🍁 6.2 🍁

14 1 0
                                    

EunHa pulang dari sekolahnya dengan mengenakan seragam olahraganya. Roknya telah digunting menjadi beberapa bagian dan sekarang berada di dalam tas ranselnya.

Sudah seminggu sejak dia pindah ke sekolah ini, ia telah menjadi orang buangan. Itu karena dia selalu mengabaikan setiap anak yang datang untuk berbicara dengannya. Ketika sekelompok anak mulai memprovokasinya dengan menanyakan apakah dia pikir dia terlalu baik untuk mereka, EunHa pergi ke wali kelasnya dan melaporkan mereka, dan mereka pun membalasnya beberapa kali lipat.

Tiga hari telah berlalu sejak semua buku pelajarannya hilang. Dan Hari ini, ia menemukan rok seragamnya dirobek-robek di lokernya. Meskipun dia sangat ingin kembali ke Amerika Serikat, tapi kerabat jauh yang menampungnya tidak memiliki kondisi finansial yang stabil.

Haruskah aku berhenti sekolah saja?

Dia ingin berhenti sekolah dan mencari uang untuk meninggalkan tempat ini. Dia tidak ingin lagi tinggal di mana tempat orang tuanya meninggal. Selama dia bisa membeli tiket pesawat, dia akan melakukannya. Saat dia memikirkan rencana kepergiannya, seseorang memanggilnya.

"Jadi kau EunHa."

EunHa mengangkat kepalanya dan menatap orang yang berbicara. Ia menatap orang yang memiliki bekas luka di alisnya.

"......"

"Apa kau tahu siapa aku?"

Dia belum pernah bertemu dengan orang ini sebelumnya. Dengan menggunakan jas hitam dan sarung tangan kulit, pria itu menyeringai padanya. Melihat wajahnya yang tajam, EunHa merasa bahwa dia tidak boleh mendekati pria ini.

"Tidak, aku tidak mengenalmu. Tapi aku adalah teman ayahmu. Apa kamu tidak ingat aku?"

"Tapi aku juga tidak melihatmu hadir di pemakaman. Bagaimana aku bisa percaya kalau kau benar-benar teman ayahku?"

Saat dia menatapnya, sebuah senyuman aneh tersungging di bibirnya. "Kau benar-benar tidak mengenaliku."

"Jika ka..kau berani mendekatiku, aku akan menelepon polisi."

Gumamnya pelan. Sudah 6 bulan berlalu sejak dia menyaksikan kematian orangtuanya yang mengerikan, tapi dia masih kesulitan berbicara dengan orang lain. Dia telah mengembangkan sosial phobia'nya.

"Ini. Apakah kau percaya dengan ini?"

Pria itu mengulurkan ponselnya padanya. Mata EunHa tertuju pada layar. Dia melihat foto ayahnya dan pria itu.

"Coba kau lihat yang lainnya."

EunHa tetap di tempatnya dan tidak bergerak, jadi pria itu menyentuh layarnya sendiri. Dia melihat banyak foto ayahnya dan pria asing ini bersama.

"Kupikir aku tidak memiliki foto bersama ayahmu, tapi ternyata itu lebih banyak dari yang kuharapkan."

Apa yang dikatakannya memang benar. Dia melihat banyak foto ayahnya dengan pria ini di berbagai lokasi. Beberapa foto menunjukkan mereka bersama orang lain, dan bahkan ada foto mereka bersama di tempat pemancingan.

Foto terakhir adalah foto bersama. Di tengah tengah sekelompok pria berjas, ayahnya mengenakan tuksedo dan berdiri di samping ibunya yang mengenakan gaun pengantin. Yah itu foto nikahan mendiang orang tuanya.

Air mata mulai menggenang di mata hitam EunHa. Dia berpikir bahwa dia tidak memiliki air mata lagi untuk ditumpahkan, tetapi hatinya masih terasa sakit setiap kali dia melihat foto orang tuanya.

"Kau masih berada di dalam perut ibumu di sini."

Mata pria itu menjadi berkaca-kaca saat dia mengingat masa lalu sambil tersenyum.

🍁 Doppio SensoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang