Note : Rose POV. Alur telah kembali normal. Bab ganjil adalah POV Rose dan genap POV Scorpius.
.
Your scars are not your shame, he said. They are your story, and I love stories.
Atticus, 211.
.
Aku tidak percaya apa yang telah terjadi, Dad adalah salah satu auror yang hebat, tapi ia malah terkena mantra non verbal mematikan dan tidak diketahui yang menyebabkan darahnya sendiri meracuninya dari dalam. Sesaat setelah aku kembali ke Hogwarts, Uncle Harry dengan tergesa dan raut khawatir menjemputku mengatakan bahwa Dad kecelakaan dan berada di St. Mungo. Tanpa berlama-lama memproses kabar mengejutkan itu, Scorpius segera menarikku mengikuti Uncle Harry dan membawaku ke St. Mungo.
Pemandangan Mum yang bersimpuh di sebelah ranjang Dad dan menangis sehingga badan mungilnya bergetar hebat didalam pelukan Aunt Ginny-lah yang menyadarkanku dari keterkejutan. Mum yang menyadari kehadiranku segera mengulurkan tangannya dan memelukku dengan erat.
"Maafkan aku, maaf. Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Ayahmu terluka sangat parah Rosie, aku—aku tidak tahu apa yang harus kulakukan, aku.."
"Mum ini bukan salahmu," Ucapku serak sambil membalas pelukan Mum, setetes air mata mengalir di pipiku, pemandangan Dad yang pucat dan hampir seputih kertas menghantuiku. Wajah Uncle Harry tak lebih baik dari Mum, ia terguncang dengan hebat.
"Rosie, Dad apa yang terjadi?" Sebuah suara yang sarat kekhawatiran memecah keheningan dan Uncle Harry segera menarik Mum dariku, mengabaikan pertanyaan James dan mengajak Mum untuk kembali ke samping Dad. Sementara aku yang tidak lagi berusaha mencoba terlihat kuat untuk Mum segera meloncat dan memeluk James yang segera menangkapku. Ia mengusap punggungku pelan "Maaf, aku tidak ada disana untuknya. Maafkan aku Rosie ini harus terjadi padamu. Semua akan baik-baik saja, aku disini untukmu,"
Suara James seolah berada di latar belakang, aku semakin menguburkan mukaku ke dada James, entah mengapa mengetahui ia berada disini seolah menenangkanku.
"Dad...." Itu Hugo, ia datang dengan Albus yang kuasumsikan menjemputnya. Saat itulah aku menyadari Scorpius yang mematung di pintu. Aku benar-benar lupa ialah yang membawaku kesini.
Dengan cepat aku menarik kepalaku dari pelukan James dan menghampirinya "Scorp," Ucapku lemah, ia masih mematung dan menatapku kosong. Aku selalu tahu keluarga Malfoy dan Black memiliki kemampuan alami sebagai seorang occlumens dan legillimens. Dengan reputasi Draco Malfoy yang juga dilatih sendiri oleh penyihir hitam hebat seperti Bellatrix Lestrange, aku tak pernah heran jika Scorpius mewarisi bakat itu.
Scorpius sedikit menunduk "Rose," jawabnya datar. Aku sedikit menggigil dan meraih lengannya. Tapi Scorpius tidak bergeming, ia kembali menatap seluruh keluargaku didalam ruangan. James mengawasiku dan Albus menatapku dengan sedih, Hugo berada di pelukan Aunt Ginny sementara Uncle Harry dan Mum entah mengatakan apa pada Dad yang tak bergerak sedikitpun.
"Aku minta maaf ini harus terjadi Rose, aku tahu kau adalah orang yang kuat," Suara Scorpius kembali menerobos pendengaranku. Ia tersenyum tipis, mengangguk ke arah James dan Albus lalu memegang pipiku sekilas dan mengucapkan selamat tinggal. Ia berjalan tergesa meninggalkanku.
Jauh didalam lubuk hatiku, aku selalu tahu kenapa Scorpius melakukan itu. Menutup pikiran dan dirinya seolah tubuhnya hanyalah cangkang, hal yang paling kubenci darinya. Tapi sekarang, aku tidak memiliki tenaga untuk Scorpius. Jadi, aku kembali memasuki ruangan dan menghampiri James yang merangkulku dengan protektif.
Albus kembali melirikku, kali ini dengan pandangan tidak suka tapi ia tak mengatakan apapun. Seorang healer masuk dan melemparkan mantra diagnostik.
Ia menatap kami semua dengan pandangan sedih dan meminta maaf "Paru-parunya sudah berhenti berfungsi dan apapun mantra yang mengenainya membuat darahnya meracuni tubuhnya sendiri. Kami telah memberinya berkantong-kantong ramuan penambah darah dan mengirimkan mantra balasan untuk mengeluarkan racun, tapi itu tidak bekerja sama sekali," Ucapnya lirih.
Mum terkesiap, ia melepaskan paksa tangan Uncle Harry dan hampir saja menabrak Healer itu. "Tidak. Kita tidak bisa menyerah sekarang, aku bisa meneliti dan mencari mantra balasan lagi atau ramuan, apapun itu. Kumohon, pasti ada cara lain untuk mempertahankannya bukan?" Teriak Mum histeris.
"Hermione, kau menakutinya," Ucap Uncle Harry lembut sambil menarik Mum dari Healer yang terkejut itu.
"Tapi Harry, pasti ada cara—"
"Maafkan aku Mrs. Weasley, tapi jika kami melanjutkan ini aku takut jika Mr. Weasley akan semakin kesakitan dan itu tetap akan membunuhnya secara perlahan. Maafkan aku," Ucapnya sedih, ia menggoyangkan kakinya tidak nyaman karena menyampaikan berita buruk itu dan ia kembali meminta maaf sebelum meninggalkan ruangan.
Mum seolah tersambar petir, ia terjatuh duduk sambil menangis keras. Seolah tidak mempercayai bahwa Hermione Granger hebat yang tersohor harus kehilangan suaminya karena sesuatu yang tak ia ketahui dan aku tahu itu juga menghancurkannya. Aku ingin berlari memeluknya tapi tangan James meremasku, Uncle Harry kembali memegangi Mum dan memeluknya, sementara Aunt Ginny menangis tanpa suara untuk kakak lelakinya yang kembali direnggut setelah Uncle Fred, Hugo mematung menatap Dad yang terbujur kaku.
Aku melangkahkan kaki, memberanikan diri mendekati tubuh Dad. Ia tampak damai meskipun tidak ada rona kehidupan lagi di wajahnya. Selain rambut merahnya, Dad tampak asing.
"Ron, aku tidak tahu harus mengatakan apa sobat, tapi aku mengerti jika kau tak bisa berada disini lagi. Aku tahu diantara kita bertiga, kaulah yang paling Gryffindor tapi aku tidak pernah menyangka kau akan meninggalkan kami secepat ini. Aku berjanji akan menjaga Hermione disini, juga Rose dan Hugo. Kami—kami hanya ingin kau tidak lagi kesakitan Ron," Suara Uncle Harry serak dan pelan, matanya penuh dengan kesedihan dan ia mencengkeram bahu Mum dengan erat. Ia hampir tersedak tapi berhasil menyelesaikan ucapannya dengan susah payah.
Uncle Harry menoleh ke arah Mum yang berusaha sekuat tenaga menemukan suaranya. Dengan gemetar, ia mengulurkan tangannya dan menyentuh pipi Dad, "Hai Ron, apakah itu sakit?" Mum menelan ludahnya dan air mata kembali mengalir di pipinya, matanya bengkak dan wajahnya begitu sembab. "Aku—sejujurnya, aku tidak bisa Ron. Apa yang harus kulakukan sekarang jika kau meninggalkanku?" Cengkeraman Uncle Harry kembali mengeras, seolah menyalurkan sedikit tenaga ke arah Mum.
"Aku tidak tahu bagaimana Harry melakukannya, tapi kuharap ini membantu." Mum berhenti sejenak dan menghela napas berat, "Jangan khawatir, aku akan menjaga keluarga kita Ron. Apapun untuk melepaskanmu dari kesakitan ini. Aku tidak pernah memaafkanmu karena meninggalkanku dan Harry seperti ini. Tapi, sebagai istrimu dan Ibu dari anak-anakmu aku akan mencoba kuat dan memastikan mereka baik-baik saja. Kau tahu aku mencintaimu kan?"
Sesaat setelah Mum mengucapkan itu, dada Dad yang sebelumnya masih naik turun meskipun lemah kini berhenti sepenuhnya, seolah ia menunggu kedua sahabatnya mengucapkan selamat tinggal, seolah ucapan Mum adalah hal terakhir yang ingin didengarnya. Mum berteriak dan Uncle Harry dengan panik memerintahkan siapapun mencari penyembuh. James berlari keluar dan beberapa penyembuh berhampur memasuki kamar Dad.
Aku mematung, tak menyadari jika Hugo kini memelukku. Rasanya kebas, aku mati rasa.
Sebelumnya aku tidak tahu bagaimana rasanya ditinggalkan seseorang, pergi jauh dan tidak lagi memandangi langit yang sama sepertiku. Hatiku seolah ikut pergi bersama Dad, air mata tak lagi mengalir di pipiku. Chaos, setidaknya itulah yang berhasil kukenali ketika banyak kerabat Weasley yang datang. Grandpa dan Nana saling berpelukan dan menangis, Mum masih berpegangan erat dengan Uncle Harry seolah mereka saling menambatkan hidup satu sama lain.
Aunt Ginny masih memegangi Hugo dan menenangkannya meskipun ia sendiri tak bisa berhenti menangis. Uncle Bill dan Uncle Charlie yang lebih tabah mengurus segala sesuatunya dan aku, aku tidak tahu apa yang bisa kulakukan dan apa yang kurasakan.
Hal terakhir yang kuingat sebelum kegelapan menjemputku adalah raut wajah James yang khawatir dan meneriakkan namaku.
.
.
.
To be continued.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny (Dramione & Scorose Fanfiction)
Hayran KurguRose Weasley mencintai Scorpius Malfoy tanpa pernah meragukannya sedikitpun. Di tengah paksaan Scorpius tentang menikah yang membuat Rose jengah dan kedekatannya dengan James Potter semakin meningkat, Rose tiba-tiba menemukan fakta bahwa Ibunya, Her...