Tenten hanya bisa berbaring miring dengan perut buncitnya yang serasa begah. Yukatanya sudah tersingkap ke atas lingkar perutnya. Kerahnya bahkan sudah mlorot ke lengan atasnya, memperlihatkan payudaranya yang montok dan berisi ASI, bergoyang seiring gerakan tubuhnya akibat genjotan Lee di inti tengah pahanya.Pria itu menyalurkan kecemburuannya sejak sore hari. Kecemburuan akibat Tenten asyik berbincang dengan pria lain. Lee bahkan lupa diri. Gerakannya terlalu cepat. Nafasnya terengah-engah di sepanjang dia melakukan itu pada Tenten.
Tenten bahkan memohon agar dia berhenti, namun Lee tidak menggubris. Wanita itu pada mulanya merintih, terisak lirih dan akhirnya diam menahan semuanya sambil jemarinya mencengkeram futon. Hingga Lee akhirnya mencapai kepuasan menurut versinya sendiri. Dan Pria itu mencopot kejantanannya, lalu mengatur nafasnya.
Tenten masih diam menyelami kepedihan hatinya. Lee berdiri menuju baskom dan membersihkan tubuhnya dengan air dan lap basah.
"Jangan lakukan hal itu lagi. Wanita bersuami ngobrol dengan pria lain sampai lupa waktu." Omel Lee
Tenten masih diam. Lee menghela nafas. Dia menarik seragam prajuritnya dan memakainya. "Aku bahkan belum pergi jauh darimu, tapi kelakuanmu sudah seperti itu. Apa jadinya jika aku ke Ame."
Air mata Tenten semakin deras. Lee mendekat pada Tenten lalu menghirup ceruk lehernya. "Aku mencintaimu, Tenten. Aku mohon, jangan kecewakan aku."
Tenten masih diam. Lee mendesah. "Aku jaga malam." Kata Lee sambil berdiri. Pria itu menoleh pada Tenten, melihat bahwa Tenten sama sekali tidak meresponnya. Sekali lagi dia mendesah, lalu membuka pintu geser dan menutupnya lagi setelah keluar dari kamar.
Tenten terisak setelahnya. Dia berupaya duduk lalu menyeka organ intimnya dengan jarinya. Rasanya sungguh tidak nyaman dan perih. Dia tidak menyangka Lee bisa melakukan hal itu hanya karena cemburu. Hatinya sungguh nelangsa.
Pintu kamarnya diketuk. Sumpah demi Tuhan. Tenten ingin sekali mengabaikannya, namun suara ocehan Isamu membuat dia terjaga. Perlahan dia merapikan penampilannya, lalu berusaha berdiri.
Bahkan kakinya pun masih lemas. Alhasil, dia ngesot sampai ke pintu. Dia membuka pintu geser, dengan posisi duduk bersimpuh, lalu menyambut Isamu yang langsung memeluknya.
Wanita yang mengantar Isamu ikut masuk dan menghela nafas melihat futon yang berantakan. "Kalian benar-benar merepotkan orang tua saja. Menitipkan anak untuk bercinta sangatlah tidak sopan!"
Tenten hanya bisa diam. Isamu mendusel di dadanya. Dan akhirnya, dia menyusui balita itu.
'Aku tidak keberatan jika itu cucuku sendiri. Tapi dia bukan! Hah! Kenapa putraku harus menikahi janda beranak satu sepertimu? Sudah begitu kau berulah, selingkuh dengan pria lain dan membuatnya marah!"
"Aku tidak selingkuh, Bu."
"Tidak selingkuh bagaimana? Lee orang jujur, tidak mungkin marah tanpa sebab. Hah! Setelah anak itu lahir, tinggalkan Lee! Jangan ganggu keluarga kami lagi!"
Tenten semakin terisak. Wanita yang ternyata ibu mertuanya itu hanya memutarkan bola matanya jengah. "Hah! Menangis! Selalu saja itu senjatamu!" Wanita itu akhirnya berdiri dan meninggalkan kamar sambil menutup pintu dengan keras.
Tenten hanya bisa menyeka air matanya, lalu menggeser pantatnya untuk menuju futon. Dia merebahkan diri dengan Isamu dalam pelukannya, lalu mencoba untuk tidur.
Dia bermimpi indah dalam tidurnya. Seolah Neji berdiri di depannya, tersenyum manis dan berterima kasih karena dia telah membesarkan putranya. Fajar yang menyingsing telah membangunkannya untuk menyadari kehidupan nyata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Desire Of Kingdom
FanfictionTak ada yang tahu sampai di mana desiran hati itu berakhir