Hoseok dengan terburu-buru menghubungi polisi setelah mendengar kesaksian Taehyung, dia tidak akan tinggal diam. Semua yang Taehyung katakan sudah terekam dalam ponselnya."Apa yang kau lakukan? Kau bilang tidak akan membocorkannya?" Jungkook mencegahnya, dia mengambil ponsel milik Hoseok.
"Dia seorang pembunuh Jungkook, aku tidak mungkin membiarkannya" Hoseok berusaha meraih kembali ponsel miliknya tapi yang dilakukan Jungkook justru menghapus seluruh rekamannya.
"Kau harus membantunya melenyapkan Vante" Jungkook menyerahkan ponsel itu kembali ke Hoseok dan membuat pria kurus itu mau tak mau kembali ke hadapan Taehyung yang masih terbaring dengan mata terpejam.
Hoseok menghela nafasnya dengan perlahan sebelum kembali duduk ke tempatnya.
"Vante apa kau tidak pernah merasa bersalah sedikitpun setelah melakukan pembunuhan?" Tanya Hoseok, dia mengusap wajahnya berulang kali karna gusar.
"Tidak, yang kulakukan itu benar. Membunuh para jalang itu lebih dulu" Vante tersenyum lebar ketika menjawabnya.
Hoseok menatap ke arah Jungkook dan menggeleng pelan bahwa dia tidak sanggup melakukan ini sampai akhir. Tapi Jungkook tetap menyuruhnya untuk melanjutkan.
"Siapa lagi yang telah kau bunuh?"
"Mantan-mantan Jungkook dan beberapa rekan kerjanya yang merupakan seorang wanita" Vante menjawab.
"Apa kau secinta itu dengan Jungkook hingga membunuh orang-orang terdekatnya?" Hoseok bertanya lagi.
"Tentu saja aku mencintainya, bahkan aku bisa saja melenyapkan Taehyung karna dia berusaha menjauhkan ku darinya"
"Apa maksudmu dari menjauhkanmu darinya?" Tidak paham apa yang dimaksud, Hoseok pun bertanya dengan lebih jauh.
"Dia diam-diam menyiapkan dokumen perceraiannya dan bahkan berniat untuk bunuh diri. Ckk, Taehyung terlalu lemah memang seharusnya dia menghilang sejak awal" Jawab Vante sembari mendecih.
"Bagaimana Jika sosok yang dicintai Jungkook bukan kau melainkan Taehyung?" Hoseok kembali berbicara dengannya.
"Aku akan membunuhnya" Namun tanpa diduga Vante sama sekali tidak perduli, seakan dia memang ingin menguasai tubuh itu untuknya sendiri.
"Maaf harus mengatakan ini tapi Jungkook ingin kau lenyap dari hidupnya, dia ingin Taehyung yang tetap ada di sini" Kembali Hoseok mengatakan hal yang sama, bahwa keberadaan Vante tak ada yang menginginkannya. Dan bahwasanya mereka ada di sini bukan untuk membantunya tetapi untuk membantu Taehyung.
Beberapa saat dalam keheningan sebelum Vante mulai menangis.
"Apa benar dia bilang begitu?" Dengan sedikit terisak Vante bertanya meski kemungkinan hatinya akan terluka.
"Itu benar, kumohon pergi dari hidup Taehyung" Jungkook sendiri yang menjawabnya.
Deg...
Suara yang dia kenal itu menjawabnya, tenyata memang benar tidak ada yang menginginkannya di dunia ini. Padahal selama ini dia yang membantu Taehyung pulih dari traumanya, menguatkannya dalam masa yang terpuruk. Vante mendorong semangat hidup Taehyung untuk kembali. Dia membuatnya bahagia dengan membunuh orang-orang yang menghalangi jalannya.
Tapi melihat bahwa Taehyung berusaha untuk berpisah dari Jungkook atau bahkan mengakhiri hidupnya sangat bertentangan dengan yang Vante pikirkan. Dia tidak lagi bisa mengendalikan Taehyung sesuai keinginannya, mereka mempunyai pemikirannya masing-masing. Taehyung hanyalah orang yang berbeda yang bahkan tidak tahu keberadaannya.
"Jika aku tidak bisa memilikimu maka Taehyung pun tidak bisa" Vante tiba-tiba berdiri dari atas brankar dan melompat keluar jendela.
"Taehyung!"
"Vante!"
Hoseok dan Jungkook berteriak keras karna sangat panik mereka pun berlari menuju ke arah jendela dan beruntung dia masih melihat Taehyung bergelantungan di atas sana.
"Jungkookie..." Panggil Taehyung dengan wajah yang sangat ketakutan, dia berpegangan pada bingkai jendela menggunakan salah satu tangannya.
Merasa sangat tidak kuat karna tubuhnya jauh begitu berat dalam kondisi hamil. Jungkook segera menarik tangannya ke atas, sekuat tenaga dia mencoba membuat Taehyung kembali naik.
Dan Hoseok juga membantunya.
"Sayang, kau baik-baik saja?" Tanya Jungkook saat dia mengangkat tubuh berisi Taehyung dan membantunya untuk menjauh dari jendela.
"Heum..." Mengangguk pelan Taehyung dengan setengah kesadarannya yang menghilang karna masih teringat gambaran mengerikan di bawahnya.
Sebelumnya dia berniat untuk bunuh diri namun kini ketika dia bergelantung di atas sana dan melihat ke bawah dia rasa, dia tidak sanggup melakukannya.
Hoseok memberinya segelas air putih. Dan Taehyung menerimanya dengan nafas yang tak beraturan, jelas wajahnya menunjukkan bahwa dia masih syok atas kejadian barusan.
"Aku sangat khawatir sesuatu terjadi denganmu karna Vante bilang akan mengakhiri hidup kalian berdua. Tapi aku bersyukur kau tersadar ketika jatuh, namun bagaimana kau bisa melakukannya? Dalam waktu yang sesingkat itu kau menahan tanganmu di bingkai jendela dan tak membiarkan tubuhmu jatuh" Tanya Hoseok melihat Taehyung sudah merasa cukup baik dalam pelukan hangat Jungkook.
"Aku melihat ibuku datang menemuiku lalu berkata bahwa dia menyayangiku baik sebagai Taehyung ataupun Vante setelah itu dia berbalik pergi tanpa mengatakan hal lainnya. Aku mencoba mengejarnya dan meraih tangannya tapi sesuatu seperti darah mengalir ke pahaku dan aku mulai kesakitan sebelum akhirnya aku sadar bahwa aku tengah berpegangan pada bingkai jendela dan hampir terjatuh" Terus terang Taehyung, jika saat itu dia berhasil meraih tangan ibunya, mungkin saja dia tidak akan pernah kembali ke dunia nyata.
Dalam mimpinya ibunya seakan mengatakan bahwa ini belum saatnya. Masih ada banyak hal yang perlu Taehyung rasakan di dunia yakni berupa kebahagiaan.
.
.
.
Iseul mencoba memadamkan api dengan air yang dia bawa dari ember kecil tapi percuma saja karna api itu telah melahap rumahnya dan semakin besar.
"Kenapa kau masih di sini? Cepat keluar!" Dia berteriak pada adiknya Somi untuk segera membawa pergi adik bungsu mereka yang masih bayi, Taeguk karna bayi itu tak henti menangis akibat sesak nafas bahkan Iseul pun juga sudah mulai merasa sesak di dadanya.
"Hiks... Oppa tapi dia sana juga ada api, kita terjebak" Kata Somi yang memberitahukan kalau pintu keluar mereka sudah terlalap api.
Mereka terjebak di antara kobaran api dan hanya berpasrah saat itu juga.
Iseul duduk pada lantai dan menyuruh Somi untuk ikut duduk di sampingnya, mereka menutup wajah adik mereka, Taeguk dengan kain basah agar tidak merasakan panasnya kobaran api.
"Hiks... Oppa hiks... apa yang harus kita lakukan hiks...?" Somi menangis dengan tersedu-sedu.
"Tidak ada, kita hanya akan duduk di sini sampai api itu menelan tubuh kita juga" Dengan berat hati Iseul mengatakan kalau sudah tidak ada harapan bagi mereka untuk keluar dari sana.
"Uhuk...uhukk... Apa appa tidak akan datang kemari dan menyelamatkan kita hiks...?" Tanya Somi sambil terbatuk-batuk karna asap api yang tebal di sekitar mereka.
"Oppa tidak tahu, tapi tidak ada yang bisa membantu kita saat ini. Paman Mingyu sudah tewas dan Paman polisi itu juga" Iseul mengatakannya dengan berpasrah diri.
"Apa itu berarti kita akan mati hiks...? Hiks... Bahkan Taeguk juga hiks... hiks...?" Mengusap pipinya yang basah karna air mata jatuh dengan deras, gadis kecil itu memeluk erat-erat adik bungsunya yang masih dalam balutan selimut.
Sebagai yang paling tahu dan tertua, Iseul tidak sanggup untuk menjawabnya. Dia mengusap pelan kepala Somi sebelum memeluknya bersama dengan Taeguk.
.
.
.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Psycho ✓ (ʙʟ)
FanficTaehyung membenci suaminya yang psikopat. Jk Top! Tae Bottom! [Kookv]