(9)

1.1K 78 2
                                    

Lapangan POV

"Lim! Jennie udah keluar!" Teriak seulgi memberitahu limario.
Limario mendongak ke lantai dua dan benar saja, Jennie kekasihnya tengah berjalan sendirian dengan raut penuh kelelahan.

"Tolong ambilkan bolanya.gue mau nganterin Jennie pulang." Ujar limario pada dua temannya
Bergegas limario berlari, tentunya tidak lupa
Untuk mengambil tas punggung dan seragam yang tadi ia lepas.

"Sayang? Ko masih belum pulang? Ini kan udah jam 4." Heran Jennie saat melihat limario berdiri dihadapannya dengan keringat yang membasahi hampir sekujur tubuhnya.

"Nunggu kamu. Tadi main bola dulu biar nggak
Bosan nunggu.udah mau pulang sekarang? aku
Anterin ya? Tolong jangan nolak nolaknya lain kali aja tuh muka kamu kelelahan aku takut kamu kenapa-napa dijalan." Pinta limario.

"Aku nggak papa lim aku ada les jadi nggak bisa pulang dulu"

"Les?"

"Iya tadi papa chet kalau aku udah di daftarin ke tempat les fisika. Hari ini bisa mulai."

"Kamu lupa kalau kamu manusia? Kamu nggak bisa belajar terus aku tahu kamu pingin menang tapi nggak kayak gini jugak. pikirin kesehatan kamu!"

"Aku nggak papa, malah seneng kok. Gimana kalau kamu anterin aku ketempat les? Kalau sama kamu pasti lebih cepat. Aku udah telat soalnya."

"Jen istirahat nggak usah les segala otak kamu udah pinter aku yakin kamu tanpa les pun bisa menang."

"Lim aku mohon aku butuh kemenangan ini kalau kamu nggak bisa dukung tolong jangan halangi."

"Buat apa?"

"Kapan-kapan aku cerita untuk sekarang aku nggak bisa cerita aku nggak ada waktu. Waktu aku untuk olimpiade fisika"

limario menghela nafas berat. Cowok itu lantas
Merebut lima buku paket yang Jennie bawa. Dan detik selanjutnya ia menggenggam erat tangan jennie untuk ikut dengan nya. limario akan menghantarkan Jennie ketempat les.

*****
Sesampainya di depan pintu gerbang tempat les. Tubuh jennie menegang hebat tatkalah melihat sosok peria paruh baya yang sudah ia kenali.sosok itu berdiri disamping mobilnya dan terus menyorot penuh selidik kearah Jennie. Buru-buru jennie melepaskan pelukannya dipingang limario. Takut mendapatkan amarah dari papannya.

"Ini kan tempatnya?" Tanya limario menatap bangunan dua lantai dengan cat dominasi putih. Sejenak limario merapikan tatanan rambutnya yang berantakan akibat terpaan angin.

"Iya" sahut Jennie singkat lalu turun dari motor limario .
Jennie berdiri kaku dengan tangan yang terus berkaitan satu sama lain. Ketakutan sudah mendominasi dirinya. Bahkan ia sudah teramat sulit untuk menyembunyikannya.

"Jennie!" Panggil minho pria paruh baya yang tak lain adalah papa Jennie.
Tak hanya Jennie yang menoleh ke sumber suara. Limario pun demikian.

"Papa ko ada di sini?" Jennie menghampiri minho.
Limario menaikkan sebelah alisnya ia menatap ke arah jennie cukup lama.

"Kamu kemana aja? Jadwal les kamu jam 4. Harusnya sebelum jam 4 kamu kamu sudah ada disini" tanya minho

"Tadi ada bimbingan di sekolah, pa. Jam empat baru keluar. Aku tahu ini udah telat makanya aku minta anterin limario biar cepat.

"Jadi namanya limario?" Minho melirik ke arah limario pandangan nya tidak lepas mengamati
Sosok limario dari ujung rambut sampai ujung kaki. Berantakan. Kesan itulah yang Minho simpulkan dari penampilan limario. Hal itu sudah langsung menumbuhkan asumsi jika cowok yang bersama putrinya Bukan cowok baik-baik.

"Iya om kenalin nama saya limario. Saya----"

"Limario ini pintar lho pa. Jangan ketipu sama penampilannya dia itu yang bakal mewakili olimpiade matematika besok. Nah limario ke
Sini jugak mau les bareng aku . Aku fisika limario matematikanya." Potong Jennie terpaksa berbohong untuk menyelamatkan limario. Ia tak mau limario mendapatkan kata-kata yang merendahkan harga dirinya.

I'm Good (jenlim)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang