🩵4🩵

6.1K 311 26
                                    

Paul benar-benar dibuat tercengang hingga mematung kala mendengar ucapan yang tersirat dari mulut Rony terlebih itu soal Salma dan Diman.

Sejak kapan Rony mengenal Salma? Dan sejak kapan pula seorang Rony mencampuri hidup orang lain? Sepintas itu lah yang memenuhi pikiran Paul saat ini.

"Salma teman baik lo kan? Kenapa lo bolehin dia sama cowok brengsek macam Diman, Paul." Ujar Rony

"Sejak kapan lo kenal Salma? Dan sejak kapan lo tau Salma teman baik gue? Perasaan gue enggak pernah cerita gimana dekatnya gue sama Salma." Tanya Paul yang merasa bingung

"Perlu banget lo tau soal itu? Enggak penting Paul, yang terpenting sekarang gimana caranya teman baik lo itu lepas dari cowok brengksek macam Diman." Tegas Rony

"Jangan bilang lo babak belur kayak gini karena rebutan Salma? Lo suka sama Salma? Sejak kapan lo dekat sama Salma? Kok gue enggak pernah tau, Salma juga enggak pernah cerita tuh kalau dia dekat sama lo." Ujar Paul

"Pertanyaan lo makin lama makin enggak karuan, emang kalau cowok care dan peduli itu harus suka dulu? Harus dekat dulu? Enggak bisa gitu karena kemanusiaan?" Tanya Rony

"Gue makin enggak ngerti arah pembicaraan lo Ron yang tiba-tiba bahas Salma terus bahas hubungan dia sama Diman lagi, What happen Rony?" Tanya Paul

"Ceritanya panjang, hari ini gue dan Salma lagi kena sial aja yang ngebuat dia tadi nebeng sama gue, dan setibanya dikampus dia langsung dikasarin sama Diman, Diman ngehajar gue saat gue belain Salma, gue cuman enggak suka aja dia kasarin Salma tanpa mendengarkan penjelasan terlebih dahulu dari Salma, lo tau kan gue ini gimana? Gue paling enggak bisa lihat cewek dikasarin depan mata gue." Tutur Rony

"Emang Diman apain Salma." Tanya Paul

"Dia tuh datang-datang tanpa tanya langsung tarik tangan Salma dan cengkram erat banget sampai-sampai si Salma itu kesakitan, ya gue mana tega ada cewek kesakitan depan gue, dan jelas-jelas gue tau tuh cewek enggak salah, makanya gue belain dia, eh si Diman langsung main hajar gue aja." Tutur Rony

Mendengar penuturan Rony membuat Paul menghembuskan nafas kasarnya.

"Gini ya Ron, gue sebagai teman baiknya Salma bukannya gue enggak mau kasih tau dia kalau Diman kurang baik buat dia, tapi masalahnya sudut pandangan gue ngelihat dan sudut pandang Salma ngelihat Diman itu udah jelas berbeda, ditambah lagi ada cinta yang tumbuh di hati, mau seribu orang bilang tuh cowok bangsat enggak akan bisa menyadarkannya jika masih ada cinta didalamnya." Tutur Paul yang membuat Rony terdiam

"Lagi pula nih ya Ron, kita tuh emang boleh punya rasa kepedulian yang tinggi sesama manusia, tapi semua itu ada batasnya Ron, dan saran gue enggak usah lah lo ikut tercampur terlalu dalam sama hubhngan Salma dan Diman, lo kan juga bukan siapa-siapanya mereka, dan satu lagi lo harus ingat Diman itu anak petinggi kampus ini, jangan sampai cuman gara-gara menjunjung tinggi rasa kemanusiaan lo, lo jadi kehilangan beasiswa lo Ron." Imbuh Paul

"Kalau sampai gue kehilangan beasiswa karena masalah kemanusiaan berarti kampus ini enggak benar, dan enggak layak jadi kampus terbaik." Tegas Rony

"Ron, kita ini hidup di jaman lo punya duit lo punya kuasa, jadi kalau kita enggak punya power akan hal itu, mending kita diam aja Ron, jauh lebih tentram dan fokus untuk tujuan kita meraih masa depan yang cerah." Tutur Paul

"Iya juga sih, apalagi orang macam gue yang hanya punya harga diri, cuman kalau gue boleh minta tolong sama lo, lo bilangin ya teman lo itu pelan-pelan supaya dia sadar kalau Diman enggak baik buat dia." Ujar Rony

"Gue cuman bisa bilangin dia untuk selalu jaga diri, dan jangan terlalu percaya akan cinta, karena enggak semua cinta di balas dengan tulus, soal Diman baik atau enggak untuk dia, gue enggak bisa ikut campur karena dia yang jalanin Ron." Tutur Paul yang diangguki oleh Rony.

"Btw hari ini kita berapa kelas?" Tanya Rony

"Cuman satu aja si Ron, kenapa emang? Lo mau cabut buat cari kerjaan tambahan?"

Iya menjadi teman Rony sejak awal masuk perkuliahan membuat Paul begitu hafal aktivitas Rony setiap harinya, dimana sahabatnya itu benar-benar menerepkan time Is Money, ada sedikit waktu luang Rony pasti akan mencari pekerjaan tambahan, tak peduli apapun pekerjaannya selagi halal dan menghasilkan uang pasti akan Rony kerjakan.

"Itu loh udah tau." Jawab Rony

"Mau aktifin aplikasi ojol lo?" Tanya Paul

"Ojol lagi sepi Paul, ngebuang waktu banget, rencana nya sih gue mau taruh lamaran di tempat les musik soalnya ada les musik baru dekat sini, ya siapa tau rezeki gue disana, terus gue juga mau cari-cari cafe yang sekiranya kalau gue ngamen disana duitnya dapat lumayan."

"Lo lagi butuh duit banget ya Ron?" Tanya Paul dengan penuh tatapan sendu pada sahabatnya itu.

Jujur saja terkadang hati kecil Paul kerap kali merasa tak tega melihat Rony yang bekerja serabutan tak karuan untuk bisa membiayai kebutuhan keluarganya. Sebenarnya Paul bisa saja membantu Rony memberi pekerjaan disalah satu perusahaan orang tuanya namun jika bekerja di perusahaan tentu kuliah Rony pasti akan terbengkalai sedangkan menjadi sarjana adalah impian Rony untuk merubah garis takdir keluarganya membuat Paul tak bisa berbuat lebih selain hanya mendukung apapun pekerjaan yang dilakukan sahabatnya itu.

"Semua orang hidup juga butuh duit kali Paul."

"Gue serius Ron, lo butuh berapa? Pakai duit gue dulu aja enggak papa, udah seminggu ini lo ngamen di cafe sampe dini hari, terus berangkat kuliah pagi, terus ini nanti lo mau pulang dini hari lagi? Badan lo juga butuh istirahat kali Ron, nih rokok siapa tau bisa bikin lo sedikit chill." Ujar Paul

"Tubuh tuh jangan dimanja Paul, tubuh gue juga udah hafal kali kalau di ajak susah." Ucap Rony sembari menyalakan sebatang rokok.

"Ada keperluan mendesak sampai lo segininya Ron?" Tanya Paul

"Diva mau ujian bayarnya cukup mahal maka dari itu gue harus kerja lebih keras lagi, gue enggak mau Diva ketinggalan sekolahnya." Tutur Rony

"Ron, bukannya mau ikut campur sama urusan keluarga lo, apa enggak mending Diva pindah sekolah aja, sekolah Diva terlalu mahal dan bikin lo keteteran kayak gini Ron, mumpung dia masih kelas 1, bukan hal yang sulit untuk dia pindah sekolah." Ujar Paul

"Gue juga paham akan hal itu Paul, gue juga sebenarnya berat, tapi lo tau sendiri kan sekolah itu adalah sekolah musik impian Diva, gue cuman enggak mau di kecewa dan merasa kehilangan harapan masa depannya, maka dari itu selagi gue bisa dan gue masih mampu untuk kerja, sekuat tenaga gue bakal usahain yang terbaik buat keluarga gue Paul." Ujar Rony

"Tuhan lihat perjuangan nyata lo Ron, gue percaya Tuhan akan kasih lo kesuksesan lebih dari harapan lo." Ucap Paul menyemangati Rony

"Aminn.." jawab Rony

"Lo kirim aja ya nomer rekening sekolahnya Diva, pakai duit gue dulu aja biar Diva makin semangat belajarnya, nanti kalau lo udah ada duitnya lo bayar ke gue." Ucap Paul

"Paul, bukannya gue nolak kebaikan lo, tapi gue udah sering banget ngerepotin lo."

"Lo tuh kayak baru temenan sama gue kemarin sore aja, udahlah santai aja, selagi gue bisa bantu gue pasti bantu." Ujar Paul

"Makasih ya Paul, makasih banyak lo udah selalu ada buat gue, semoga kebaikan lo dibalas berkali lipat sama Tuhan ya."

"Aminn Ron, udah yuk masuk kelas, keburu telat." Ujar Paul

"Yaudah yuk." Ujar Rony sembari mematikan puntung rokok yang ada di tangannya.

Ketika Rony dan Paul hendak saja beranjak untuk menuju kelas, lain hal nya dengan Salma yang tampak menangis dipelukan Nabila.

Loh bukannya tadi Salma diantar Diman kelas? Kenapa sekarang malah nangis dipelukan Nabila? Kira-kira Salma kenapa ya?

Happy reading semuanya🫶🫶🫶
Semoga suka ya dengan karya Author ini🫶🫶
Jangan lupa vote dan komennya 🫶

Author menerima segala bentuk masukan dan kritik dari kalian semua ya🤣 jadi jangan sungkan untuk tulis di kolom komentar
Terima kasih semuanya🫶🫶

ANANTARA  (SEGERA TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang