🍁 BAB 7 🍁

30 1 0
                                    

EunHa perlahan-lahan membuka kelopak matanya yang berat. Setelah selesai makan malam dan memikirkan hal yang tidak jelas, dia tertidur tanpa menyadarinya.

Kamar yang ia tempati tidak terlalu gelap, bahkan di malam hari. Di samping tempat tidurnya, ada jendela besar tanpa tirai atau kerai. Dia bisa melihat dengan jelas lampu mobil yang melaju di seberang jembatan.

'Enggh' EunHa membasahi bibirnya yang kering dan menghela nafas panjang. Sepuluh hari sudah berlalu sejak ia dikurung di dalam ruangan ini. Jika ia menghitung dari hari ia tidak sadarkan diri karena luka tembak, itu berarti dia sini sudah hampir 2 minggu.

Dokter berjas yang menyamar sebagai pekerja kantor datang ke kamarnya pada waktu yang sama setiap hari untuk memeriksanya. Terakhir 4 hari yang lalu, dokter mengatakan semuanya sudah jauh lebih baik, hanya menunggu proses pemulihan. Dan semenjak itu dokter tak pernah kembali lagi mengeceknya.

Maka dari itu, KyungHyun adalah orang yang datang untuk mendisinfeksi lukanya. Dia juga memandikannya di kamar mandi sekali sehari, menjaga agar lengannya yang diperban tetap kering. Dia mencoba untuk menolak, tapi tidak ada gunanya. Berkatnya, dia menyadari jauh lebih nyaman menggunakan kedua tangan saat mencuci rambut sendiri.

Dia juga yang mengurus makanannya. Jika dia merengek menolak makan, KhungHyun hanya pura-pura tidak mendengarnya dan menyuapkan sendok ke mulutnya. Oleh karena itu, EunHa tanpa perlawanan menelan semua makanannya secara teratur dan makan dengan jumlah yang sama seperti yang dia lakukan. Berkat perawatan KhungHyun, dia merasa berat badannya bertambah saat dia dikurung di ruangan ini.

Ting. Ketika EunHa tanpa sadar bergerak, suara borgol di pergelangan tangannya berbunyi di kepala tempat tidur. Dua hari yang lalu, ketika KyungHyun keluar dari kamarnya untuk berbicara di telepon, dia berusaha melarikan diri, tetapi dia menangkapnya dan memborgolnya ke tempat tidur.

Mengernyit, EunHa meraih bel di atas meja dan dengan marah membunyikannya. Tak lama kemudian, pintu terbuka dan KyungHyun masuk ke dalam sambil membawa segelas wiski.

"Ada apa?"

EunHa diam-diam memelototinya saat ia menatapnya. Dengan cuek KhungHyun bertanya lagi padanya saat EunHa tidak mengatakan apapun.

"Kamar mandi?"

EunHa masih enggan untuk menjawab, hanya menggigit bibirnya dengan frustasi. Dia duduk di samping tempat tidurnya dan mulai membuka borgolnya.

Setiap kali ada kesempatan, EunHa berusaha menyerangnya, tapi KyungHyun selalu bisa mengalahkannya dengan mudah. Tidak butuh waktu lama baginya untuk menyadari bahwa itu tidak ada gunanya. Dia diam-diam mengawasinya saat dia membuka borgolnya.

Kliikk. Setelah Borgol terlepas EunHa bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menuju kamar mandi. Sebelum KyungHyun bisa mengikutinya dari belakang, dia segera menutup pintu. Dia mulai melakukan urusannya selambat mungkin.

'Kapan ia akan mengeluarkannya dari sini?'

Bagian belakang bahunya masih berdenyut, tapi ia bisa menggerakkan lengannya dengan baik. Seolah-olah dia bisa membaca pikirannya, dia selalu memborgolnya di tempat tidur setiap kali dia harus pergi atau jika dia sendirian di kamar.

EunHa meluangkan waktu sambil mencuci tangannya dengan frustasi sebelum berbalik meninggalkan kamar mandi. Begitu dia membuka pintu, dia melihat KyungHyun berdiri di sana, berjaga-jaga. Di belakangnya, pintu yang menuju ruang tamu tertutup rapat seperti biasa, tak memberinya celah tuk melarikan diri.

Mereka saat ini berada di sebuah kamar di lantai paling atas hotel yang dimiliki KeumOh. Ia tahu bahwa di sinilah KyungHyun tinggal sejak ia pertama kali menyelidikinya. Saat itu, ia berencana untuk menyusup ke ruang pribadinya dengan merayunya, tapi ia tidak pernah membayangkan akan berakhir seperti ini.

🍁 Doppio SensoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang