Keesokan paginya, aku sedang berada di sebuah pemakaman umum. Di hadapanku, terdapat sebuah batu nisan yang bertuliskan 'Sephira'. Aku mengambil sebuah jam saku di kantung bajuku dan meletakkan di atas batu nisa tersebut.
"Maafkan aku, Sephira."
Angin berhembus meniup dedaunan yang jatuh di tanah beterbangan. Suasana sunyi ini entah mengapa membuatku cukup nyaman. Well ... Sebagai orang pecinta game sepertiku ini, sepertinya suasana sunyi sepi ini memang sangat cocok untukku.
Keluar dari area pemakaman, aku berjalan menyusuri ramainya jalanan Terragon—Ibukota Kekaisaran. Melihat para warga yang semangat beraktivitas dan mencari nafkah untuk bertahan hidup, membuatku membayangkan bagaimana penderitaan mereka nanti ketika Ras Iblis berhasil menyerang Ibukota Kekaisaran.
Sungguh, aku harus mempersiapkan segalanya untuk meminimalisir kerusakan saat invasi terjadi.
Memasuki gerbang depan akademi, terlihat area yang biasanya ramai kali ini sepi. Itu dikarenakan ini adalah hari ke sepuluh di bulan ini. Sebagai catatan, sistem penentuan hari, bulan dan tahun di dunia ini cukup berbeda daripada yang ada di bumi.
Di dunia ini, satu bulan hanya memiliki total 30 hari dan 12 bulan dalam satu tahun. Hari ke-10, 20, dan 30 di masing-masing bulan merupakan hari libur yang ada di dunia ini. Sebagai catatan, sekarang adalah tahun 620—bulan kedelapan—hari kesepuluh kalender Frankia.
Aku berjalan menuju kantor komite murid akademi yang berada di samping gedung belajar. Mengapa aku melakukan ini? Karena aku ingin membuat kesepakatan dengan Ketua Dewan Siswa.
Mereka baru saja melakukan rapat dengan komite kedisiplinan tentang masalah terbunuhnya seorang murid akademi akibat serangan monster yang lepas kemarin.
Tujuanku membuat kesepakatan dengan Ketua adalah untuk menjamin aku mendapatkan dukungan penuh darinya ketika mendapatkan jabatan yang kuinginkan nanti.
Aku hanyalah seorang diri, sekuat apapun diriku, aku tidak bisa berada di segala tempat secara sekaligus. Maka dari itu, aku membutuhkan sekutu yang dapat kupercaya dan membuat timku sendiri demi mencegah bencana yang akan datang.
Sesampainya di kantor Dewan Siswa, aku melihat beberapa anggota sedang merapihkan beberapa dokumen di meja. Aku menghampiri salah satu siswa untuk menanyakan keberadaan seseorang.
"Apa kau tahu dimana Elena de Aragon berada?"
"Apa yang kau inginkan dari ketua, Raul de Garcia?" tanya balik siswa itu dengan nada dingin.
Sepertinya, reputasi Raul cukup buruk sampai membuat siswa lain berhati-hati ketika bicara dengannya. Tapi, aku tidak punya waktu untuk meladeninya.
"Ini adalah urusan seorang bangsawan, lancang sekali rakyat rendahan sepertimu ingin mengetahui urusan para penguasa negeri ini," jawabku membalas pertanyaannya dengan intimidasi.
Mendengar kata-kataku, siswa itu menggertakan giginya terlihat kesal. Dia hanya bisa mengepalkan tangannya karena terhina oleh kata-kataku barusan.
Namun, dia hanya bisa menahan emosinya, akan ada konsekuensi yang besar jika rakyat biasa sepertinya menyerang seorang Bangsawan besar seperti Raul.
"Ketua berada di ruangan rapat, Raul."
Seorang siswi berkacamata tiba-tiba menghampiri kami berdua. Sepertinya, dia ingin membantu rekannya ke luar dalam masalah ini.
Aku hanya mengangguk lalu pergi meninggalkan mereka berdua menuju tempat Elena berada.
Sesampainya di sana, aku membuka pintu ruangan rapat.
Di dalamnya, terlihat seorang wanita berambut pirang yang sangat cantik. Mata birunya bagaikan berlian indah yang mengkilap, kulitnya seputih salju dan lekukan tubuhnya yang menggoda dapat membuat pria bertekuk lutut hanya dengan melihatnya saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm a Villain In My Own Game?
ФэнтезиGenre : Isekai, Action, Adventure, Romance Tag : Isekai, Academy, Knight, Magic, Saint, Anti-Hero, Hated-Protaginost, Empire, Noble, Politic * Bukan Novel terjemah, ini Karya Orisinilku Asli Kalian bisa Support aku di link ini ya .... https://saweri...