau!"

Javas menggedongku ala bridal untuk dibawanya ke sofa terdekat kami. Aku duduk mengangkanginya sehingga rok span yang aku gunakan naik hingga pangkal pahaku. 

Karena kami ingin melakukan quickie, kami tidak bisa berbuat banyak untuk saling menjelajah tubuh secara bebas. Tangan Javas kemudian melepaskan blazer dan kancing kemeja yang aku pakai, mengeluarkan payudara dari bra yang kupakai. Javas sering memuji ukuran dadaku yang sangat pas di tangannya sehingga sangat enak untuk digenggam apalagi diremas-remas.

"Nghhh ... Javassh ... Jangan digigit, sakit."

Mulut Javas bermain-main dengan puting payudaraku, meniup-niup hingga mengulum, menjilat, dan menggigitnya gemas. Javas memang sangat suka sekali menggigit putingku. Aku hanya bisa mendesah pasrah menerima perlakuan Javas. Kegiatan Javas memainkan payudaraku berlangsung cukup lama sebelum aku menegurnya bahwa kita tidak punya waktu banyak.

Sementara kancing kemejaku sudah terlepas semua, suit Javas masih rapi hanya sedikit kusut saja. Tapi tidak apa-apa aku tidak berniat untuk memberantakkannya.

"Masukin sekarang aja, kita gak ada waktu, Javas."

Tanganku kemudian menarik turun resleting celananya, sedangkan Javas mengambil kondom di rak meja samping sofa yang kami tempati. Javas pun memasang kondom di kenjantanannya. Karena sudah sangat tidak sabar, Javas menarik celana dalamku ke samping tanpa menurunkan celana dalamku. Sehingga kejantanannya bisa masuk sempurna. Aku pun mulai menggoyangkan tubuhku naik turun. 

"Nghh ...." desah kami bersamaan.

Selagi aku menggoyangkan tubuhku naik turun, kami berciuman panas, saling bertukar saliva. Tangan Javas juga tidak tinggal diam, tangannya terus memainkan payudaraku yang ikut bergoyang. Kaya main squishy, katanya. 

Oneshoot storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang