14

1.2K 248 22
                                    

NOTE: EKSTRA ALL OF THEM WANT TO KILL HER EPISODE 2 SUDAH TERBIT DI KARYAKARSA! Selamat membaca. :”) Saya kasih intip identitas, dikiiiit, si Putih.

***

WARNING: Ingat Juliet dari Goodbye, Juliet? Sheila akan sedikit mengingatkan kalian pada hal tidak menyenangkan itu. Makanya, saya kasih peringatan.

***

Aku tidak bisa tidur nyenyak. Adapun yang kudapat hanyalah tidur tanpa mimpi dan hal semacam itu, tidur tanpa mimpi, amat melelahkan. Barangkali karena hari ini, ketika bangun, aku langsung teringat kenangan tidak menyenangkan. Tepatnya, mengenai ibuku. Setiap pagi pasti dia akan bertengkar dengan ayahku, mempermalasahkan uang, dan ujung-ujungnya ayahku kabur; mengoceh di warung, merokok sepuntung rokok hasil utang, dan menikmati secangkir kopi hangat.

Lantas siapa yang akan menerima kemarahan ibuku?

Tentu saja orang itu adalah aku.

Aku, si anak yang bahkan tidak tahu cara melindungi dirinya sendiri.

Ibuku akan berteriak, memelototiku, tidak peduli ada tetangga menguping kami. Pada saat itu aku tidak mampu membantah. Jangankan menangis, sekadar merasa terancam pun luput dari instingku. Maka, aku akan diam dan menerima seluruh luapan emosi dari ibuku. Kutampung semua sampah miliknya, menjejalkannya ke dalam hatiku, dan membawanya sampai aku dewasa.

Hubunganku dengan ibuku tidaklah harmonis. Sekalipun dia bersedia membiayai sekolahku, memberiku makan, tapi caranya memperlakukanku ketika dalam tekanan tetap tidak bisa terhapus dari memoriku. Teriakan, pukulan di kaki, lantas setelah melampiaskan kemarahannya kepadaku ia akan menangis dan menyalahkan apa pun yang ia ingin salahkan.

“Kenapa kamu nggak bisa seperti anak normal? Ibu nggak pernah melahirkan bocah cacat!” teriaknya sembari menangis dan meratapi nasib.

Aku berharap bisa membunuh diriku sendiri. Ingin memiliki keberanian mengakhiri penderitaan, tapi aslinya tidak semudah itu. Saat aku ingin melompat dari jembatan, maka rasa takut langsung menjalariku, meruntuhkan keberanian. Orang menganggap pelaku bunuh diri memilih jalan pengecut, tapi yang sebenarnya jauh lebih pelik daripada sekadar melarikan diri dari rasa sakit maupun masalah.

Menghentikan detak jantung. Butuh lebih dari sekadar keberanian dan keputusasaan. Aku tidak suka menghadapi rasa sakit, baik secara fisik maupun psikis. Pada akhirnya aku memilih tetap menjalani hidup, sekalipun terengah-engah, karena terlalu takut menghadapi rasa sakit.

Pada dasarnya aku tidak lebih daripada seorang pengecut. Tidak berani menghadapi kenyataan dan memilih menjalani hidup. Tidak pernah mudah. Sama sekali! Ibuku makin menjadi, sementara ayahku menjadikanku sebagai tontonan, hiburan tetangga.

Pernah suatu kali aku berbuat kesalahan dan ayahku berteriak kepadaku sembari menuding pintu, “Pergi kamu! Pergi!”

Bila dia menyuruhku meninggalkan rumah, maka ke mana aku harus mencari perlindungan? Siapa yang sudi menolongku? Apa salahku? Katakan kepadaku, bagian mana dari diriku yang begitu membuat semua orang, bahkan keluargaku, amat membenciku?

Apa artinya bagiku terlahir di keluarga semacam itu?

Apa artinya aku ada di dunia ini?

Akan lebih baik bagiku terlahir sebagai setangkai anyelir. Singkat, tapi dia memiliki makna dan guna di dunia. Tidak sepertiku. Aku tidak berguna.

[Berhentilah melamun dan cepatlah berangkat kerja.]

Putih kembali meraungkan semangat bersiap kerja. Jangan-jangan dia lupa!

“Hei, asal kamu tahu sebenarnya diriku sedang berada dalam kondisi terancam. Apa kamu lupa dengan cowok petir yang ingin menyetrumku hingga gosong? Lupa, ya?”

ALL OF THEM WANT TO KILL HER (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang